Vayyu melirik ke langit dan melihat Sarvati sendiri tengah melayang di udara, sayapnya mengepak-kepak berusaha menjaga keseimbangan. Sepertinya Sarvati terpental akibat ledakan yang dihasilkan dirinya sendiri.
Itu adalah salah satu alasan Vayyu cukup mempertanyakan ketahanan tubuh kerdil Sarvati. Menurut kalkulasi Vayyu, momentum yang bisa ditahan badan sekecil itu tidak seimbang dengan ledakan yang dihasilkannya.
Ada hal baru di pertarungan ini, untuk sesaat Sarvati tampak berpikir. Luar biasa, otak kecil itu sepertinya bisa digunakan.
Namun, kekaguman Vayyu lenyap saat Sarvati meluncur begitu saja ke arah golem raksasa. Vayyu hanya bisa menghela napas lelah, tentu saja Sarvati bertingkah seperti itu. Berpikir selama apapun, hanya kesimpulan bodoh yang bisa nagga jingga itu ambil.
Vayyu dengan cepat mengambil kembali busurnya dan menembakkan anak-anak panahnya sambil bergerak mendekati golem raksasa. Keadaan tidak tampak begitu baik melihat anak-anak panahnya gagal menembus tubuh batu itu. Selain itu, golem di sekitarnya -yang tadi terpental dan luluh lantak- kini mulai bangkit kembali. Belum lagi golem dari sisi lain pertempuran kini bergerak memusat ke induk semangnya.
Sarvati berusaha menebas-nebas golem raksasa. Akan tetapi, sepertinya itu tidak terlalu berhasil. Raksasa itu hanya tergores tanpa mengalami kerusakan berarti. Sebaliknya, tinju-tinju dan sapuan dari tangannya yang besar jelas membuat Sarvati kewalahan untuk menghindar. Jangankan nagga kerdil itu, Vayyu saja enggan jika harus berurusan dengan bongkahan batu sebesar itu.
Oleh karena itu, demi menjaga jarak, Vayyu terus berusaha membantu Sarvati dengan melepaskan beberapa anak panah yang masih tidak berpengaruh banyak. Menyerah menggunakan cara yang sama, Vayyu pun memutuskan untuk mengambil langkah lain. Kalau dia tidak bisa menembus fisik, maka dia akan menembusnya perisai sihirnya.
"Gunakan Aggni!" seru Vayyu pada Sarvati yang sibuk menghindar. Setelah itu dia berbisik pada busurnya, "Kembalikan segalanya pada zat awal, Varana Mokhsa."
Vayyu kembali menarik busur, tetapi kali ini bukan panah cahaya yang terbentuk, melainkan sebuah panah tembus pandang dari energi murni yang bentuknya hanya mampu terlihat dari siluet-siluet tipis kebiruan.
Dia membidik tepat ke pusat dada golem raksasa. Namun, anak panahnya justru mengenai bahu sang golem raksasa ketika makhluk itu mendadak bergerak karena ingin menghantam Sarvati yang terus berkelit. Persis seperti manusia berusaha menghabisi nyamuk yang mengganggu.
Setidaknya harapan Vayyu menjadi kenyataan. Golem raksasa tersentak begitu panah yang dilepaskan Vayyu menghantam bahunya. Dugaannya benar, raga sesungguhnya dari makhluk itu adalah aliran energi sihir di dalam tubuhnya. Dengan energi murni, Vayyu bisa melukainya.
Niatan Vayyu untuk melanjutkan serangannya terganggu ketika dia menyadari para golem sudah mengepungnya. Dengan cepat dia berputar dan meninju sebuah golem dan mementalkannya sebelum melepaskan satu anak panah secara acak pada induk semang mereka.
Vayyu tidak memiliki pilihan banyak kecuali berusaha mementalkan para golem sambil sesekali melepaskan anak panahnya pada sumber kekacauan ini. Akan tetapi, dia sendiri tahu dia tidak bisa terus begitu.
Sarvati tampak kesulitan menutup jarak untuk bisa benar-benar menggunakan Aggni dan justru memilih untuk menyemburkan api dari mulutnya. Dia pasti sudah gila.
Suara semburan api meraung. Sembari terus meninju golem yang datang, Vayyu melirik ke arah datangnya suara. Tepat di atas sang golem raksasa, Aggni melayang terhunus ke bawah. Sebuah pilar api putih membara tepat di bawahnya, melingkupi sang golem raksasa.
Sepertinya setiap Vayyu mulai meragukan kapabilitas nagga mungil itu, Sarvati selalu bisa melakukan gerakan yang cukup berada di luar ekspektasi.
Sang golem raksasa bergemuruh bagai hewan buas yang kesakitan. Di saat itu Vayyu pun menyadari bahwa golem-golem lain tampak melambat dan seperti ikut kesakitan. Kesempatan akhirnya datang. Vayyu meninju udara kosong dengan membabi-buta, melepaskan hempasan gelombang udara yang mementalkan para golem.
Vayyu melompat beberapa kali untuk mendekati sang golem raksasa dan melepaskan proyektil-proyektil energi murni yang membuat makhluk itu meraung semakin keras. Sementara itu, Sarvati terbang mengitari sang raksasa sambil terus membakar bagian lengannya yang tidak terlingkup pilar api suci Aggni.
Kembali di luar dugaan, ternyata mereka berdua bisa bekerja sama dengan cukup baik kali ini tanpa instruksi dari salah satunya.
Sayangnya, keadaan itu tidak berlangsung lama, begitu Vayyu hampir berhasil mendarat cukup dekat dengan sang golem raksasa. Makhluk itu mendadak mengeluarkan suara bergemuruh jauh lebih kuat dan mengangkat kedua lengannya ke atas. Makhluk itu menghantamkan tangannya ke tanah, menghasilkan suara yang memekakkan telinga. Seketika itu juga Vayyu merasakan seolah seluruh langit telah runtuh dan memaksanya untuk jatuh terjerembab.
Suara bergemuruh kembali terdengar, bedanya kali ini pertanda para golem kembali bangkit. Vayyu berusaha bangkit dan melihat pilar api Aggni telah menghilang. Pedang itu juga pasti berhasil dijatuhkan dengan cara yang sama. Vayyu menoleh ke sekitar dan melihat Sarvati mengerang kesakitan.
Jatuh dipaksa dari langit macam tadi pasti sangat menyakitkan.
Vayyu segera berdiri tegak dan meninju golem yang baru saja bangkit di sebelahnya serta dua golem yang berusaha menyerangnya dari belakang. Kecepatan mereka terbentuk sepertinya bertambah kali ini. Vayyu melirik ke arah Sarvati yang berusaha bangkit. Akan tetapi, di sekitar nagga mungil itu, para golem telah melompat ke udara dan bersiap menimbun Sarvati dengan tubuh mereka. Tubuh naga mungil itu pasti remuk jika hal itu terjadi.
"Sarvati!!"
Vayyu berseru. Sembari berkelit menghindari serangan golem di sampingnya, dia mengalirkan segenap kekuatan pada kepalan tangannya dan melepaskan rentetan tinju gelombang demi mementalkan para golem yang kini menjatuhkan tubuh mereka demi meremukkan Sarvati. Dalam waktu yang singkat itu, Vayyu tidak dapat berpikir banyak untuk membidik dan melepaskan tinjunya membabi buta.
Semoga saja dia tidak terlambat.
Hampir semua raksasa batu berhasil dipentalkannya, kecuali dua golem dan kepalan tangan dari sang raksasa batu yang menghempaskan Vayyu. Tersungkur, Vayyu hanya bisa melirik dengan geram melihat dua golem menahan sayap Sarvati ke tanah sementara tinju sang golem raksasa melayang ke arah nagga mungil itu.
Di saat itu, Vayyu melihat hal yang tidak pernah bisa diduga. Hal yang menjadi jawaban dari keheranannya selama ini.
Tubuh Sarvati mendadak terbakar api putih dan agak menyusut. Masih dalam selimut api, dia berguling menghindar. Tubuhnya entah mengapa bisa melepaskan diri. Ketika selimut api mulai menghilang, Vayyu melihat sayap dan ekor Sarvati menghilang. Nagga itu berubah menjadi manusia.
Kalau keadaannya tidak genting seperti ini, Vayyu pasti sudah mengoceh untuk menginterogasi manusia yang mendadak muncul itu. Biarlah, penjelasan akan hal itu bisa menunggu. Setidaknya rekannya selamat dan kini di bisa terfokus menyerang kembali.
Vayyu berguling ke samping ketika beberapa golem berusaha menimpanya. Dia berhasil bangkit dan meninju sebuah golem di dekatnya tepat di kepala. Posisinya kini sudah sangat dekat dengan induk semang mereka. Dia sesungguhnya sangat enggan berusaha mendekati makhluk raksasa ini. Akan tetapi demi mengalahkan makhluk itu, dia tetap harus mendekat.
Vayyu melirik ke tempat Varana Mokhsa tergeletak dan berbisik, "Kembali."
Seketika itu juga busur itu menghilang dari posisinya dan muncul dalam genggaman tangan kiri Vayyu. Bukan vasavi namanya kalau tidak bisa melakukan hal sepele seperti itu.
Vayyu tidak membuang waktu dan melepaskan anak-anak panah dengan cepat ke pusat dada sang raksasa yang membuatnya bergemuruh kesakitan. Di saat itu, Sarvati melompat tinggi dan menancapkan Aggni tepat ke pusat dada sang raksasa. Ketika Sarvati melepaskan pedang itu dan melompat ke belakang, Aggni langsung terbakar api putih dan memuntahkan pilar api yang menembus tubuh sang raksasa. Vayyu berkelit dan berputar dalam posisi separuh berlutut dan membidik tepat di titik di mana pedang itu menancap. Dia memusatkan seluruh energinya pada anak panah energi murni yang terbentuk di busur dan melepaskannya.
Sang golem raksasa menghasilkan suara gemuruh yang keras ketika energi sihir yang memotorinya mulai dibersihkan. Vayyu segera memfokuskan pandangannya ke langit dan kembali menarik busurnya sambil berbisik, "Tuntun aku, Varana Mokhsa." Vayyu pun melepaskan anak panahnya tepat ke tempat persilangan garis-garis sihir di angkasa untuk membersihkan langit dari pembentukan sangkar energi sihir dengan hawa mencekam itu.
Vayyu memberi mundur sambil memberikan isyarat pada Sarvati untuk juga menjauh dari sang golem raksasa yang mulah hancur. Di sekitar mereka, para golem lain ikut runtuh. Suara gemuruh dan guncangan bumi terasa semakin keras bersamaan dengan menghilangnya garis-garis energi sihir di langit.
Langit berangsur terang dengan menghilangnya mendung tebal. Siar mentari mulai menghiasi tanah kering. Begitu juga dengan rupa Sarvati yang tampak lebih jelas.
Tidak ada sedikitpun sisik di tubuhnya. Sarvati tampak benar-benar seperti manusia, lengkap dengan tubuhnya yang semakin mungil. Jadi ini yang mengakibatkan Vayyu mencium bau manusia darinya.