Brukkkk....
Jo Yeon Ho yang tengah bersembunyi di dalam gua terkejut ketika mendengar sesuatu terjatuh ke tanah. Tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan rasa takut menghidupkan senter ponsel yang diberikan Soo Yin padanya.
Langsung berlari-lari kecil saat mengenali pakaian yang tidak asing baginya. Benar saja ternyata Soo Yin yang baru saja terjatuh dari atas.
"Kakak, bangun." Jo Yeon Ho mengguncang tubuh Soo Yin yang tergeletak di tanah di dalam gua.
Jo Yeon Ho segera mematikan senter saat mendengar ada suara dari luar. Seperti suara pria yang tadi berusaha menculiknya.
Menutupi mulutnya dengan tangan karena anak itu gemetar ketakutan. Setelah tidak terdengar suara itu lagi Jo Yeon Ho kembali memanggil nama Soo Yin dengan suara pelan.
'Aku seperti mendengar suara, apakah sekarang aku sudah berada di surga,' ~ batin Soo Yin di bawah alam sadarnya. Soo Yin merasa di dalam suatu tempat yang sangat gelap.
Jika ada suara panggilan yang memanggil namanya, di kala itu seperti ada sinar terang yang datang. Namun setiap kali berusaha untuk mengejar sinar tersebut, tiba-tiba saja menghilang dan keadaan kembali sangat gelap. Setiap ingin membuka mata namun matanya terasa sangat berat
Sudah beberapa kali Jo Yeon Ho membangunkan Soo Yin namun gadis itu belum juga membuka matanya.
"Kakak, aku mohon bangunlah," ujar Jo Yeon Ho sembari menepuk pipi Soo Yin. Air mata mengalir hingga menetes di wajah Soo Yin.
Meski terasa sangat berat namun Soo Yin terus berusaha untuk membuka matanya. Hingga seberkas cahaya samar-samar dapat terlihat.
"Kakak, kau bangun." Jo Yeon Ho segera menghidupkan senter ponsel sehingga bisa menyinari di malam yang gelap gulita. Sejak tadi tidak menghidupkannya karena takut kalau para penjahat itu mengetahui keberadaannya.
Ternyata Soo Yin jatuh ke gua yang di tempati oleh Jo Yeon Ho. Tebing itu terdapat gua di bawahnya sehingga Soo Yin tidak jatuh ke dasar yang curam. Karena keadaan gelap para penjahat itu mengira kalau Soo Yin terjatuh dasar tanah.
Soo Yin perlahan dapat melihat wajah yang kini tengah menatapnya. Matanya terlihat bengkak karena menangis sejak tadi.
"Kau baik-baik saja?" ujar Soo Yin dengan lemah sembari mengusap air mata anak itu.
Kruyuk ... Kruyuk ....
Belum sempat menjawab perut Jo Yeon Ho sudah berbunyi. Memang sejak sore tadi sudah kelaparan.
"Kau lapar?" Soo Yin tersenyum mendengar bunyi perut anak itu. Dengan susah payah Soo Yin mencoba untuk duduk sambil memegangi kepalanya.
"Arghhhh!" teriak Soo Yin tidak kuat menahan rasa sakit yang ada di lengannya. Tidak ingat kalau lengannya tadi terkena luka tembak.
"Kakak, jangan tinggalkan aku." Jo Yeon Ho menangis histeris memeluk tubuh Soo Yin. Takut terjadi sesuatu kepadanya.
"Aku tidak apa-apa," ujar Soo Yin sembari menepuk punggung Jo Yeon Ho dengan tangan kanannya yang tidak terluka.
Segera mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Untuk saja tidak kehilangan tasnya karena masih ada roti yang tadi dibelinya. Setidaknya bisa mengganjal perut Jo Yeon Ho.
"Makanlah." Soo Yin menyerahkan sebungkus roti sembari bersandar di sisi gua.
Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Tertera di layar ponsel dengan nama Dae Hyun.
"Cepat angkat, itu ayahmu!" ujar Soo Yin sambil meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya.
"Ayah ..." Baru saja hendak berbicara ponselnya sudah mati karena kehabisan baterai.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Di saat waktu yang bersamaan Dae Hyun merasa lega setelah mengetahui nomor telepon Soo Yin aktif kembali. Begitu panggilannya dijawab, dia dapat mendengarkan kalau itu adalah suara putranya. Namun beberapa detik sambungan langsung terputus. Setelah mencoba menghubungi kembali ponselnya tidak aktif.
"Sial!" umpat Dae Hyun yang geram. Hampir saja frustrasi karena sudah larut malam namun kedua orang yang sangat disayanginya belum ada kabar.
Namun Dae Hyun merasa sangat yakin kemungkinan besar mereka saat ini sedang bersama. Jika tidak, mana mungkin Jo Yeon Ho yang menjawab panggilannya.
Segera menghubungi anak buahnya untuk mencari keberadaan ponsel Soo Yin yang tadi terlacak. Tanpa patah semangat terus mencari, berharap segera menemukan titik terang keberadaan mereka.
Berbekal penerangan senter Dae Hyun terus naik ke bukit yang cukup terjal. Di sana tanpa sengaja menemukan robekan baju Jo Yeon Ho yang tadi tersangkut di kayu.
"Yeon Ho, dimana kau berada? semoga kalian berdua baik-baik saja," ujar Dae Hyun lirih sembari menggenggam robekan baju putranya. Membuatnya bertambah semangat, pertanda bahwa tadi putranya melewati jalan ini. Meski begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalanya mengapa bisa mereka terjebak sampai di tempat itu.
"Yeon Ho!" Dae Hyun terus memanggil nama putranya.
"Soo Yin!" teriak Dae Hyun.
Hingga mendengar suara tangisan anak kecil yang berasal dari dalam gua. Dengan berlari Dae Hyun memasuki gua yang gelap. Tangisannya terdengar semakin kencang.
"Yeon Ho!" Terlihat seorang anak kecil yang tengah memangku kepala seorang wanita di kakinya.
Dae Hyun langsung bergegas menghampiri putranya. Sangat terkejut saat melihat yang dipangkuan putranya adalah Soo Yin.
"Ayah, tolong Kakak," ujar Jo Yeon Ho yang berlinang air mata karena Soo Yin kembali tidak sadarkan diri.
"Soo Yin, bangunlah!" Keadaan Soo Yin begitu mengkhawatirkan, wajahnya pucat dengan lengan yang terus mengeluarkan darah.
Dae Hyun segera membopong tubuh istrinya. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi.
"Yeon Ho, apa kau masih sanggup berjalan?" tanya Dae Hyun kepada putranya. Tidak memungkinkan jika saat ini menggendong keduanya.
Jo Yeon Ho menganggukan kepalanya dengan mantap. Segera mengambil alih senter yang dipegang oleh ayahnya. Langsung berjalan di depan Dae Hyun. Beruntung tidak lama kemudian Chang Yuan beserta anak buahnya datang. Salah seorang di antara mereka segera menggendong Jo Yeon Ho.
Setelah setengah jam berhasil berjalan kembali ke taman, Dae Hyun langsung membawa Soo Yin ke rumah sakit terdekat. Hendak ikut masuk saat Soo Yin dibawa ke dalam ruang operasi oleh beberapa perawat dan seorang Dokter.
Soo Yin memerlukan penanganan cepat untuk mengeluarkan peluru yang masih bersarang di lengannya.
Sedangkan Jo Yeon Ho sudah diurus oleh Chang Yuan. Yang ada di pikirannya saat ini adalah berharap kalau istrinya baik-baik saja.
Dae Hyun mondar mandir di depan ruang operasi tanpa berniat meninggalkan tempat itu. Ingin mengetahui keberadaan Soo Yin.
Setelah satu jam di ruang operasi, Soo Yin akhirnya dipindahkan ke ruangan inap bersama satu ruangan dimana Jo Yeon Ho berada. Anak itu merengek untuk ditempatkan di ruangan bersama dengan Soo Yin. Kondisinya masih belum sadarkan diri.
Dae Hyun sebenarnya ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Namun sepertinya saat ini belum waktu yang tepat untuk menanyakannya. Jo Yeon Ho sepertinya masih ketakutan. Membiarkan anak itu agar tenang terlebih dahulu.
"Ayah, kenapa Kakak belum bangun?" Jo Yeon Ho melihat kondisi Soo Yin masih menutup matanya.
"Sebentar lagi pasti dia bangun." Dae Hyun menghampiri putranya yang masih berbaring di ranjang. Kondisinya baik-baik saja, hanya luka-luka kecil di kakinya akibat terkena goresan batu yang terjal.
"Kasihan Kakak, dia hanya ingin menolongku," ucap Jo Yeon Ho dengan murung.
"Boleh Ayah tanya sesuatu? kenapa kalian bisa bersama?" Sepertinya ini kesempatan Dae Hyun untuk bertanya.
"Tadi Kakak ingin menolongku saat aku hendak dibawa oleh penjahat," ujar Jo Yeon Ho dengan logat khas anak-anak.
"Dimana Ibumu saat itu?"
"Ibu meninggalkanku di taman ..." ucap Jo Yeon Ho yang terpotong karena pintu ruangan terbuka. Ada Park Ji Hoon beserta istrinya dan juga Aeri di belakangnya. Mereka baru saja tiba setelah mendapat kabar kalau Jo Yeon Ho ditemukan.
"Yeon Ho, kau baik-baik saja?" Ny. Park langsung berlari memeluk cucu kesayangannya yang diikuti oleh Aeri.
"Wanita bukankah Sekretarismu?" tanya Park Ji Hoon yang memang masih mengingat wajah Soo Yin.
"Iya Ayah, dia yang mencoba menolong Jo Yeon Ho dari para orang yang berniat menculiknya." Dae Hyun memandang istri tercintanya yang masih berbaring dengan tatapan yang sendu.
"Tidak mungkin Jo Yeon Ho akan diculik. Bisa jadi itu hanya tipuannya saja agar bisa mendapatkan uang banyak dari kita," timpal Aeri yang takut kebohongannya terungkap.
"Tutup mulutmu! kau pikir siapa yang akan menipu sampai mengorbankan nyawanya!" teriak Dae Hyun yang tidak terima dengan perkataan Aeri. Tidak mungkin Soo Yin melakukan hal sekeji itu.
"Dae Hyun, sabarlah, tahan emosimu." Ny. Park berusaha untuk menenangkan putranya.
"Kau juga Aeri, seharusnya kau bersyukur ada orang yang mau berusaha menyelamatkan putramu," ujar Ny. Park.
"Maaf, aku hanya syok baru saja hampir kehilangan putraku," ujar Aeri dengan memasang wajah sedih.
Bersambung...