Chereads / Vasavi Cross: Remnants / Chapter 12 - Bab X - Sumber Mendung

Chapter 12 - Bab X - Sumber Mendung

Vayyu langsung berlari ke arah tersebut. Tekanan dan aura mencekam yang makin kuat membuatnya yakin ini memang arah yang benar. Masalahnya, hal tersebut sepertinya membuat rekannya tampak sangat kesulitan.

Nafas Sarvati terlihat menjadi berat dan agak terengah-engah, walaupun sepanjang perjalanan ini sebelumnya dia tidak begitu. Aura mencekam di tempat ini seperti ini memberi beban jauh lebih besar dari untuknya entah mengapa. Seharusnya nagga lebih kuat daripada ini.

Kalau Vayyu sendiri, dia memang menyegel dirinya dan mengurangi ketajaman indra untuk mengurangi efek samping. Kadang ilmu segel memang ada gunanya di saat-saat tidak terduga,

"Oi," Vayyu memanggil mitranya.

"Apa?"

"Kau tidak apa-apa?"

"Ini bukan apa-apa," jawab Sarvati tenang walaupun dia jelas tampak terengah-engah.

"Kau yakin?" Tanya Vayyu lagi. Naga perempuan itu jelas sekali berusaha menyembunyikan fakta bahwa hawa mencekam nan pekat ini sangat membebaninya. Naga perempuan memang keras kepala. "Kita berjalan saja atau kau terbang rendah? Mungkin itu akan mengurangi bebanmu sedikit."

Sarvati tidak langsung menjawab seolah malas membalas Vayyu. Namun dia mendadak menyeringai sinis dan berkata, "Nagga tanpa sayap sepertimu pasti tidak tahu kalau terbang rendah justru menghabiskan tenaga jauh lebih banyak dibanding berlari."

"Maaf deh," Vayyu menaikkan bahunya dan mencibir. Dia lupa kalau nagga bersayap memang cukup menyombongkan kemampuan terbangnya itu pada 'nagga nista' yang terpaksa berjalan pada kaki mereka.

Sarvati hanya membalas dengan tawa kecil dan tersenyum. Vayyu sendiri menyadari sepertinya dia memang masih agak meremehkan Sarvati akibat tubuh kecilnya, tapi dia sepertinya lupa kalau Sarvati sendiri adalah seorang kesatria di badan militer Kekaisaran Naga, dia bahkan menjadi tangan kanan dari si bedebah Vaardict. Setidaknya Sarvati pasti sudah melalui latihan macam neraka.

Tidak lama kemudian Vayyu mendengar suara gemuruh di kejauhan dan berhenti. Jelas pasti gerombolan golem. Mereka berdua segera bergerak menuju tempat asal suara tersebut. Vayyu melirik ke langit dan melihat garis-garis yang tebal mulai terpusat pada tempat di dekatnya berada sekarang. Selain itu bunyi bebatuan yang bergerak terdengar semakin ramai dan keras.

"Gila…." Vayyu mengeluh melihat banyak golem yang tengah berjalan ke arah timur. "Jumlah mereka bisa seratus," keluhnya lagi dengan pernyataan yang seolah meremehkan masalah. Karena jumlah mahluk-mahluk tidak berotak itu jelas-jelas lebih dari seratus. Belum lagi jumlah mereka terus bertambah.

"Lalu bagaimana? Kita tunggu mereka lewat dan serang sumbernya?" tanya Sarvati tenang. Dia pasti sudah hilang akal.

"Itu bisa jadi akan cukup lama, karena mereka terus membangun."

"Kalau begitu, tembak sumbernya dengan anak panahmu," Saran Sarvati datar.

"Pertama, aku tidak tahu yang mana sumbernya," Vayyu memprotes. Sekarang dia mengerti mengapa mitranya itu bisa begitu tenang. Dia pasti menyangka segalanya akan bisa diselesaikan begitu mudah dengan Varana Mokhsa. "Kedua, panahku masih belum mampu menembus mereka dari jarak sejauh ini. Aku masih perlu membuka segel lebih banyak."

Vayyu mendadak merasakan sedikit panas memancar dari arah Sarvati. Vayyu melirik naga jingga itu dan melihat Aggni di tangan kanannya membara dalam api putih. "Kalau begitu, kau kubakar saja sekarang," Kata Sarvati menyeringai lebar. Walaupun agak terengah-engah, dia tampak sedikit bahagia. Tampaknya dia memang benar-benar hilang akal. Hawa pekat ini ternyata bisa mempengaruhi daya pikir dan kewarasan naga sekalipun.

"Andaikan saja semuanya sesederhana itu," keluh Vayyu menggeleng.

"Kalau begitu kita tunggu saja? Menunggu kesempatan agar bisa menyelinap dan mencari dengan seksama yang mana menjadi induk semangnya?" Sarvati menyarankan. Akhirnya ada saran yang terdengar sedikit masuk akal dari lidah naga perempuan itu.

Vayyu memiringkan kepalanya dan berpikir sejenak sebelum menjawab, "Mungkin, tapi aku sedikit khawatir ke mana arah tujuan para golem ini melangkah."

"Tenang saja," balas Sarvati. "Tidak ada apa-apa di daerah sekitar sini."

"Kau yakin."

Sarvati mengangkat bahu dengan santai, "Paling hanya pos kekaisaran naga di sebelah timurBetul, tapi itu kan di timur."

"Kau sadar kan mereka bergerak ke arah timur?"

Ada yang benar-benar salah dengan kemampuan nagga sekarang dalam mengindentifikasi arah. Bagaimana mungkin Sarvati tidak tahu di mana arah timur? Apa otak nagga di sampingnya ini sampai rusak akibat kebrutalan Si Bedebah Vaardict dalam melatihnya?

Sarvati tersentak dan mendongak pada Vayyu dengan mata membesar, "Kita harus menghentikan mereka sebelum mereka menghancurkan pos itu. Kau bisa mendeteksi yang mana sumbernya dengan cepat?"

Vayyu menghela napas dan menggeleng, "Sudah kukatakan akan perlu, waktu."

Sarvati tidak langsung menjawab, tetapi naga jingga kemerahan itu menarik Zhurron dari sarungnya sebelum bertanya, "Kau bisa melakukannya sambil bertempur?"

Vayyu mengangguk. Tentu saja bisa. Memangnya dia kira Vayyu itu siapa?

"Bagus,"

Kata Sarvati santai sambil mengepakkan sayapnya dan meluncur ke barisan golem. Tanpa pikir panjang tentunya.

"Tuntun aku, Varana Mokhsa," panggil Vayyu pada busurnya. Dia bergerak ke depan beberapa langkah lalu berhenti untuk melepaskan anak-anak panah cahaya pada para golem. Beberapa yeng terkena tepat di bagian dada beberapa langsung ambruk. Sementara yang hanya terkena di bagian tubuh lain, bagian tubuh itu langsung rontok.

Serangan itu membuat para golem menyadari kedatangan mereka berdua. Tanpa membiarkan para golem bereaksi, Sarvati merangsek dan menghantam golem pertama tepat di jantungnya dan menghentikan pergerakannya seketika itu juga. Dia memanfaatkan tubuh mungilnya untuk menghindari sergapan-sergapan dari para golem dengan gesit dan lincah.

Dia tidak selalu menghabisi mereka dengan menancapkan pedangnya ke pusat dada para golem. Sebagian tebasannya diarahkan untuk mengamputasi lengan atau kaki mereka. Vayyu meneruskan dengan menembak tepat di jantung mereka sambil melangkah maju dengan perlahan.

Hal yang paling merepotkan dari para golem ini bukanlah kekuatan, melainkan jumlah.

Suara bergemuruh datang dari arah kanan, beberapa golem menerjang ke arah Vayyu. Hal itu memaksanya untuk lebih tergesa-gesa dalam melepaskan anak panah. Tembakan akurat hanya dia lepaskan pada golem yang mengancam posisinya. Untuk membantu posisi Sarvati, dia melepaskan anak panah secara acak sebelum kembali menembaki para rgol;em yang berdatangan ke arahnya.

Selain itu Vayyu juga sedari tadi mencoba memindai para golem itu dan belum mampu menemukan sumbernya. Dia menyempatkan diri melirik ke langit untuk melihat di mana garis-garis sihir di langit itu bertemu dan memutuskan untuk bergerak ke sana. Jujur saja, mendeteksi garis-garis sihir sembari terus bertempur memang cukup merepotkan. Dia perlu tenaga tambahan dalam misi ini.

"Oi, kerdil, mungkin pusatnya di sana!" seru Vayyu sambil menembakkan satu panah cahaya ke ufuk barat daya, tempat yang dicurigainya sebagai tempat di mana pusat dari kegilaan ini berada.

"Hmph, karena mereka banyak berkumpul di sana?" sahut Sarvati sambil terus bertempur.

"Tentu saja, itu logika dasar," balas Vayyu dengan suara keras sembari menunduk berputar ke kiri menghindari tinju sebuah golem. Vayyu sempat berandai jika si bedebah Vaardict itu pasti lupa mengasah logika dasar pada pasukannya. Dia pikir semua naga pintar seperti dia.

Vayyu melanjutkan perputarannya dan langsung menghantamkan tinju tangan kanannya tepat ke tubuh golem yang menyerangnya, mengakibatkan bagian tubuh golem itu melayang jauh entah ke mana meninggalkan kaki, tangan, dan kepalanya yang berjatuhan.

Terdengar bunyi keras disertai ledakan besar di tempat Sarvati berada. Entah berapa jumlahnya, tetapi Vayyu cukup yakin setidaknya belasan golem begitu saja ke langit ditemani lidah-lidah api biru yang menari-nari ganas.

"Nah, begitu dong," Vayyu menyeringai sambil meninju mundur sebuah golem dan mengakhirinya dengan tembakan cepat pada dadanya sembari melompat jauh ke belakang, atau lebih tepatnya ke tempat Sarvati berada.

Tempatnya berdiri sekarang sedikit lega dibanding tadi. Jujur saja, Vayyu harus mengakui Sarvati tampaknya jauh lebih kuat daripada dugaannya. Itu hal yang bagus, sangat bagus, lebih bagus dari bagus.

"Wah…." Kata Vayyu sambil terus melepaskan anak panah demi anak panah pada para golem yang kembali mencoba mengepung mereka.

"Heh," Sarvati berdiri dari posisi menancapkan Zhurron ke tanah dan mulai membungkus tubuhnya sendiri dengan api biru. Entah apa lagi yang akan dia lakukan.

"Aku akan membukakan jalan, jangan sampai tertinggal," kata Sarvati sebelum mulai terbang dengan cepat ke arah barat daya.

"Cih," Vayyu segera mengaitkan busurnya menyilang dari bahu ke pinggangnya dan berlari mungkin mengejar Sarvati yang menghantam apapun yang menghalangi pergerakannya.

Dasar nagga bersayap. Sarvati itu pasti lupa kalau Vayyu tidak bisa terbang dalam keadaan sekarang. Membuka semua segel pun dia masih tidak bisa terbang. Vayyu hanya bisa melayang.

Berkat celah yang dibuka oleh Sarvati, Vayyu mendapat kesempatan untuk mengkonsentrasikan pandangannya ke langit dan akhirnya melihat jelas posisi di mana garis-garis sihir itu bersilangan. Vayyu menoleh ke arah Sarvati terbang dan melihat siluet dari sosok yang sangat besar, menanti tepat di bawah persilangan itu.

Terjadi sebuah ledakan besar ditemani lidah api-lidah api kebiruan ketika Vayyu baru saja berniat memberikan peringatan pada Sarvati. Para golem terpental jauh dari pusat ledakan dan Vayyu terpaksa melambatkan pergerakannya akibat momentum ledakan tersebut.

Ledakan itu cukup besar dan kuat untuk menghancurkan apa saja yang ada di pusatnya. Namun sayangnya, tidak semua benda mampu dihancurkan ledakan sekuat itu.

Sesokok golem raksasa masih berdiri tegak di posisinya seolah tidak terpengaruh sama sekali oleh ledakan tadi. Dia berukuran tiga sampai empat kali lipat dan berwarna sedikit berbeda dibandingkan golem lain.

Dia masih berasal dari bebatuan yang sama dengan yang lain, tetapi warnanya tampak lebih kehitaman. Selain itu dia juga tampak seperti mengeluarkan aura kehitaman yang kasat mata.

Di mata Vayyu jelas sekali tampak pusat aliran energi berada di tengah-tengah bagian badan golem besar itu.

Targetnya sudah ketemu. Sekarang tinggal mencari cara menembus tubuh batu bergerak raksasa itu.