Chereads / Cinta Tanpa Batas / Chapter 117 - Terapi pertama part 1

Chapter 117 - Terapi pertama part 1

Vicky memarkirkan motornya digarasi rumah,ia selalu mengendarainya saat bekerja,setiap harinya,ia berjalan cepat masuk kedalam rumah.Hatinya begitu tidak sabar ingin bertemu wanitanya,meski setiap hari melihatnya hatinya selalu merasa rindu setiap berjauhan darinya.Ditambah wanita itu sedang dalam kondisi Belum pulih dari sakitnya.

Ia memasuki ruang tamu bertemu dengan penjaga wanitanya,seorang wanita paruh baya yang ia tugaskan merawat eza.

"kemana eza bik..?" tanyanya pada wanita yang menunduk sopan padanya.

"ibu sedang istirahat dikamar pak..." vicky bergegas ingin menuju kamar eza namun wanita paruh baya bernama bik Ina itu menegurnya.

"maaf pak,tadi ada kiriman amplop..." serunya memberikan sebuah amplop coklat kearah vicky yang tak jadi melangkah itu.

"dari siapa bik..?"

"saya liat pengirimnya ibu Nandini pak..."

"Nandini...?" deg,hati Vicky langsung gugup mendengar nama itu.Ia bolak balik amplop itu,surat dari pengadilan agama.Entah mengapa wanitaa itu tidak pernah memberitahunya,tiba tiba gugatan nya sudah masuk pengadilan dan vicky juga tak pernah sempat menghadiri persidangan karna mengurus eza,dan Nandini juga tak ingin dirinya hadir.Dan sekarang keputusan sudah final,surat percerian itu sudah sampai ditangannya,vicky membuka daan membacanya sekilas.Hatinya seketika merasa tenang,ini permintaan Nandini sendiri,meski ia belum melakukan apapun sebagai suami,tapi wanita itu tidak pernah menuntut banyak.Kedua orang tuanya juga memahaami,begitu juga orang tua vicky dengan lapang dada menerima keputusan keduanya untuk berpisah.Apalagi setelah vicky memberitahu ia sudah menemukan wanita yang selama ini ia cintai,ia ingin bersamanya,mereka dengan legowo menerima keputusannya.

"makasih bik,aku akan kekamar eza.." wanita itu mengangguk,ia sudah tau bahwa majikannya baru saja berpisah.Dan yang ia rawat sekarang adalah calon istri majikannya yang menderita kelumpuhan yang juga tengah berpisah dari suaminya.Dia merasa kasihan dengan kondisi eza,wanita itu baik bagaimana bisa mengalami hal berat Seperti itu.

"eza,kamu didalam ? aku masuk ya..?" vicky mengetuk pintu kamar,meski tinggal serumah vicky sangat membatasi kedekatannya juga menghargai privasi eza.Dia tau mereka belum sah menjadi pasangan halal,ada batasan diantaranya,tinggal bersama karena mereka tidak punya pilihan lain,eza butuh seseorang disisiinya.

"masuklah..." suara wanita itu terdengar lembut dari dalam,vicky membuka pintu dan menemukan wanita itu duduk bersandar dikepala ranjang.

"apa kondisimu sudah lebih baik...?"

"ehm.." wanita itu mengangguk ketika vicky mengusap kepalanya.

"kita akan pergi kerumah sakit petang nanti,ini terapi pertamamu,kamu tidak apa apa ?"

"iya,aku tidak apa apa.."

"semangatlah.Kamu pasti bisa sembuh,kamu pasti bisa berjalan kembali...." eza tersenyum menatap wajah vicky yang selalu sabar menghadapi dirinya,saat dirinya tantrum mengingat hal hal buruk,lelaki ini selalu sabar menghadapinya,banyak hal yang dikorbankan untuk dirinya.

"apa kakak sudah selesai bekerja ? pasti lelah...?"

"ehm.Tidak begitu,lelahnya hilang kalau liat kamu..." vicky melihat rona merah dari kedua pipi wanita dihadapannya.

"kakak baik baik saja..?"

"untuk apa ?"

"surat perceraian dari nandini ? apa kakak tidak apa apa...?"

"kamu memikirkan itu sedari tadi,? kakak tidak apa apa sayang,jangan merisaukan apapun.."

Eza melihat lelaki itu tampak biasa saja,yah mungkin dia memang tidak terlalu mempermasahkannya.

"boleh aku memelukmu,sebentar saja..." Eza mengangguk,ia masuk dalam dekapan lelaki dihadapannya.

"ah nyamannya.Aku butuh energi dari wanitaku,..." gumamnya pelan.Eza tersenyum mendengar ocehan vicky yang seperti kekanakkan itu.

"ah iya,nando tadi menelponku dia ingin bicara denganmu..."

"benarkah ? ada apa ?"

"sepertinya dia merindukan calon istriku,wanitaku yang begitu populer dimanapun...."

"apa sih.." vicky tersenyum nakal,ia sedang ingin melihat wanita itu malu saat ini.Itu membuatnya gemas dan ingin menyembunyikannya disuatu tempat.

"aku akan menelponnya sekarang..." vicky meraih ponselnya dan menekan nomor nando.Tak lama panggilan tersambung,terdengar suara nando yang terdengar antusias begitu mendengar suara eza.

"eza...aku merindukanmu," eza langsung tersenyum mendengarnya,entah kenapa lelaki diseberang sana begitu semangat berbicara dengannya.

"apa kamu baik baik saja,bagaimana keadaanmu sekarang ?"

"aku sudah lebih baik Nando,bagaimana kabarmu ?"

"aku tidak baik,aku baru saj putus dengan pacarku..."

"putus ? kenapa ?"

"tidak ada.aku tidak bisa..."

"jangan bilang kamu ingin merebut eza dariku nan,takkan kubiarkan..." suara vicky tiba tiba ikut nimbrung dalam panggilan.

"ya sepertinya aku akan melakukannya jika kakak tidak serius dengan eza."

"Nando.tidak akan kubiarkan,dia calon istriku,cari saja wanita lain..." Eza terkekeh mendengar perdebatan keduanya yang terkesan kekanakan berebut mainan.

"sudah.Tidak apa jika kamu tidak bisa,barangkali dia bukan sosok yang kamu inginkan..." Nando dengan semangat mengiyakan ucapan eza,mereka larut dalam obrolan seru yang seketika menghilangkan rasa rindu dihati mereka.

Sementara vicky mendengarkan obrolan keduanya sembari tiduran dipangkuan eza.Lama mereka berbincang vicky sudah terlelap,eza mengusap lembut dahi,pipi lelaki yang tertidur pulas dipangkuannya.Ia memainkan rambut lelaki itu,entah sejak kapan wajah lelaki ini terlihat begitu menawan dimatanya.Hatinya sejuk melihat wajah pulas itu,lelaki yang selalu ada untuknya,mendukungnya serta merawatnya.

"aku mencintaimu...selamanya.." gumamnya lirih.