Chereads / Istri Simpanan / Chapter 37 - Bab 37 - Pria Idaman

Chapter 37 - Bab 37 - Pria Idaman

Dae Hyun merogoh ponsel yang ada di dalam saku jasnya. Beberapa kali menghubungi Soo Yin namun tidak dijawab.

"Di mana toiletnya?" tanya Dae Hyun. Sudah lama tidak kemari sehingga sudah agak lupa dengan letak toilet restoran itu. Terlebih lagi sudah terlalu banyak perubahan yang terjadi.

"Sabarlah, sebentar lagi juga pasti kembali," ujar Do Yun sembari menyesap minumannya.

"Aku sudah menghubungi ponselnya namun tidak diangkat. Aku takut terjadi sesuatu padanya." Dae Hyun bergegas menuju toilet.

"Lihatlah dia! benar-benar sudah kehilangan akal. Baru saja ditinggal ke toilet sebentar sudah seperti cacing kepanasan," ujar Choi Won.

"Kau mengatakannya karena tidak pernah jatuh cinta hanya pada satu wanita saja," timpal Jung Rok.

"Benar, aku tidak puas jika hanya memiliki satu wanita kecuali aku menemukan wanita yang masih muda seperti Soo Yin," ujar Choi Won sambil berangan-angan.

Jung Rok dan Do Yun hanya saling memandang. Enggan menanggapi perkataan Choi Won.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Di saat waktu yang bersamaan Soo Yin masih berada di dalam toilet. Tengah berdiri sambil memegang perutnya yang terasa nyeri. Ada sedikit noda darah juga yang terdapat di roknya. Hingga tidak mengetahui ponselnya yang berulang kali bergetar.

Tok ... tok ... tok ....

"Sayang, apa kau baik-baik saja?" teriak Dae Hyun dari luar pintu.

Soo Yin mengatur napasnya. Menahan nyeri di perutnya. Menggigit bibir bawahnya sembari memikirkan haruskah mengatakan keadaannya saat ini kepada suaminya.

Karena tidak ada jawaban, Dae Hyun kembali mengetuk pintu dengan lebih keras.

"Sayang, apa kau di dalam?" panggil Dae Hyun sekali lagi dengan suara yang keras.

"Iya, aku ada di sini," jawab Soo Yin dengan suara lemah.

"Apa kau sakit?" Dae Hyun khawatir mendengar suaranya yang bergetar.

"Aku ... aku ...."

"Cepat buka pintunya!" ujar Dae Hyun sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Akhirnya Soo Yin terpaksa membuka pintu karena Dae Hyun menggedor tak henti-henti. Bisa-bisa pintunya rusak karena ulahnya.

"Apa yang terjadi?" Dae Hyun panik melihat wajah Soo Yin yang pucat dan penuh keringat.

"Aku ...." Soo Yin merasa malu untuk mengatakannya.

"Sayang, katakan!" Dae Hyun memegang kedua bahu istrinya.

"Aku sepertinya akan datang bulan sehingga perutku terasa sakit," ujar Soo Yin.

"Kalau begitu ayo kita ke rumah sakit!" Dae Hyun sudah memegang pergelangan istrinya.

"Tidak perlu, aku hanya membutuhkan obat pereda nyeri saja," tolak Soo Yin. Terlalu berlebihan jika sakit seperti ini pergi ke rumah sakit.

"Kalau begitu kita harus segera membeli obat di apotek. Ayo ke luar," ujar Dae Hyun yang sudah berdiri di tengah pintu.

"Tidak bisa," rengek Soo Yin.

"Kenapa?" tanya Dae Hyun bingung.

Soo Yin memperlihatkan rok bagian belakang yang terkena noda darah.

Dae Hyun awalnya bingung saat melihatnya namun segera mengerti kalau istrinya membutuhkan pembalut.

"Tetaplah di sini, aku akan segera kembali," ujar Dae Hyun sembari memandang wajah istrinya. Demi Soo Yin, ia rela melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukannya.

Sambil menghela napas panjang Dae Hyun menghampiri teman-temannya yang masih asyik mengobrol.

"Di mana istrimu?" Choi Won melihat di belakang Dae Hyun namun tidak ada Soo Yin.

"Dia sakit perut. Di mana di sekitar sini terdapat apotek?" tanya Dae Hyun.

"Kalau istrimu sakit seharusnya membawa ke dokter bukan malah meninggalkannya di toilet." Bukannya menjawab Do Yun malah ceramah.

"Dia tidak bisa ke luar sekarang. Cepat beritahu dimana tempatnya?" tanya Dae Hyun yang sudah tidak sabar. Kasihan jika Soo Yin merasakan sakit terlalu lama.

"Dari sini belok kiri," ujar Jung Rok.

Dae Hyun segera menuju tempat yang ditunjukkan oleh Jung Rok. Ternyata memang tidak terlalu jauh terdapat sebuah apotek yang cukup besar.

"Anda mencari sesuatu, Tuan?" ujar seorang Apoteker wanita yang masih muda. Umurnya sekitar dua puluhan.

"Aku mencari obat pereda nyeri," jawab Dae Hyun.

"Kalau boleh tahu siapa yang sakit dan sakit apa?" tanya Apoteker tersebut.

"Sakit perut," jawab Dae Hyun dengan singkat berharap sang Apoteker sudah mengerti tanpa harus menjelaskannya.

"Mules atau lambungnya yang terasa sakit?"

"Bukan. Istriku nyeri ... nyeri datang bulan." Dae Hyun akhirnya berterus terang dari pada Soo Yin menunggu terlalu lama.

"Baiklah, untung saya tidak memberinya obat magh," ujar Apoteker sembari mengulum senyum. Kemudian mengambilkan obat pereda nyeri yang khusus untuk meredakan nyeri datang bulan.

"Apa ada lagi?"

"Jangan lupa itunya juga," ujar Dae Hyun.

"Itu apa?" tanya Apoteker dengan wajah polos.

"Pembalut," ujar Dae Hyun lirih sambil menahan kesabarannya. Kepalanya hampir pecah menahan emosi.

Tanpa bertanya lagi Apoteker tersebut langsung mengambilkan pembalut. Hendak bertanya lagi namun segera mengurungkan niatnya karena melihat ekspresi Dae Hyun yang sepertinya terlihat kesal.

Dae Hyun segera membayarnya di kasir. Telinganya dapat mendengarkan bisikan para pengunjung wanita yang sejak tadi memperhatikannya.

"Sungguh pria idaman!"

"Aku tidak menyangka jika ada suami yang sangat patuh pada istrinya."

"Dia tanpa malu membelikan keperluan wanita."

"Jarang sekali ada pria seperti itu."

Dae Hyun memandang mereka yang sedang membicarakannya. Ada rasa malu sekaligus bangga karena pujian mereka. Bergegas pergi meninggalkan Apotek.

Dae Hyun juga pergi ke salah satu toko pakaian. Memilihkan rok yang mungkin pas dipakai oleh istrinya. Beruntung pelayannya tidak banyak bertanya seperti saat di apotek tadi.

'Pantas saja hari ini emosinya berubah-ubah, ternyata dia datang bulan,' ~ batin Dae Hyun dalam hati sembari memeriksa yang dibawanya.

Masalah satu sudah terlewati meski harus menahan emosi. Pasti teman-temannya juga menertawakannya. Itu tidak masalah, semuanya dilakukan demi Soo Yin.

"Apa kau menemukan apoteknya?" tanya Jung Rok.

"Memang istrimu kenapa?" tanya Choi Won.

"Hmmm." ucap Dae Hyun tanpa menjawab pertanyaan teman-temannya. Langsung berjalan melewati meja mereka langsung menuju toilet. Jika sampai mereka tahu apa yang baru saja dibelinya pasti akan habis-habisan menertawakannya.

Ketiga temannya saling memandang satu sama lain saat melihat apa yang Dae Hyun bawa karena samar-samar masih terlihat merk salah satu produk pembalut. Mereka tertawa kemudian membungkam mulut masing-masing dengan telapak tangannya. Takut kalau Dae Hyun kembali akan menghajar mereka. Dulu Dae Hyun paling tidak terima jika diejek.

Dae Hyun tidak memperdulikan tawa temannya. Dia sudah tidak seperti dulu lagi yang mudah terpancing emosi.

"Soo Yin, buka pintunya!" ujar Dae Hyun yang sudah berdiri di depan pintu toilet.

Soo Yin segera membuka pintu.

"Aku akan menunggu di depan." Dae Hyun menyerahkan paper bag yang berisi barang yang dibelinya tadi.

Soo Yin tidak menyangka jika pria seperti Dae Hyun mau membeli barang seperti ini. Tanpa sadar senyum-senyum sendiri ketika memakainya. Roknya juga sangat pas di tubuhnya.

Setelah ke luar Soo Yin terlebih dahulu ke dapur untuk meminta air putih. Malu jika meminum obat di depan teman-teman Dae Hyun.

Dengan perasaan malu dan wajah memerah Soo Yin menghampiri Dae Hyun yang tengah menyesap minuman bersama dengan teman-temannya.

"Ayo kita pulang," ajak Dae Hyun.

"Pulang?" Soo Yin tidak mengerti baru saja akan duduk tapi Dae Hyun justru mengajaknya pulang. Bukankah tadi mengajaknya kemari untuk makan. Soo Yin berpikir kalau Dae Hyun marah karena sudah menyuruhnya membeli kebutuhannya.

"Sudah, akan aku jelaskan di mobil," ujar Dae Hyun sembari tersenyum.

"Kau harus membawanya besok saat acaranya pernikahannya adikku," tukas Choi Won yang adiknya akan menikah seminggu lagi sehingga kebetulan sekaligus bertemu di sini.

"Tentu," jawab Dae Hyun.

Setelah berpamitan mereka segera meninggalkan kawasan Yeoju Premium Outlet.