Vicky tersenyum memandangi wajah wanita yang tertidur dihadapannya,wajah yang amat ia rindukan dan selalu menghantuinya sepanjang malam.Rasanya masih tidak cukup memandanginya saja,rasa rindunya tidak hilang hanya memandang saja,ia ingin melihat wanita itu tersenyum.Dari sudut ruangan Andi menghampirinya.
"Terima kasih vicky,kami berhutang banyak padamu..." Andi menepuk bahu vicky dan membawanya duduk di seberang brankar eza.
"Tidak kak,sudah seharusnya aku lakukan.."
"apakah adikku teramat penting untukmu ?"
"ehm...sangat."
"vicky,terima kasih telah mencintai adikku sebanyak ini,kamu memperdulikannya sampai sejauh ini,mengorbankan pekerjaanmu serta meluangkan waktumu hanya untuk dia..."
"kakak tau kenapa,itu karena aku tidak bisa Jauh darinya,aku butuh dirinya..."
"maaf sebelumnya,aku tidak melarangmu untuk adikku,selama adikku bahagia aku juga bahagia,tapi....vicky bagaimana dengan istrimu.?"
"dia yang memintaku menemani eza,dia memintaku mengejar eza kembali,mengikhlaskan apa yang menjadi pilihanku.."
"Benarkah ? lalu dia ? mungkin adikku tidak akan setuju,kalau kamu..."
"kak,Istriku memahami semuanya,kami sudah membicarakan ini semalaman..."
"adikku lumpuh sekarang vick,apa itu tidak mengganggumu....?"
"tidak,aku tidak terganggu akan hal itu.Aku menerima apapun kondisinya..."
"Nak vicky,kamu begitu baik.Seharusnya aku mendengarkan putriku dahulu.." Rere mendekati vicky,tampak bulir air mata mengalir di pipi wanita paruh baya itu.
"yang lalu biarlah berlalu bu.Aku hanya ingin dia sembuh sekarang."
"akan sulit memulihkannya vick."
"aku akan membawa dia ke pengobatan terbaik kak,apapun itu asal dia sembuh.Kak,....izinkan aku Membawanya bersamaku..."
"Bersamamu ?"
"ehm.Aku akan bawa dia bersamaku di kota P,aku akan mencarikan terapi agar dia bisa berjalan seperti sedia kala..."
"Mungkinkah,lalu bagaimana dengan rumah tanggamu jika kamu mengurus adikku..?"
"aku akan bicarakan ini pada istriku."
"Kami akan merepotkanmu Nak..."
"tidak bu.Tidak sama sekali,aku menyayangi eza sebagaimana aku menyayangi diriku.Aku ingin melihat dia tersenyum itu cukup untukku."
"Asal adikku bahagia,aku tak masalah.Cukup dia menderita selama ini,aku ingin melihatnya bahagia kali ini..."
"lalu bagaimana dengan suaminya eza kak ?"
"aku sudah memintanya menceraikan adikku,tenanglah.Aku akan mengurus semuanya.."
Vicky mengangguk pelan,Andi dan rere pergi keluar untuk mengisi perut mereka membiarkan keduanya bersama didalam ruang rawat.Vicky menggenggam erat jemari eza,menatap dengan tatapan penuh cinta.
"kakak masih disini ?" eza membuka kedua matanya dan menatap mata yang juga tengah menatapnya,sama sama menyalurkan perasaan mereka lewat tatapan,hingga ada perasaan haru dihati keduanya.
"kamu sudah bangun ?" eza mengangguk pelan.
"bagaimana perasaanmu,sudah lebih baik."
"Sebenarnya tidak begitu baik,namun perlahan membaik karena kehadiran kakak."
"Benarkah ? ah...kakak lupa jika kakak obat mujarab untukmu..." eza tampak tersenyum malu mendengarkan ucapan vicky.Laki laki itu selalu bisa membuatnya tersenyum.
"Aku ditinggalkan orang yang paling aku sayang,Aku dikhianati suamiku,aku kehilangan calon bayiku,sekarang aku juga lumpuh.Tidak ada yang berjalan sesuai keinginanku.Semuanya yang menimpahku begitu menyakitkan,entah mengapa aku masih bisa terbangun setelah semua hal yang menimpahku.Aku ingin terlelap....lama...lama.." Vicky meletakkan jari telunjuknya dibibir eza.
"jangan bicara apapun,aku tidak ingin mendengarnya.Apapun itu tetaplah bertahan demi aku,sekarang aku bersamamu,hingga kedepannya aku tetap berada disampingmu,tidak akan berahil sedikitpun darimu..."
"Kak lihat kondisiku..."
"Memangnya kenapa dengan kondisimu,aku tidak perduli.aku akan membawamu kemanapun sampai kamu sembuh,sampai kamu kembali seperti sedia kala,aku disini untukmu,"
"lalu istri kakak ?"
"Dia memintaku berada disisimu.."
"Benarkah ? aku tidak ingin menyakitinya kak.."
"aku sudah memikirkan ucapannya semalaman,dia ingin aku kembali pada hati yang aku cintai,melepaskannya karena dia juga mempunyai hati yang ingin ia gapai,aku tidak tau pasti....Namun ucapannya menyiratkan kami harus kembali pada perasaan sebelum kami dijodohkan,pernikahan kami tidak bahagia selama hati kami tak berada ditempatnya..."
Eza menangis haru mendengarnya,Aku seperti bermimpi.Mungkinkah ini nyata,jika ini mimpi aku tidak ingin bangun,aku ingin bersamanya seperti ini,selamanya aku ingin seperti ini,dia mengatakan tidak akan pergi meninggalkanku,rasanya lega juga takut... eza bergumam sendiri sembari masih menatap kearah vicky.
"Ikutlah bersamaku,aku akan membawa dirimu kemanapun supaya kamu bisa sembuh..."
"kak..."
"jangan menangis.aku tidak ingin melihatmu menangis,cukup sudah tangisanmu selama ini,aku tidak ingin kondisimu memburuk lagi.Kamu masih lemah,jadi jangan menangis,"
Eza mengangguk pelan,hatinya langsung sejuk mendengar perkataan lelaki disampingnya,dengan lembut vicky menghapus jejak airmata dipipinya.
"Tersenyumlah gadis kecilku..."Vicky mengacak acak kepala eza.
"aku lapar..." eza memegangi perutnya,vicky tersenyum lucu.
"ya,sepertinya kamu kelaparan tidak makan sejak kemarin.Aku akan menyuapimu..." Vicky bergerak dari sisi brankar menuju meja yang tak jauh dari brankar,disana sudah ada makanan yang disajikan khusus pasien.