Irawan menatap kosong surat dari pengadilan agama yang berada digenggamannya,semua berakhir,pernikahannya dengan eza berakhir,surat perceraiannya sudah ada ditangannya,dan pasti eza juga sudah menerimanya andi pasti sudah mengirimnya kerumah adiknya.
"Aku tidak ingin berakhir seperti ini,aku ingin melihatmu,bertemu denganmu meski untuk yang terakhir kali.Aku bahkan tidak pernah muncul saat kau dirawat karna aku terlalu takut dengan keluargamu.Aku terlalu pengecut,aku ingin melihatmu sekali saja,bagaimana kondisimu sekarang,...eza maafkan aku,aku gagal merebut hatimu,ini terasa sangat menyakitkan begitu kau pergi..." Irawan menangis sendiri,untuk kali ini airmata yang harus tumpah karena kehilangan wanita yang lama ia puja.Dia bahkan merutuki kebodohannya sendiri,Ana sang mama begitu terpukul melihat kondisinya,ia tak terawat,mengabaikan kondisinya,Ana salah mengartikan eza.Terlambat,semua sudah berakhir sekarang.
Eza membuka matanya,ia mendapati vicky yang tertidur nyenyak disofa.Pasti sangat tidak nyaman,dia sampai seperti itu mengkhawatirkanku.Pikir eza.
"kamu sudah bangun sayang..." suara vicky mengagetkan eza yang tengah melamun menatapnya.
"ehm.Kenapa tidur disofa,pasti tidak nyaman..."
"tidak apa,kakak hanya ketiduran disini tadi malam sepulang dari rumah sakit,apa kamu sudah lebih baik sekarang..?"
"aku akan baik,tentunya karena kakak.Terima kasih..."
Vicky mendekatinya,mengusap kepalanya dan mengecup sekilas keningnya.
"aku mencintaimu,aku akan bersiap untuk pergi kerja...." Eza mengangguk pelan,tersenyum mendapat perlakuan manis itu.Sementara vicky sudah meninggalkannya sendiri didalam kamar.
Eza sudah selesai bersiap untuk sarapan pagi,semenjak ia lumpuh dirinya selalu berusaha melakukan kebutuhan pribadinya sendiri,dia tidak ingin merepotkan vicky juga bik ina.Eza berusaha meski ia kepayahan,dirinya berusaha sekuatnya.Tidak mungkin ia harus terus berharap dan menyusahkan orang lain untuk hal pribadinya.Dan pagi itu ia menggerakkan kursi rodanya menuju ruang makan,vicky juga sudah berada disana,juga bik ina.
"sayang,kenapa tidak minta tolong bik ina.." vicky dengan cepat menghampirinya,membantu mendorong kursi rodanya menuju meja makan.
"aku bisa sendiri kak,bik ina juga repot.Aku tidak apa apa..."
"baiklah.jangan terlalu lelah..." pria itu akhirnya mengalah,ia tersenyum menatap wanitanya.Ia mengambilkan sarapan untuk eza,keduanya menikmati sarapan pagi dengan suasana hangat seperti pasangan suami dan istri pada umumnya,meski status keduanya belum sah seutuhnya.
"kakak berangkat,hubungi kakak jika ada apa apa,juga panggil bik ina jika perlu sesuatu..." Eza mengangguk pelan,vicky mengusap kepalanya seperti biasa,tapi pagi ini ia juga mengecup kening eza dengan lembut.
"hati hati kerjanya kak,..." eza melambaikan tangannya menatap kepergian lelaki itu sampai tak terlihat lagi.
"biar bibik bantu bu...." bik ina menawarkan diri membantu eza mendorong kursi rodanya.Namun eza menolaknya,ia merasa segan pada bik ina yang ditugaskan merawatnya juga mengurus rumah,pasti lelah pikirnya.
"tidak usah bik.Eza bisa sendiri,bik ina sarapan saja,belum sarapan kan..." wanita parubaya itu mengangguk pelan,meninggalkan eza sendiri diteras rumah.Namun saat ia ingin menggerakkan kursi rodanya seorang kurir paket datang menghantarkan paket.Eza terhenyak,ia merasa tidak memesan barang online,apa mungkin vicky.Eza menerimanya,begitu kurir itu pergi ia melihat amplop coklat yang dipegangnya.Itu untuknya dari kakaknya andi,eza penasaran apa yang dikirim kakaknya untuknya,ia masuk kedalam rumah saat dikamar ia buka amplop coklat itu.Ia gugup begitu mengetahui isinya surat dari pengadilan agama,surat perceraiannya dengan irawan.Namun belum sempat ia membaca isinya,bik ina masuk kedalam kamarnya.
"maaf bu,ada tamu ingin menemui ibu.bibik uda bilang ibu tidak boleh diganggu,tapi dia bersikeras mau ketemu ibu,bibik takut bapak marah,..."
"tamu ? siapa bik,tidak apa aku akan temui..." bik ina mengangguk pelan,ia membantu eza mendorong kursi rodanya menuju ruang tamu.Ia tertrgun begitu melihat siapa orang yang datang menemuinya,hatinya teremas sakit,tubuhnya begetar.Bik ina menyadari perubahan itu,ia tidak mau majikannya tantrum,ia tau jika wanita ini sudah kambuh akan sulit menenangkannya jika tidak laki laki yang menjadi tuannya sekarang.
"ibu tidak apa apa.kita kembali saja,nanti bibik suruh lelaki itu pergi,ibu..." eza gugup,ia mengangguk saja.Namun belum sempat mereka berbalik irawan sudah melihatnya.Ia menahan mereka agar tidak kembali.
"Eza...kumohon beri aku waktu,aku ingin bicara padamu..." lelaki itu bersimpuh dikaki eza sambil menangis."kumohon dengarkan aku kli ini,ini yang terakhir aku tidak kan mengganggumu lagi..." tubuh eza semakin bergetar hebat.
"maaf pak,jangan paksa.saya tidak mau bapak marah jika ibu kenapa napa..." Eza mencoba mengatur emosinya,mengatur nafasnya yang berderu,ini yang terakhir,dia bilang dia tidak akan menemuinya lagi,....eza melawan rasa traumnya.
"a...aku ti..tidak a..apa bik.Pergilah,ka..kami akan bicara sebentar..."
"tapi bu...?" wanita paruh baya itu akhirnya pergi begitu eza memberikan penegasan jika dirinya tidak apa.Irawan tersenyum melihat wanita dihadapannya akhirnya mau mendengarkannya.
"Menjauhlah.Dan cepat apa yang ingin kamu katakan..." eza memegang kuat kursi rodanya,menghilangkan rasa gemetarnya.Irawan duduk diseberang wanita itu,ia menatap senduh kondisi eza akibat dirinya.Ia tidak menyangka semua jadi begini,irawan menarik nafas dalam sebelum akhirnya ia bicara.
"aku minta maaf atas semuanya....kondisi kamu...tolong maafkan aku..." Irawan mendapatkan bulir air hangat yang mulai menetes dipipi ayu wanita dihadapannya.Hatinya terasa pilu,mendera setiap bagian sel terkecil dihatinya.
Eza menguatkan diri mencoba mendengarkan ucapan laki laki ini selanjutnya.