Aeri sibuk mondar mandir di dalam kamarnya. Pasalnya selama ada mertuanya di rumah itu, Aeri tidak bisa kemana-mana. Hanya bisa pura-pura bersikap manis layaknya istri yang paling baik. Sama sekali tidak menyenangkan berpura-pura menjadi ibu yang memperhatikan suami dan anaknya.
Hari ini adalah kesempatannya jika ingin keluar untuk menyegarkan pikirannya. Sudah tiga hari suami dan ayah mertuanya tidak berada di rumah. Ibu mertuanya juga hari ini sepertinya sedang ke luar. Sehingga Aeri memutuskan untuk pergi ke apartemen pria yang sudah lama menjadi kekasihnya, bahkan sejak sebelum menikah dengan Dae Hyun. Siang ini dirinya mengundang beberapa orang teman untuk perayaan hubungan mereka.
Sekarang sudah pukul satu siang sekitar tiga puluh menit lagi acara akan dimulai. Aeri Tidak ingin sampai datang terlambat ke sana. Sehingga langsung bersiap-siap dengan cepat. Tanpa disadari Jo Yeon Ho masuk ke kamarnya.
"Ibu mau pergi kemana?" ujar Jo Yeon Ho yang berjalan menghampiri Aeri yang tengah bercermin.
"Ibu akan pergi ke salon," jawab Aeri singkat tanpa melirik putranya. Dia hanya bisa bersikap baik dan perhatian jika ada Dae Hyun bersama mereka.
"Ibu, aku ingin ikut. Aku ingin pergi jalan-jalan," rengek Jo Yeon Ho sembari menarik baju Aeri.
"Lepaskan baju ibu! kalau ingin pergi jalan-jalan pergi saja bersama dengan Bibi Eun Hee," ujar Aeri dengan ketus. Selama ini memang tidak pernah menyukai Jo Yeon Ho. Karena kehadiran anak itu, dahulu hampir saja menghancurkan kariernya.
"Tapi aku ingin pergi bersama Ibu," ucap Jo Yeon Ho sembari menengadahkan wajahnya untuk memohon agar Aeri mengizinkannya.
"Tidak." Aeri segera beranjak hendak meninggalkan putranya, namun kemudian berbalik kembali.
Jo Yeon Ho sangat sedih karena tidak diizinkan oleh Aeri. Padahal sudah lama mendinginkan piknik bersama ibunya di taman.
"Jangan mengadu kepada siapapun! kalau kau masih ingin melihat ayahmu, atau Ibu akan mengurungmu di lantai bawah tanah lagi seperti dulu," ancam Aeri. Pernah sekali melakukannya karena anak itu tidak menuruti perkataannya.
"Iya," ujar Jo Yeon Ho yang menundukkan wajahnya karena takut dengan Aeri. Dia pikir ibunya sudah berubah karena selama ada Nenek dan Kakeknya Aeri memperlakukannya dengan sangat baik.
Aeri segera ke luar dari kamar yang disusul oleh Jo Yeon Ho untuk kembali ke kamarnya untuk menggambar.
Baru saja Aeri menuruni tangga, ternyata Ny. Park sudah pulang dari kunjungannya ke tempat saudara.
"Aeri, kau mau kemana?" tanya Ny. Park saat melihat menantunya yang sangat rapi. Nampak sekali kalau hendak bepergian.
"Ibu?" Aeri membelalakan matanya.
"Aku hanya ingin pergi sebentar," jawab Aeri sambil menyunggingkan senyum. Padahal hatinya sangat geram karena anak itu membuatnya harus bertemu dengan mertuanya.
"Bukankah kau bilang akan mengajak Yeon Ho untuk pergi ke luar tadi pagi." Ny. Park mengerutkan dahinya karena tidak melihat cucunya bersama dengan Aeri saat ini.
"Ah, dia sedang bersiap-siap di atas. Kalau begitu aku ke atas dulu, Bu." Aeri langsung berbalik menaiki tangga menuju kamar putranya. Jangan sampai kalau ibu mertuanya tau kalau tak berniat untuk mengajaknya.
"Yeon Ho, cepat ganti baju. Ayo kita pergi!" ujar Aeri yang berdiri di pintu tanpa ada niat untuk masuk.
Jo Yeon Ho sedang fokus menggambar menggunakan crayon. Hanya sebuah gambar seorang anak laki-laki yang berada di tengah kedua orang tuanya sambil membawa balon di tangannya. Gambar yang diimpikan oleh Jo Yeon Ho selama ini.
Jo Yeon Ho tidak menoleh ke arah sumber suara. Berpikir kalau itu hanyalah ilusi suara sehingga dapat mendengar ajakan ibunya.
Aeri merasa kesal karena tidak mendapat respon dari Jo Yeon Ho. Langsung menghampiri anak itu di meja belajarnya.
"Cepat, ayo kita jalan-jalan ke taman yang dulu kita kunjungi." Aeri membujuk putranya dengan nada yang lebih lembut takut jika ibu mertuanya mendengarkan.
"Bukankah Ibu tadi tidak ingin mengajakku?" tanya Jo Yeon Ho dengan wajah polos.
Tanpa menjawab Aeri segera mengambilkan pakaian secara asal-asalan dari dalam lemari untuk Jo Yeon Ho. Sudah tidak ada waktu lagi untuk mengurus anak itu.
"Cepat pakai!" Aeri menyerahkan pakaian itu kepada putranya.
Melihat ekspresi tidak suka di wajah ibunya, tanpa menjawab Jo Yeon Ho dengan patuh langsung memakai pakaian itu. Ia begitu ingin ke luar dari rumah. Ingin juga pergi ke sekolah namun masih liburan.
Tidak butuh waktu terlalu lama akhirnya Aeri sampai ke Namsan Park. Jo Yeon Ho sangat menyukai tempat itu sehingga langsung turun. Menaiki tangga dengan sangat bersemangat. Berbeda dengan Aeri yang memasang wajah tidak senang.
Derttt ... derttt
Ponsel Aeri tiba-tiba saja bergetar, rupanya ada seseorang yang menghubunginya.
"Halo, Sayang kau ada dimana?" tanya suara seorang pria dari seberang telepon.
"Aku berada di Namsan Park," jawab Aeri yang menaiki tangga dengan perasaan tidak senang.
"Untuk apa kau ke sana?" tanya pria itu.
"Anakku ingin pergi kemari. Mau bagaimana lagi aku terpaksa melakukannya," ujar Aeri dengan ketus.
"Tinggalkan saja dia di sana. Biarkan dia jalan-jalan sendirian."
"Tapi, aku tidak ingin dia tersesat," ujar Aeri. Jika Jo Yeon Ho sampai tersesat maka habislah hidupnya.
"Dia sudah besar, jadi tidak mungkin juga tersesat. Cepatlah kemari, semuanya sudah berkumpul."
"Baiklah, aku akan segera ke sana." Aeri segera mematikan sambungan teleponnya.
Aeri menghampiri Jo Yeon Ho yang sudah duduk di sebuah bangku panjang di bawah pohon ginko. Mengayunkan kedua kakinya secara bersamaan di bawah bangku. Wajahnya terlihat sangat bahagia.
"Yeon Ho, Kau bisa bermain sendiri kan di sini?" ujar Aeri.
"Memangnya ibu mau kemana?" tanya anak itu.
"Ibu akan pergi sebentar, sore nanti ibu akan menjemputmu," ujar Aeri.
"Tidak masalah, aku akan bermain dengan mereka." Jo Yeon Ho menunjuk sekumpulan anak-anak yang tengah saling kejar-kejaran.
"Baiklah, ingat jangan kemana-mana! tetaplah di sekitar sini," ujar Aeri dengan penuh penekanan.
"Iya, aku janji tidak akan nakal dan tidak akan pergi kemana-mana," ujar Jo Yeon Ho.
"Kalau sampai kau nakal, ibu tidak akan mengajakmu keluar lagi," ancam Aeri.
Setelah memastikan anak itu tengah bermain bersama dengan anak-anak lain, Aeri segera meninggalkan kawasan Namsan Park. Langsung menuju apartemen kekasihnya. Ternyata teman-temannya sudah berkumpul di sana.
"Hai, akhirnya kau datang juga." Seorang pria menyambut kedatangan Aeri.
"Maaf Sayang, aku terlambat."
Aeri terlalu asyik berpesta sehingga tidak mengingat lagi putranya.