"Haruskah kita berakhir seperti ini,saling membenci dan menambah sakit,kumohon lupakan cerita yang pernah kita lewatkan....aku tahu kita sudah berbeda,tidak perlu ada pertengkaran,jika berpisah terima bahwa inilah takdir kita.Jujur aku katakan berat rasanya berpisah denganmu,tapi semua...harus aku terima...." Eza menatap kosong mendengarkan setiap ucapan irawan,lelaki itu juga sudah menangis,wajahnya sudah sembab mengatur emosinya yang meluap luap.
"untuk apa kita bertahan,kalau hanya menyakitkan,semua salah,perasaanku salah,jika ingin pembuktian,akulah yang salah untuk semuanya.Kucoba mencintai kehilanganmu,seperti aku mencintai kehadiranmu dalam hidupku.Aku yakin...semua pasti ada hikmahnya,semua kisah kita,perjalanan kita ada dan tiada inilah hikmah hidup dari yang kuasa.Eza...untuk terakhir kali,maafkanlah aku.Semoga kamu bahagia,dengan pilihan hatimu,lelaki yang mencintaimu juga menyayangimu.Itu saja,ku harap kamu mau memafkanku...." Irawan mengakhiri ucapannya,ia mengusap kasar wajahnya,mendekati eza dan mengusap kepalanya.
"kamu wanita terbaik yang pernah aku temui,maafkanlah lelaki yang tidak baik ini juga keluargaku..." ia akhirnya pergi meninggalkan eza yang masih menahan tubuhnya yang bergetar hebat,seluruh badannya terasa lemah dan eza terjatuh dari kursi rodanya.
"ibu...ibu..." bik ina tergopoh menghampirinya dengan perasaan panik,ia baru saja menghubungi vicky bahwa ada lelaki yang ngotot ingin menemui eza.Begitu mendengarnya vicky langsung berhambur pulang meninggalkan pekerjaannya,sementara bik ina membantu eza kembali kekursi roda dan membawanya kedalam kamar.Ia panik dan takut kalau pak vicky akan marah melihat kondisi eza.
"bagaimana ini..." gumamny lirih.
"ibu...jangan begini bu,bapak bisa marah sama bibik..." eza mencoba menguatkan hatinya,perlahan ia menyadarkan dirinya,melihat bik ina ketakutan dan hampir menangis.
"a..aku ti tidak apa apa bik.Tidak perlu takut..."
"ibu..." bik ina memeluk eza yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri,karena eza juga memperlakukannya seperti ibunya.
Berselang sejam vicky sudah sampai didepan rumahnya kembali,ia berlari tergesah gesah menuju kamar eza bahkan hampir bertabrakan dengan bik ina yang akan keluar dari dalam kamar.
"bik ina,ada apa dengan eza? siapa yang menemuinya ?"
"maaf pak,sepertinya pria itu mantan suami ibu,ibu begitu ketakutan saat melihatnya,pria itu memaksa menemui ibu,ibu bilang tidak apa apa jika bicara dengannya sebentar,tapi setelah pria itu pergi ibu jatuh dari kursi roda...."bik ina menjelaskan sambil setengah ketakutan kalau kalau vicky marah.
"bagaimana kondisinya sekarang...?"
"ibu demam pak...saya akan ambil air untuk mengompresnya..."vicky tak lagi memperdulikan ucapan wanita itu,ia berhambur masuk menemui eza yang tengah terbaring ditempat tidur.
"eza...sayang,kamu kenapa...?" vicky mengusap keningnya yang terasa panas,menggenggam jemarinya yang juga dingin seperti es.
"aku tidak apa kak,aku baik,kenapa kakak pulang,kakak harus bekerja..."
"tidak usah pikirkan itu.pikirkan kondisimu,kakak tidak mau kamu kenapa napa,jangan membuat kakak takut..." eza hanya tersenyum sambil menangis dalam diam.
"tidak apa.kakak disini,jangan takut.Mengapa kamu harus menemuinya,kakak takut sayang..." bik ina lalu datang membawa semangkuk air juga handuk kecil.
"biar aku saja bik,bibik pergilah..." bik ina mengangguk dan meninggalkan keduanya.Vicky meraih handuk dan membasahinya kemudian mengompres kening eza.
"jangan temui dia lagi.Berani sekali dia datang kesini,kamu baru mulai terapi kemarin za kamu tidak boleh jatuh,aku mohon.kamu harus sembuh,jangan ambil resiko terlebih dahulu,aku tidak bisa melihatmu seperti ini..." eza mengusap tangan vicky yang menggenggam jemarinya yang lain.
"kakak,aku minta maaf.Aku tidak akan membuatmu cemas lagi...."
"baiklah.sekarang istirahatlah...." vicky menggenggam erat jemari yang dingin itu agar menghangat.Dirinya gugup dan ketakutan,dia tidak siap jika sesuatu terjadi pad eza.Ia terus memandangi wajah sayu wanita yang terlelap itu,menghapus jejak airmata yang masih tertinggal.Perlahan panas ditubuh eza menurun,dia sudah lebih baik sekaranh.Vicky juga masih setia disampingnya jikalau wanita itu membutuhkan sesuatu.Ia menunda pekerjaannya,meminta izin dadakan sampai besok kondisi eza membaik.
"kamu sudah bangun,sudah lebih baik...?" vicky membantu eza bersandar disandaran ranjang.
"ehm.aku sudah tidak apa apa.maafkan aku,kakak jadi tidak bekerja karena aku..."
"sudahlah tidak apa.Kamu makan ya,minum obat.ini sudah siang..." vicky mengambil makanan yang sudah dibawa bik ina dimeja dekat ranjang.Ia menyuapi eza dengan telaten,perhatiannya membuat eza selalu merasa beruntung juga merasa bersalah karena pria ini terlalu memprioritaskan dirinya dari apapun.
"jangan banyak pikiran,fokus saja pada terapi mu.Jangan risaukan kakak atau apapun," vicky mengecup kening eza lerlahan,"cepat sembuh sayang...."