Chereads / SECRET BEHIND ME / Chapter 3 - Kenan

Chapter 3 - Kenan

'Memangnya ada masalah apa dengan pakaianku?! Ini kan bagus buat anak-anak juga, kenapa Ibu selalu mengkritik apapun yang aku gunakan?!' mendumel dalam perjalanannya, menggunakan mobil yang berhasil Ia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri. Tentu saja dengan cicilan beberapa kali, memang tidak begitu mewah, tapi setidaknya Nara mampu membeli barang sendiri.

Tanpa perlu bantuan Ayahnya, walaupun sejak lama dia ingin pindah dari Apartement itu dan hidup mandiri, tapi kedua orangtuanya selalu menolak.

'Eeh kalau itu tidak jadi, ding. Kalau tinggal di tempat lain kan tiap pagi tidak bisa lihat perut kotak-kotak terus,' mengubah pemikirannya tadi.

Memukul setir mobilnya, gemas mengingat tingkah laku Ibu dan adik tirinya tadi.

"Sabar, Nara. Kamu cantik dan lebih baik dari mereka, sabar," mengelus dadanya sekilas. Nara percaya diri kalau dia lebih baik daripada Ibu dan adiknya yang selalu bergantung dengan koneksi kuat sang Ayah sampai saat ini.

Enak, sih enak bekerja karena koneksi Ayahnya. Di saat Nadine mendapatkan ijin untuk bekerja di bagian management perusahaan Ayahnya, Nara bahkan tidak bisa mendapatkan posisi apapun di sana. Dikarenakan alasan dia kurang berpengalaman.

Melupakan bahwa kuliah yang Ia ambil adalah kelas Management. Tentu saja dia kesal, "Untung saja aku suka dengan anak-anak dibandingkan kedua nenek lampir itu," mendumel kembali.

Nara tidak takut sama sekali mengejek Ibu dan adiknya, kan tidak ada yang mendengar.

Tapi sekali lagi, pandangannya tertuju ke arah baju yang Ia gunakan, "Tapi baju ini bagus kok!" berdecak kesal. Dia masih belum terima selera bajunya dihina.

.

.

Pukul 7.30 pagi-

"Ibu Nara!!" turun dari mobilnya, menyampirkan tas gendong di pundak. Kekesalannya pagi ini langsung menghilang begitu saja. Melihat sosok-sosok mungil berlari ke arahnya dengan senyuman lebar mereka.

"Waduh, Ibu tiba-tiba diserang!" berteriak kecil, dan terkekeh geli saat beberapa anak itu memeluk tubuhnya. Berpura-pura dirinya tengah diserang oleh mereka.

Di sinilah tempat dimana Nara bisa mendapatkan kenyamanannya, bertemu dengan anak-anak ini. Melihat wajah manis dan senyuman mereka. Rasa kesal dan lelahnya langsung hilang. Sebuah Matahari Day Care, tempat penitipan anak lengkap dengan konsep taman kanak-kanak dan kelas untuk mereka belajar layaknya TK.

Perbedaannya hanya diumur saja, jika TK hanya diperbolehkan anak-anak berumur 4 sampai 5 tahun saja, di sini tidak dibatasi umur. Karena bertujuan sebagai tempat penitipan anak bagi orangtua yang sibuk karena pekerjaan mereka.

Nara suka di sini, kedua tangan itu melebar dan memeluk semua anak-anak di dekatnya. "Ibu makan kalian semua, Ha!!"

"Kyahaha!! Ibu Nara seram! Lari!!" berteriak dan tertawa, anak-anak itu berlari menuju taman bermain sekali lagi. Meninggalkan Nara sendirian.

Di sinilah tempatnya membuang topeng yang sempat digunakan tadi, di depan keluarganya. Sosok Nara yang penurut, dan tidak bisa berbicara banyak. Ia lepaskan di sini. Mungkin mereka menganggap bahwa pekerjaannya ini tidak menghasilkan apapun.

Setidaknya Nara bahagia di sini.

Langkah kaki wanita itu hendak beranjak mengejar beberapa anak-anak tadi, sebelum kedatangan sebuah mobil yang cukup mewah menghentikan gerakannya.

Maniknya teralih, memperhatikan mobil berwarna putih itu berhenti tepat di gerbang Penitipan mereka. Salah seorang laki-laki berbaju hitam keluar dan segera membukakan pintu khusus untuk Tuan mudanya.

Nara mendesah panjang, "Kukira siapa, mereka ganti mobil lagi? Astaga," mengira artis yang datang ternyata salah satu anak didiknya. Sosok mungil yang turun dari mobil.

Menggaruk pipinya yang tak gatal, "Hampir setiap minggu mereka mengganti mobil anak itu," seberapa kaya orangtua dari anak itu? Sampai bisa mengganti mobil berkali-kali. Kemarin R*nge Rov*r, Fer*ri, Mini C**per, P*rsche, sekarang apa lagi?

Keluarganya saja tidak punya mobil sebanyak itu, Nara reflek geleng-geleng kepala. Memasang senyumannya cepat saat memperhatikan sosok mungil itu masuk ke dalam area penitipan.

"Kenan!" Nara berinisiatif memanggilnya, sosok mungil dengan rambut pendek berwarna hitamnya yang sedikit jabrik, manik Amber yang bulat dan pipi chubby. Nara akui diumurnya yang masih 5 tahun, Kenan sudah berhasil mengambil hatinya.

Ketampanan anak itu tidak main-main, bahkan warna manik mereka saja sama! Sangat tampan dan manis. Entah siapa Ibu dan Ayahnya sampai bisa membuat anak setampan Kenan.

Hanya satu saja yang kurang darinya, "Selamat pagi, Kenan," melihat pemuda mungil itu mendekat, Nara sudah memasang senyuman terbaiknya.

"Selamat pagi," Menjawab dengan suara super tipis, hampir tak terdengar. Setelah itu berjalan melewatinya, tanpa menatap Nara sama sekali.

Anaknya super pemalu dan pendiam!

.

.

Sejak tadi pandangan Nara tidak pernah berhenti menatap sosok mungil itu. Kenan Naruna Ezra, sosok mungil yang baru saja lima bulan lalu ikut masuk ke dalam penitipan ini dari hari senin sampai sabtu.

Di usianya yang bisa masuk TK, tapi kedua orangtuanya lebih memilih untuk menitipkan mereka di sini. Yah meskipun tempat ini bisa menjadi batu loncatan bagi anak-anak para petinggi agar tidak masuk TK.

Pelajaran yang lebih mudah dan interaksi social bersama lebih diutamakan di sini. "Kenan," memanggil pemuda kecil yang menyendiri dengan mainannya di pojok ruangan.

Sosok itu berjengit kaget, menengadahkan wajahnya malu. Nara hanya tersenyum, "Sini, main sama teman-teman juga," meminta anak itu untuk ikut masuk dalam permainan mereka.

Kenan menggeleng tak mau dan melanjutkan permainannya. 'Kenapa dia bisa jadi pendiam seperti itu,' sedikit bingung, apa karena orangtuanya yang terlalu sibuk? Kenan tumbuh jadi anak pemalu? Mungkin itu bisa jadi penyebabnya.

"Kami beberapa kali ngajak Kenan main, Bu. Tapi dia tidak pernah mau!" seorang anak perempuan mengalihkan perhatiannya.

"Benarkah?"

Beberapa anak mengangguk setuju, "Kenan sukanya main sendiri, Padahal kami kan ingin main sama-sama!"

"Berapa kali Nea ajak bicara tapi Kenan malah cuek,"

Nara meneguk ludahnya tanpa sadar, seberapa parah sifat anak itu? Lebih parah dari seorang anak berandalan yang bisa sesuka hati mengungkapkan pikiran mereka. Dia justru lebih takut dengan sifat Kenan. Pemalu dan pendiam.

'Kalau aku diamkan, bisa gawat,' tidak baik untuk masa depannya. Nara harus melakukan sesuatu. Mencoba memikirkan sesuatu. Mendapatkan ide dengan cepat.

Segera bangkit dari posisinya, "Ibu Nara mau kemana?" beberapa anak-anak mulai menanyakannya.

"Bagaimana kalau kita bercerita sedikit," tersenyum lebar, berjalan dan berdiri di depan anak-anak tadi. Menjadi pusat perhatian. "Semuanya! Bagaimana kalau sekarang Ibu Nara minta kalian menceritakan sedikit tentang Keluarga kalian?! Ibu, Ayah, Kakak, Adik?"

Semua anak-anaknya mengangguk kompak, mereka berceloteh bersama teman-temannya. Sesuai dugaannya, semua anak-anak pasti antusias jika membicarakan tentang Ibu atau Ayah mereka.

"Oke, kalau begitu bagaimana kalau kita mulai dari belakang. Kenan!" dengan sengaja memanggil anak itu, semua pandangan terarah kepadanya.

Mengira bahwa idenya cukup berhasil. Tapi ternyata, gagal total. "Ke-Kenan," saat melihat tubuh mungil itu beranjak dari posisinya, membuang mainan dan berlari keluar dari ruangan. Tanpa mengatakan apapun.

'Astaga!! Aku salah!!' rencananya gagal!