Chapter 14 - BAB 14

Heswa menghembuskan napasnya kasar. Sambil memandang kearah kaca yang nampak wajah pak Lukman sedikit merasa bersalah.

"Maaf mbak, saya.." Heswa tiba tiba saja memotong ucapan pak Lukman.

"Gak apa apa pak. Memang iya, saya punya masa lalu yang pahit. Gara gara itu saya harus kehilangan kakak kandung saya. Perempuan pula." Jelas Heswa terbata bata. Hampir saja air mata dipelupuknya jatuh tapi harus bisa dia tahan.

"Maaf mbak. Sabar ya mbak, saya turut prihatin atas kejadian mbak Heswa dimasa lalu." Pak Lukman sudah merasa lega karena Heswa mau terbuka mengenai masa lalunya.

"Pak, tolong antar saya ke rumah bapak saya dulu ya..." Heswa merindukan rumahnya.

"Iya mbak." Pak Lukman merasa tidak enak kali ini. 'Kenapa mbak Heswa minta pulang? Kenapa tadi aku lancang tanya tanya! Nanti kalau mbak Heswa gak mau pulang gimana? Bisa bisa aku yang dicincang sama Pak Jati!' Pak Lukman terus bergumam dalam hati.

"Saya nanti gak lama pak, cuma mau ambil barang aja" Kali ini Heswa tahu apa yang sedang pak Lukman pikirkan.

"Iya mbak" Pak Lukman menghembuskan napas kasar.

Pak Lukman segera melajukan mobil kearah tujuan Heswa selanjutnya. Kurang lebih mereka memakan waktu setengah jam untuk mencapai rumah orang tua Heswa.

"Assalamu'alaikum!" Heswa membuka pintu rumahnya yang tidak terkunci.

"Wa'alaikumsalam." sahut ibunya dari dalam. Heswa segera mencium tangan ibunya.

"Kamu kesini sama siapa?" bu Sari mengangkat kepalanya kekiri dan kanan mencari orang yang bersama Heswa.

"Sama pak Lukman bu, Sopir mas Jati." Bu Sari mengeryitkan dahinya tidak percaya.

"Kok bisa? Tapi kamu?" Bu Sari masih belum bisa mencerna keadaan yang baru saja dia tahu.

"Aku gak apa apa bu, pak Lukman orang baik." Heswa tersentum lalu masuk ke kamar sederhananya yang selalu tampak nyaman dan dirindukan.

"Jati berhasil dong ngajarin kamu buat terbuka lagi" Bu Sari mengejar anaknya yang sudah di kamar.

"Hehehe, iya." Heswa mengangguk dan memeluk ibunya.

"Alhamdulillah, Ibu seneng banget dengarnya. Kamu nurut ya sama Jati. Dia sudah susah payah mengembalikan jati dirimu. Kesabaran Jati pasti juga ada batasnya. Kamu juga harus berusaha sendiri." Bu sari mengusap lembut rambut anaknya.

"Iya bu, oh ya bu...Heswa langsung balik ya, tadi cuma mau ambil baju buat interview magang." Heswa melepaskan pelukannya.

"Yah, padahal ibu masih kangen. Tapi kamu balik saja nanti Jati nyari kamu." Ibunya tersenyum bahagia dengan perubahan anaknya.

"Assalaikum bu" Heswa mencium tangan ibunya dan bergegas masuk kedalam mobil.

"Wa'alaikum salam" Bu sari mengantar Heswa sampai pintu. Tak lupa bu Sari melambaikan tangan kepada anak yang sudah dirundukan itu.

Jam terus berputar. Matahari mulai menutup dirinya. Heswa sepertinya telat bila harus ikut mbak Lastri memasak. Bahkan sekarang Heswa masih dalam perjalanan.

***

Jati hari ini sibuk dengan kegiatannya. Rizal membacakan jadwalnya untuk besok pagi dan memilah milah pekerjaan yang harus dikerjakan duluan.

Di perjalanan pulang Jati menyempatkan diri untuk membeli blackforest kesukaan Heswa. Jati memotret bingkisan yang ada di tangannya dan mengirimkan pesan ke Heswa.

Jati: Lihat, aku bawa apa?

Heswa: Mauuuuu.....:)

Jati: Tapi aku dapat cium ya..

Heswa: :) :) :)

Jati segera memacu mobilnya ke rumah. Dia sudah tak sabar untuk mendapat ciuman dari istrinya. Tidak sampai dua puluh menit Jati sudah masuk rumah.

"Mbak, kok sepi? Heswa masih belum pulang?" Jati mencari mobilnya.

"Belum pak. Mungkin masih dijalan" Mbak Lastri berhenti sejenak dari kegiatannya untuk menjawab pertanyaan majikannya.

Tak berselang lama mobil yang digunakan Heswa masuk ke pekarangan rumah. Jati menghampiri dan membukakan pintu belakang mobilnya untuk Heswa.

"Kok sampe sore banget?" Jati merasa khawatir.

"Iya, tadi mampir dulu ke rumah." Heswa tersenyum sambil melirik ke arah beberapa kantong yang dibawa Jati.

"Mbak, tolong siapin kue ini ya. Kita mau mandi dulu." Jati memberikan kotak yang berisi kue ke mbak Lastri.

"Iya pak" Mbak Lastri menerima dan segera menuju kearah dapur.

Heswa dan Jati masuk kedalam kamar mereka dengan bergandengan tangan. Sudah pasti Heswa malu karena ada mbak Lastri dan Pak Lukman di sekitar mereka. Wajah meronanya yang tampak seperti kepiting rebus sudah tidak dapat lagi disembunyikan.

"Mana janji kamu? Kan aku udah bawain kamu black forest." Jati menunjuk pipinya sendiri.

"Malu mas." Heswa menggigit bibir bawahnya karena merasa takut dan malu secara bersamaan.

"Malu sama siapa? Kan tidak ada orang, cuma kita berdua. Aku kan suamimu bukan orang lain." Jati memejamkan matanya.

"Cup" Tiba tiba bibir Heswa sudah mendarat di pipinya. Heswa mencium bau mint dan bibirnya yang mungil menyentuh kulit Jati yang lembut.

"Kapan mau cium disini?" Jati menunjuk bibir tipisnya.

"Belum tau" Heswa segera masuk kedalam kamar mandi. Dia segera mengatur napasnya agar kembali normal. Belum lagi wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus terlihat jelas di kaca yang ada dihadapannya.

***

Dua sejoli ini sudah duduk di ruang TV sambil menikmati kue dan teh sebelum makan malam.

"Mas besok aku ada wawancara kerja." Heswa membuka percakapannya dengan Jati.

"Dimana?" Jati mengangkat sebelah alisnya.

"Di Star Jaya Group." Jawab Heswa percaya diri.

"Jangan!" Suara Jati agak meninggi.

"Kenapa?" Heswa mengeryitkan dahinya.

"Mereka saingan kita." Jawab Jati agak meradang. Sebenarnya bukan itu maksud Jati. Pemilik Star Jaya adalah teman namun juga musuhnya. Dia pasti akan mendekati Heswa kalau tahu bahwa Heswa adalah istrinya. Dia tidak rela jika Heswa harus bertemu temannya yang brengsek itu.

"Itu kan perusahaan yang menjajikan dan ternama." Heswa merengek ke Jati.

"Tidak Heswa. Jangan membantah atau akan aku umumkan ke semua orang kalau kamu Mrs. Joyoutomo jika kamu masuk ke perusahaan kita" Jati meletakkan kuenya karena sudah merasa tidak menginginkannya lagi.

"Maaf mas. Iya aku tidak akan kesana besok. Tapi ke perusahaan yang lain boleh kan?" Heswa menggelayut manja di lengan Jati.

"Iya. Tumben mau pegang begini?" Jati menatap lekat mata Heswa.

"Lagi usaha tau.." Heswa mengerucutkan bibirnya. Jati yang gemas akhirnya mengecup puncak kepala sang istri.

***

Malam mulai datang. Mereka makan bersama di ruang makan. Karena sudah malam jadi mbak Lastri dan pak Lukman berpamitan untuk pulang.

Sepulangnya pak Lukman dan mbak Sari mereka segera masuk ke kamar untuk istirahat. Jati segera memberikan oleh oleh dari Diandra.

"Ini, tadi Diandra mampir ke kantor" Jati memberikan goodie bag.

"Apa mas isinya?" Heswa penasaran dan mengangkat benda berwarna hitam itu.

"Lihat saja sendiri" Jati tersenyum nakal ke arah Heswa.

"Hah?" Heswa kaget dan segera kembali memasukkan benda yang tabu baginya dengan kasar. "Kenapa kasih itu sih?" Jati tertawa puas tapi tidak dengan Heswa. Dia malu setengan mati setelah mendapati bahwa isi bingkisannya adalah Lingerie. Jati terus menggoda istrinya yang masih manyun.

Heswa segera meletakkan kembali goodie bagnya di atas meja. Dia meringkuk kedalam selimut dengan wajah yang masih merah seperti kepiting rebus. Jati menyusul tidur di sebelah Heswa dengan Senyum penuh kemenangan.