Chereads / CEO Dadakan / Chapter 227 - Es Yang Mencair

Chapter 227 - Es Yang Mencair

Pur, apa yang kamu lakukan di sini tanya Zepri. Melihat Pur di depan pintu kamarnya.

Tuan Putra memintaku mengambil berkas penawaran asli punya Global Adventure.

Apakah kamu tadi menekan bel tanya Zepri?

Tidak Tuan Bos, saya takut nanti mengganggu kamar Tuan Putra.

Syukurlah, kamu tunggu di sini. Akan aku ambilkan.

Zepri membuka pintu kamarnya perlahan, dan meminta Pur menahannya agar tidak tertutup.

Dilihatnya Shinta tertidur di sofa samping tempat tidurnya.

Zepri mengendap2 melangkah dan mengambil satu dokumen di atas meja kerja.

Pur melihat ke dalam penasaran, apa yang dilakukan bos nya sampai berjalan pelan-pelan.

Dilihatnya, seorang wanita tertidur di sofa.

Tuan Bos itu ucap Purnama.

Hust, kecilkan suaramu nanti dia terbangun. Apakah ada hal lain?

Eh, tidak ada Tuan ucap Purnama.

Kalau begitu kembalilah, kalau ada yang ingin ditanyakan kirimi aku pesan saja. Aku akan membalasnya.

Zepri berbalik dan menutup pintu kamarnya perlahan. Pur, masih berdiri di depan pintu kamar Zepri.

Kenapa kamu lama sekali sebuah suara mengagetkan lamunan Purnama.

Tuan John ucap Purnama.

Tadi tuan bos sedang tidak di kamar jadi aku sempat menunggunya.

Mana dokumennya?

Ini tuan ucap Pur.

Kembalilah ke kamarmu, biarkan aku yang berjaga malam ini. Kamu terlihat lelah.

Tapi Tuan, bukankah besok Tuan harus mendampingi Tuan dan Nyonya bermain wahana air.

Sepertinya tidak, Tuan Zai menginfokan butuh istirahat agak lama dan meminta makannya di antar ke kamar saja jadi kemungkinan aku bisa beristirahat besok pagi.

Oh, baiklah Tuan John. Terima kasih ucap Pur yang melangkah menuju kamarnya.

Ini kali pertama Pur melihat Zepri memperlakukan berbeda seorang wanita. Sejak Pur bergabung dengan Tim Keamanan AGC ini kali pertama Zepri memperlakukan berbeda seorang wanita. Wanita itu terlihat seperti teman dari Nyonya Zai batinnya.

Zepri menyelimuti tubuh Shinta yang tertidur di sofa, dia membuka email dan mulai mengerjakan pekerjaan yang tertunda karena sudah 5 hari ini dia ikut stand by di hotel. Sesekali Zepri meregangkan kepalanya, matanya mulai lelah tapi masih ada 3 email yang harus dia balas. Dia sekarang adalah Manajer Perecanaan Pemasaran di AGC, terlepas dari dia adalah sekretaris Putra. Jabatan itu dirangkap karena Putra tidak memiliki sekretaris lagi semenjak sekretarisnya yang lalu menikah. Lagian Zepri yang menyanggupi itu, jadi beban kerjanya juga berat selain mendampingi Putra dia juga memiliki tugas penting sebagai Manajer Perencanaan Pemasaran.

Shinta terbangun dan dilihatnya Zepri yang sesekali memijat belakang kepalanya. Dia terlihat sibuk membuka dokumen di sampingnya.

Maaf Tuan ucap Shinta perlahan.

Kamu sudah bangun tanya Zepri.

Maaf aku tidak sengaja tertidur .

Tadi aku tidak menyangka akan memerlukan waktu sedikit lama memeriksa laporan jadi kamu menunguku terlalu lama, apakah resumenya sudah selesai tanya Zepri sambil mengambilkan segelas air ke Shinta.

Sudah dan aku sudah mencetaknya juga tadi. Shinta mengambil kertas di atas meja.

Zepri membacanya dan mengernyitkan dahinya.

Sepertinya Nyonya tidak ada yang bermasalah kalau aku lihat dari sini.

Ya, setelah kami berbicara tadi. Memang Nyonya Imelda ada sedikit kekhawatiran tentang Tuan Zai, Tuan Putra dan orang - orang yang dianggap penting olehnya. Tapi itu dalam tahap yang wajar, setiap orang pasti akan memiliki kekhawatiran terhadap orang yang di sayangi. Sama halnya dengan aku yang mengkhawatirkan pernikahan Feby atau mengkhawatirkan kembaranku. Atau Tuan yang mungkin juga mengkhawatirkan orang tua Tuan.

Orang Tua ku sudah lama tiada.

Oh maaf Tuan, aku tidak bermaksud apa2.

Tidak masalah itu sudah lama berlalu, kurasa umur kita tidak terlalu jauh. Bagaimana kalau kita tidak usah terlalu formal, aku merasa sedang konsultasi dengan psikiater kalau begini?

Shinta tertawa, aku tidak masalah. Asal Tuan mau berteman dengan orang sepertiku.

Bukannya terbalik, harusnya aku yang mengatakan seperti itu. Apakah Nona yang seorang dokter ini bersedia berteman dengan orang sepertiku.

Tuan terlalu merendah, seorang Sekretaris utama dari Direktur Utama AGC. Dengan popularitas seperti tuan harusnya saya yang merasa beruntung bisa diajak berteman oleh Tuan.

Kamu ngopi? tanya Zepri.

Shinta menganggukkan kepalanya. Aku bisa buat sendiri, kamu selesaikan saja dulu pekerjaanmu.

Tidak apa-apa, cuma sebentar.

Kebetulan masih ada 3 email dari Jerman yang harus aku cek, kamu tidak ada janjikan?

Janji, jam segini ucap dokter Shinta?

Siapa tau ucap Zepri, kalau tidak ada setelah menyelesaikan pekerjaanku aku akan mengantarmu kembali ke kamar.

Sebenarnya tidak apa-apa, aku bisa kembali sendiri kalau kamu sibuk.

Janganlah, bagaimana pun aku menjemputmu tadi jadi aku juga yang akan mengantarmu kembali ke kamar.

Zepri meletakkan kopi dan beberapa cemilan di atas meja. Beri aku waktu 30 menit, aku akan segera menyelesaikannya.

Tidak usah buru-buru, ini sudah hampir pagi. Aku rasa Shanti juga sedang tidur dan aku tidak membawa kunci.

Kalau begitu kamu silahkan senyaman dirimu, anggap saja aku tidak ada.

Shinta mengambil handphone dari tasnya dan memasang earphone ditelinganya.

Ta panggil Zepri tapi sepertinya Shinta tidak mendengar suaranya. Dia mendekati Shinta dan menepuk lengan Shinta dengan pelan.

Oh, sorry aku pakai earphone.

Aku ada 1 video conference, apakah kamu bisa menunggu?

It's okay, kamu lanjutkan saja ucap Shinta.

Thank You ucap Zepri, dia kembali ke depan laptopnya.

Shinta melihat bagaimana Zepri menjelaskan pada beberapa orang di laptopnya. Dia bahkan sangat lancar berbahasa Perancis gumam Shinta. Apa dia tidak lelah gumam Shinta yang mulai menaikkan kembali kakinya ketempat duduk. Matanya kembali mengantuk sambil melihat layar ponselnya.

Shinta terbangun dan melihat Zepri masih terduduk di kursinya.

Apakah kamu tidak lelah ucap Shinta sambil membenarkan posisi duduknya.

Kamu sudah bangun?

Apakah kamu tidak tidur semalaman ucap Shinta.

Aku selesai jam 5 subuh, aku lihat kamu masih tidur nyenyak jadi aku pun menyempatkan tidur sebentar. Aku juga baru bangun dan mandi, kamu mau kembali ke kamar untuk berganti pakaian dulu atau kita langsung ke tempat sarapan.

Shinta sempat bingung menjawab pertanyaan Zepri.

Oh, kalau kamu merasa tidak nyaman bersamaku. Kamu tidak perlu tidak enak, kita kan teman.

Bukan aku agak kaget saja, karena semalam kamu terkesan tidak banyak bicara.

Tiba-tiba sekarang kamu mengajakku sarapan bareng.

Aku sepertinya kembali ke kamar dulu saja, mau melihat Shanti juga. Bagaimana kalau kita bertemu di ruangan sarapan saja?

Baiklah, kalau begitu cuci lah dulu mukamu. Setelah itu aku akan mengantarmu kembali ke kamar ucap Zepri.

Shinta mengambil handuk yang diberikan Zepri dan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

Tuan, Zepri membungkukkan badannya ketika Putra, Imelda serta anak-anak keluar dari kamar berbarengan dengan mereka. Pur terlihat menggandeng tangan Prince.

Hay Uncle Zepri ucap Prince. This is your girlfriend. She is very beauty...

Shinta hanya tersenyum ke arah mereka.

Kemajuanmu pesat juga ya bisik Putra, sudah nginep aja.

Zepri hanya tersenyum ke Putra.

Tuan saya izin mengantar Shinta dulu, setelah ini saya akan segera keruang makan.

Tidak usah buru-buru, santai saja. Aku beri waktu untuk kalian main hari ini sampai tengah hari.

Tidak apa-apa Tuan, ada yang harus saya laporkan ke tuan.

Laporkan nanti sore saja, pagi ini saya mau membawa anak2 bermain di pantai dulu.

Baik Tuan, terima kasih ucap Putra.

Zepri dan Shinta berjalan mengiringi Putra dan Imelda.

Apakah kalian akan breakfast juga tanya Imelda?

Setelah Shinta berganti pakaian kami akan turun ke bawah Nyonya jawab Zepri.

Dokter apakah ada agenda setelah breakfast nanti?

Belum ada Nyonya jawab Shinta.

Bergabunglah bersama kami, kami akan berkeliling dengan Yacht setelah breakfast.

Apakah tidak mengganggu?

Tentu saja tidak, Zai dan Feby batal ikut karena yah taulah ya. Rasanya pasti tidak ramai, apakah dokter senggang.

Sebenarnya aku di sini bersama kembaranku juga.

Ajak saja, masih cukup ucap Imelda.

Baiklah, kalau begitu akan saya sampaikan ke Shanti juga.

Kami sangat menunggu kalian bisa bergabung.

Ayo Iku, kami duluan ya Dokter ucap Putra.

Zepri menahan pintu dan melepaskan tangannya ketika Pur dan Prince sudah masuk.

Ta, kalau kamu merasa tidak nyaman. Tidak apa2 kalau kamu tidak bisa ikut. Imelda dan Putra pasti mengerti.

Apakah mereka tidak akan marah?

Tidak, mereka bukan tipe yang intervensi atas sesuatu.

Shinta lama seperti memikirkan hal itu.

Hem... Apakah kamu akan ikut?

Ya, jawab Zepri.

Kalau begitu aku juga tidak masalah ikut. Karena aku ingin mencoba bagaimana rasanya naik yacht.

Zepri tertawa, baiklah.

Apakah aku terkesan kampungan?

Tentu saja tidak, aku pun kalau bukan bekerja sama Tuan Putra juga mungkin tidak akan pernah menaikinya.