Chereads / Cinta Tanpa Batas / Chapter 101 - Dua garis biru

Chapter 101 - Dua garis biru

Eza tiba didepan gedung lab,ia berjalan perlahan karena tubuhnya benar benar tidak enak dan dia terus merasa pusing,ditambah badannya begitu lemah tanpa sebab.

"eza..." suara amelie dan reka mengagetkannya,ia menoleh kearah suara tersebut dan dua sahabatnya itu sedang berlari kearahnya.

"selamat pagi amelie,reka..." eza memaksakan senyumnya,ia ingin terlihat biasa saja didepan rekan rekan kerjany.

"pagi za..." kali ini nando datang nimbrung diantara ketiganya,ia terswnyum lebar kearah eza yang dibalas senyum kecil wanita itu.

"meleleh aku liat senyummu Nan.." celetuk amelie ynag merasa terpesona dengan senyuman nando kearah eza.Tapi sang empunya senyum tak merespon,ia sibuk memperhatikan wanita yang ia tatap.

"kamu sakit za,..." eza menoleh spontan,lelaki ini tahu sekali kondisi dirinya,ia seperti seorang detektif.

"aku baik nan..."

"tidak,kamu kelihatan lebih pucat,kamu sakitkan,kenapa tidak istirahat saja.." Nando menempelkan tangannya dikening wanita itu,Ia merasakan suhu hangat,matanya terbelalak...

"eza...kamu,.."

"aku baik nando,apaan sih,.." eza memotong cepat ucapan nando,lelaki ini sedikit kritis padanya,entah itu perhatian seorang teman,atau perhatian lain,eza sedikit risih.

"kak eza sakit,..?

"enggak amelie,cuma sedikit demam,aku baik baik aja kok,ayo masuk..." eza menarik teman temannya masuk kedalam lab untuk mengalihkan perhatian mereka.

Nando merasa cemas tanpa sebab,ia yakin wanita yang selalu dipujanya itu sedang tidak baik baik saja,badannya lebih kurusan dan wajahnya pucat.

"kamu yakin tidak apa apa...?"

"ehm...jangan khawatir,bekerjalah.." eza meninggalkan Nando yang menyapanya sebelum ia berangkat kelapangan,eza berjalan menemui bu nining di staff room.Sama seperti nando,ia melihat eza agak lain dari biasanya.

"kamu sakit za..."

"hanya sedikit tidak enak badan bu..."

"oh begitu.Ya sudah,selesaikan pekerjaanmu,nanti kamu tidak perlu lembur..istirahatlah dirumah." Eza mengangguk,ia mengambil data pengamatan yang disodorkan nining dan berlalu pergi meninggalkan staff room.

Eza mengerjakan pekerjaannya dengan teliti,sesekali ia mengelus kepalanya yang terasa pusing,ia memegang keningnya beberapa kali merasakan panas yang kian bertambah.aku tidak pernah sakit begini sebelumnya,aku benci obat,aku benci hal berbau rumah sakit,aku menjalani separuh usiaku sekarang dengan teruss berobat,beberapa tahun belakangan ini aku tidak pernah lagi jatuh sakit setelah operasi,tapi kenapa rasanya tubuhku lemah sekali sekarang,eza membatin sembari merasakan badannya yang terasa aneh.

Jam bekerja telah usai,eza merapikan pekerjaannya,mengantarkan laporan data dimeja bu nining,ia kembali keloker mengemasi barang barangnya,dan badannya semakin tidak enak.

"kamu baik baik aja za..."

"ehm...aku tidak apa reka..." amelie dan reka saling tatap,mereka merasa eza berbohong hanya untuk menahan agar mereka tidak cemas.

"aku antar pulang ya,kamu tidak bawa motorkan..." Nando membawa tas kerja eza,ia mengkode amelie dan reka untuk memapah eza keparkiran supaya ia bisa mengantarkan pulang.Amelie dan reka pun dengan segera membawa eza menuju parkiran.

"hati hati ya Nan,jangan sampai jatuh loh.." reka mengingatkan Nando,laki laki itu mengangguk pelan,ia melirik eza yang tampaknya sudah benar benar tidak ada tenaga karena wajahnya terlihat semakin pucat.

Nando membawa eza pulang kerumah,ia sudah bolak balik kerumah eza,dan semua tetangga eza tau jika ia rekan kerjanya,begitu juga suami dan kakak eza yang juga mengenal nando,jadi ia tidak perlu merasa sungkan lagi.

"eza kenapa..? " Rere berlari menghampiri Nando yang memapah eza kedalam rumah.

"Dia sakit sepertinya bu..."

"ah kamu temen kerjanya..."

"iya bu..." Nando mengangguk pelan,ia tidak pernah bertemu mamanya eza,ini pertama kali dan ia merasa kikuk.Tak lama Andi juga sudah pulang kerumah.

"kamu sudah pulang An.."

"iya ma,niatnya mau jemput eza karena kerjaan juga lagi sedikit,tapi ketika aku sampai amelie dan reka mengatakan eza sudah diantar Nando..."

Andi langsung mengalihkan tatapannya kearah eza,matanya sedikit kaget melihat eza yang begitu pucat.

"eza sakit,huh...kok sampai begini.."

"Dia demam dari bekerja tadi kak,aku khawatir makanya aku antar pulang..."

Dengan cepat andi membawa adiknya kekamar,ia menyuruh sang mama mengkompres eza,ia akan panggil bidan desa,karena eza tidak mau dibawa ke klinik terdekat.

"Makasih ya Nan.." Andi menepuk bahu Nando yang berpamitan pulang kepadanya.Lelaki ini sangat baik pada adiknya,ia tau sedari awal lelaki ini naksir pada adiknya,meski ia tau adiknya istri orang lain lelaki ini masih berada didekat adiknya,menjadikannya teman berbagi.

Tak lama bidan yang dipanggil andi tiba dirumah,ia memeriksa eza dengan seksama,memeriksa pergelangan eza cukup lama.

"Dia tidak apa apakan bu..."

"apa ada yang aneh darinya akhir akhir ini..." Rere dan andi saling tatap bagaimana mereka tahu,mereka baru semalam menginap bersama eza,dan suaminya tidak perduli pada istrinya.

"entahlah bu,yang pasti dia tidak ingin makan nasi,nafsu makannya hilang,ia lebih doyan makan buah dan juga roti,itu saja..."

"kita akan cek dulu ya..." bidan itu menyodorkan alat tes kehamilan,rere mengernyitkan keningnya,apa iya putrinya hamil,ia tidak yakin mengingat putrinya sudah setahun menikah dan tak ada tanda tanda kehamilan selama itu,ia pikir mereka menundanya.Tanpa banyak kata rere menolong eza kekamar mandi,beberapa saat ia menyodorkan kembali test pack itu kearah bidan setelah membaringkan eza ditempat tidur.

"Putri nya hamil,selamatnya ya...." Andi menutup mulutnya dengan telapak tangannya,rere juga tak kalah terkejutnya,apalagi eza yang samar samar mendengar ucapan bidan itu,ia meraih testpack dari tangan sang bidan,terpampang disana dua garis biru....

Eza menahan haru,ia memegang perutnya yang masih rata,ia tidak pernah terlintas ini sebelumnya.Irawan,dimana kamu....