Dae Hyun mengemudikan mobilnya sembari menggenggam jemari Soo Yin dengan sebelah tangannya. Melirik istrinya yang tengah menikmati pemandangan di tepi jalan. Cuaca hari ini terlihat sangat cerah. Tidak ada tanda-tanda akan turunnya salju.
"Aku sudah tidak sabar ingin bulan madu," ujar Dae Hyun sembari menyunggingkan senyum di bibirnya.
Soo Yin hanya melirik sekilas dengan tatapan tajam. Wajahnya seketika memerah.
"Apa tidak ada lain yang kau pikirkan?" Soo Yin mengerucutkan bibirnya. Ungkapan itu sudah di ucapkan Dae Hyun berulang kali sehingga membuatnya cukup kesal. Telinganya terasa panas saat mendengarkan.
"Tidak," ujar Dae Hyun dengan terkekeh geli.
Soo Yin memalingkan wajahnya. Sungguh menyesal karena telah mengatakan untuk pergi bulan madu. Pikiran kotornya berkelana apakah setiap pasangan yang bulan madu hanya melakukan hubungan itu saja. Jika mereka pergi selama seminggu hanya melakukan itu. Apakah tidak bosan?.
'Soo Yin, apa yang kau pikirkan? tidak usah berpikir yang aneh-aneh,' ~ batin Soo Yin yang bergidik ngeri.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Dae Hyun yang penasaran.
"Ti ... tidak, aku tidak memikirkan apapun," jawab Soo Yin yang gugup.
"Apakah kau juga memikirkan apa yang kupikirkan?" Dae Hyun mengedipkan sebelah matanya.
"Huh, tidak mungkin aku berpikiran mesum seperti dirimu!" Soo Yin menarik tangannya dari genggaman Dae Hyun. Melipatnya di dada. Namun segera tersadar karena sepertinya sudah salah bicara.
"Kau ketahuan," ujar Dae Hyun sembari tertawa.
"Tidak lucu!" ujar Soo Yin pura-pura marah. Kenapa dirinya begitu terpancing oleh omongan pria itu.
"Kalau wajahmu cemberut seperti itu semakin membuatku gemas ingin segera memakanmu."
"Kau menyebalkan!" Soo Yin memukul bahu Dae Hyun.
"Meski menyebalkan tapi kau bahkan sudah jatuh cinta kepadaku," goda Dae Hyun.
"Kalau kau berbicara terus, aku akan lompat sekarang," ancam Soo Yin.
"Baiklah, mulai sekarang aku akan tutup mulut," ujar Dae Hyun sembari mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Kita akan pergi kemana?" tanya Soo Yin saat Dae Hyun membelokkan mobilnya bukan ke arah jalan kembali ke hotel, melainkan ke arah lain.
Dae Hyun diam saja, dirinya fokus menatap jalanan. Tadi jugakan istrinya yang menyuruhnya untuk diam. Sehingga dengan senang hati melakukannya.
Tak selang beberapa lama Dae Hyun menghentikan mobilnya di depan sebuah pusat perbelanjaan besar yang terkenal dengan barang-barang branded. Hanya orang kaya saja yang berbelanja ke sana. Di atasnya bertuliskan Yeoju Premium Outlet.
Saat Soo Yin masih sekolah, pernah sekali berkunjung bersama dengan teman-temannya. Meski hanya sekedar cuci mata saja.
"Untuk apa kita kemari?" tanya Soo Yin.
"Aku ingin kau memilih apa yang kau suka di tempat ini." Dae Hyun melepaskan sabuk pengamannya.
Dae Hyun terlebih dahulu ke luar. Sedangkan Soo Yin masih di dalam.
"Ayo ke luar!" Dae Hyun sudah membuka pintu untuk istrinya.
"Tapi ...." ujar Soo Yin.
Dae Hyun menarik tangannya agar Soo Yin segera turun. Hari ini memang sengaja mengajak berbelanja keperluannya. Sejak menikah belum pernah sekalipun mengajaknya pergi belanja. Dae Hyun merasa bersalah karena tidak membiarkan istrinya memakai pakaian yang disukainya.
"Lepaskan! aku tidak ingin orang salah paham tentang kita." Soo Yin tidak ingin tragedi di bioskop waktu itu terulang kembali.
"Memang kenapa jika semua orang tahu. Lebih mudah untukku akan mengatakan yang sebenarnya," ujar Dae Hyun dengan santai.
"Aku tidak ingin dituduh pelakor." Soo Yin memberi jarak agar mereka berjalan tidak berdampingan.
Bukannya menjauh, Dae Hyun malah semakin menempel. Sehingga Soo Yin langsung mendorongnya sembari melihat sekeliling takut jika ada yang melihat mereka.
"Menjauh dariku satu meter, jangan dekat-dekat! kalau kau tidak mau, aku lebih kita baik pulang!" tukas Soo Yin.
Dae Hyun memijat pelipisnya. Hanya bisa menuruti permintaannya untuk berjalan satu meter darinya. Merasa bingung dengan sikap Soo Yin yang terkadang manja, kadang suka marah-marah tidak jelas, terkadang lembut. Entah apa sebenarnya yang dipikirkan istrinya. Meski begitu sejak awal bertemu dengannya, Dae Hyun sudah terlanjur jatuh hati.
Dae Hyun berjalan mendahului istrinya untuk mendorong pintu kaca agar terbuka.
Soo Yin membelalakan matanya. Tidak disangka bisa berkunjung ke sana lagi setelah dua tahun yang lalu. Tempatnya sudah banyak berubah. Lebih banyak lagi toko yang menjual barang-barang mahal berbagai produk.
"Kau pernah kemari?" tanya Dae Hyun berjalan mendekati Soo Yin.
"Aku dulu pernah ke sini hanya untuk menemani temanku berbelanja saja," ujar Soo Yin. Matanya memandang sekeliling.
"Ingat jaga jarak satu meter!" sambung Soo Yin sembari menjauh karena Dae Hyun sudah hampir menempel.
Dae Hyun menggaruk kepalanya. Ternyata seperti ini rasanya menjalin hubungan tapi tidak boleh ada orang yang tahu. Merasa bersyukur karena Soo Yin tidak meminta yang aneh-aneh seperti selingkuhan beberapa temannya.
Tiba-tiba teringat jika mempunyai teman yang juga memiliki restoran khas Jepang di kawasan Yeoju Premium Outlet. Sebaiknya ke sana terlebih dahulu karena ini waktunya makan siang.
"Ayo kita makan siang terlebih dahulu!" Dae Hyun tanpa peduli menggandeng tangan Soo Yin.
"Bukankah sudah kubilang berulang kali kita jangan terlalu dekat!" tukas Soo Yin dengan kesal.
"Sudahlah, di sini tidak akan ada yang memperhatikan kita," ujar Dae Hyun.
Soo Yin akhirnya mengikuti langkah kaki Dae Hyun sembari terus mengamati sekelilingnya. Barangkali ada orang yang dikenalnya tiba-tiba ada di sini.
Dae Hyun langsung masuk ke dalam restoran temannya yang menggunakan Bahasa Jepang.
"Wah, lihat sudah lama dia tidak ikut berkumpul bersama kita. Beruntung sekali hari ini dapat melihatnya lagi," ujar salah seorang pengunjung yang tidak lain adalah salah satu teman Dae Hyun yang bernama Do Yun.
"Siapa itu wanita yang bersamanya?" ujar Choi Won sembari mengamati wajah Soo Yin yang asing.
"Hai, Dae Hyun, cepatlah kemari!" panggil Choi Won sembari melambaikan tangannya ke arah Dae Hyun.
Dae Hyun yang sudah lama tidak berkumpul langsung menghampiri teman-temannya bersama dengan Soo Yin yang terus digandengnya.
"Lama tidak berjumpa dengan kalian," ujar Dae Hyun dengan wajah sumringah.
"Hah, kau selalu saja sibuk bekerja. Tidak seperti kami yang menikmati hidup," ujar Do Yun seraya mencibir.
"Apalagi setelah menikah, kau jarang sekali menampakkan diri," sindir Choi Won.
"Siapa dia?" tanya Choi Won sembari mengamati Soo Yin. Tadinya mengira kalau dia adalah Aeri namun setelah diteliti wajahnya jauh berbeda.
"Kenalkan, ini istriku namanya Soo Yin," ujar Dae Hyun dengan percaya diri. Bangga karena teman-temannya pasti akan iri karena Soo Yin sangat jauh terlihat muda darinya.
Mendengar Dae Hyun berterus terang mengenai hubungan mereka. Soo Yin mencubit lengan Dae Hyun.
"Istrimu?" sahut Choi Won dan Do Yun secara bersamaan. Mereka saling memandang satu sama lain. Kemudian tertawa terpingkal-pingkal hingga membuat perut mereka sakit.
"Kenapa kalian tertawa?" tanya Dae Hyun dengan nada dingin membuat kedua temannya menghentikan tawa mereka.
"Tidak usah bohong. Bilang saja kalau dia adikmu. Tidak perlu berbohong pada kami," ujar Choi Won sembari memegang perutnya.
"Tunggu, tapi mereka tidak mirip sama sekali," timpal Do Yun.
"Dia istri keduaku," ujar Dae Hyun dengan suara lantang.
"Dae Hyun, kenapa kau mengatakannya?" bisik Soo Yin.
"Tidak perlu ditutupi," ujar Dae Hyun sembari menarik kursi untuk Soo Yin agar istrinya duduk.
Soo Yin ragu sehingga masih berdiri. Merasa tidak nyaman karena dia adalah wanita sendiri di antara mereka.
"Nona, duduklah, tidak usah khawatir kami tidak akan menggigit," ucap Choi Won sembari tersenyum kepada Soo Yin.
Akhirnya Soo Yin duduk di samping Dae Hyun.
"Kalau memang dia istrimu, kapan kalian menikah dan kenapa tidak mengundang kami?" tanya Choi Won.
"Hmmm, kami menikah diam-diam. Aeri juga tidak mengetahuinya," ujar Dae Hyun dengan santai.
"Dimana kau mendapatkan wanita yang masih muda seperti dia?" bisik Do Yun di telinga Dae Hyun.
"Rahasia," jawab Dae Hyun sembari terus memandang istrinya.
"Aku ingin ke toilet. Apa boleh menumpang di sini?" tanya Soo Yin karena tidak nyaman mendengarkan obrolan mereka. Ada yang aneh juga dengan perutnya.
"Tentu saja, toiletnya ada di sebelah sana." Do Yun menunjukkan arah toilet tangannya.
"Terima kasih, Dae Hyun aku ke toilet dulu." Soo Yin segera pergi ke arah yang ditunjuk Do Yun.
"Hai, Dae Hyun, sudah lama di sini?" tanya Jung Rok sembari membawa nampan yang berisi minuman dan makanan ringan. Salah satu sahabatnya juga yang merupakan pemilik dari restoran itu.
"Aku baru sampai," ujar Dae Hyun.
"Kau datang sendirian? dimana Aeri?" tanya Jung Rok.
"Dia datang bersama dengan istri mudanya. Saat ini sedang ke toilet," timpal Choi Won.
"Benarkah? bukankah dia pria paling setia seantero sekolah waktu dulu. Tidak mungkin tiba-tiba memiliki dua istri." Jung Rok tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
Saat masa SMA Dae Hyun dikenal sebagai pria paling setia karena selama itu tidak pernah bergonta-ganti pacar. Sampai lulus cintanya hanya untuk satu wanita saja.
"Kalau tidak percaya lihat saja nanti," ujar Do Yun.
"Kenapa kau menikah lagi?" tanya Jung Rok merasa penasaran alasan mengapa menikah lagi.
"Aku hanya berusaha untuk memiliki gadis yang kucintai," jawab Dae Hyun sembari memandang teman-temannya.
"Lalu Aeri?" tanya Jung Rok.
"Aku tidak pernah mencintainya," ujar Dae Hyun dengan santai.
"Tidak mencintai tetapi kenapa melakukannya waktu itu?" cibir Do Yun.
"Itu hanya sebuah kecelakaan. Aku tidak mengingatnya sama sekali," ujar Dae Hyun yang kesal.
Malam dimana Dae Hyun dan Aeri digrebek di hotel oleh manajernya. Dae Hyun sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi. Hanya tahu kalau mereka sudah sama-sama tidak memakai sehelai benangpun. Dae Hyun enggan untuk mengingat kejadian itu lagi.
"Aku penasaran seperti apa wajahnya," ujar Jung Rok.
"Kau pasti akan terkejut. Istri mudanya memang masih sangat muda. Masih seperti remaja," ujar Do Yun dengan kagum.
"Kurasa dia mendapatkannya di pelelangan," ujar Choi Won dengan terkekeh geli.
"Aku tidak yakin dengan ucapan kalian," ucap Jung Rok.
Dae Hyun hanya diam mendengarkan ocehan teman-temannya tanpa berniat menanggapi.
"Istrimu lama sekali!" ujar Choi Won pada Dae Hyun.
Benar juga, sudah hampir setengah jam Soo Yin belum kembali dari toilet. Membuat Dae Hyun khawatir takut kalau istrinya tersesat.