Aku Dae Hyun membawa Soo Yin ke UN Village setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Kini giliran membujuk putranya agar tidak marah.
Soo Yin hanya menunggu di dalam mobil tidak ikut turun. Mengamati rumah mewah dan besar dengan arsitektur modern. Setengah jam lebih Dae Hyun masuk namun belum ada tanda-tanda pria itu muncul. Membuat Soo Yin merasa bosan, sehingga membaringkan tubuhnya di jok mobil sembari memakai earphone untuk mendengarkan musik.
Pintu terbuka, membuat Soo Yin langsung duduk dan merapikan rambutnya yang berantakan.
"Maaf, sudah menunggu lama," ujar Dae Hyun seraya memasukkan kepalanya sedikit.
"Tidak apa," ucap Soo Yin.
Dae Hyun mengangkat tubuh putranya kemudian mendudukannya di kursi belakang bersama dengan Soo Yin. Bertujuan agar mereka saling kenal.
Soo Yin membelalakan mata ketika melihat seorang anak kecil yang duduk di sebelahnya. Sangat kaget karena anak itu adalah Jo Yeon Ho. Anak kecil yang menggemaskan yang sudah ditemuinya beberapa minggu terakhir.
"Soo Yin, dia adalah putraku," ujar Dae Hyun sembari memasang sabuk pengaman di tubuhnya.
"Kakak?" sapa Jo Yeon Ho dengan wajah riang. Begitu gembira melihat Soo Yin.
"Hai, Jo Yeon Ho," ujar Soo Yin. Dirinya belum percaya kalau anak itu adalah putranya.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Dae Hyun.
"Kami bertemu beberapa kali," jawab Soo Yin sembari membantu Jo Yeon Ho untuk memakai sabuk pengaman.
Dae Hyun bersyukur karena mereka sudah saling mengenal. Biasanya agak sulit bagi Jo Yeon Ho untuk dekat dengan orang yang baru dikenalnya. Jo Yeon Ho tampak senang dengan kehadiran Soo Yin meski Soo Yin masih bersikap kaku dan kurang merespon ucapan putranya.
"Kau ingin pergi kemana hari ini?" tanya Dae Hyun. Mereka akan pergi ke suatu tempat sesuai dengan keinginan putranya.
"Aku ingin pergi ke taman yang pernah kita kunjungi bersama dengan ibu," ujar Jo Yeon Ho.
"Bukankah sudah pernah kita pergi ke sana. Mengapa tidak ke tempat lain saja?" Dae Hyun memberikan penawaran lain karena enggan ke tempat itu lagi. Di sana terlalu ramai oleh pengunjung.
"Aku tidak mau ke tempat lain," ujar Jo Yeon Ho seraya menyilangkan kedua tangannya di dada.
Dae Hyun terpaksa menuruti kemauan putranya. Jika sudah merajuk seperti itu percuma saja untuk merayunya.
"Ayah tidak akan menggendong jika kau kelelahan," ancam Dae Hyun berharap putranya berubah pikiran.
"Tidak akan," ucap Jo Yeon Ho dengan penuh percaya diri.
Soo Yin hanya terdiam. Memilih menyimak perdebatan di antara mereka. Sejak mengetahui Jo Yeon Ho adalah putra Dae Hyun, muncul rasa tidak suka di dalam hatinya. Dirinya juga bingung mengapa perasaannya bisa berubah seperti itu. Padahal awalnya sangat menyukai anak itu.
"Lagi pula untuk apa kita ke sana lagi?" tukas Dae Hyun.
"Aku ingin memetik bunga yang banyak sekali untuk Kak Soo Yin," ujar Jo Yeon Ho sembari menggerakkan tangannya.
"Terima kasih." Soo Yin berusaha untuk tersenyum. Menghilangkan rasa tidak sukanya.
Dae Hyun segera membelokkan mobilnya menuju jalan ke kawasan Namsan Park. Sebuah taman terbesar di kota Seoul. Taman ini didesain dengan berbagai macam tanaman bunga dan pohon ginko yang membuat taman begitu adem untuk bersantai. Biasanya untuk tempat transit bagi orang-orang yang mendaki ke gunung Nam. Makanya tidak heran di sana sangat ramai.
Sebelum turun dari mobil Dae Hyun mengenakan kacamata dan topi agar tidak ada yang mengenalnya. Tak lupa juga memakaikan Jo Yeon Ho sebuah mantel yang dapat menutupi kepalanya.
Untuk sampai di taman mereka harus berjalan kaki menaiki tangga. Jo Yeon Ho sangat antusias dan bersemangat sekali sehingga tidak lelah menaiki anak tangga. Menggandeng erat tangan ayahnya.
Berbeda dengan Soo Yin yang sudah ngos-ngosan di belakang mereka. Tidak ada semangat sama sekali. Terlebih saat melihat kedekatan antara ayah dan anak. Soo Yin merasa seperti dilupakan oleh Dae Hyun.
Dae Hyun menoleh ke belakang untuk melihat Soo Yin namun gadis itu justru masih tertinggal jauh di bawah.
"Yeon Ho, tunggu di sini sebentar." Dae Hyun segera turun menghampiri Soo Yin.
"Apa kau lelah?" tanya Dae Hyun.
"Entahlah, kakiku terasa sulit untuk digerakkan. Sepertinya kakiku kram." Soo Yin duduk di anak tangga sembari memijat betisnya.
Dae Hyun membantu untuk memijat kaki Soo Yin. Mengoleskan obat pereda nyeri yang memang dibawanya untuk persiapan.
"Apa sudah mendingan?" tanya Dae Hyun.
Soo Yin mengangguk seraya berusaha untuk berdiri lagi yang dibantu oleh Dae Hyun. Kembali berjalan pelan-pelan menyusul Jo Yeon Ho yang sudah berada di atas. Sebenarnya kakinya tidak sakit sama sekali, tadi hanya untuk alasan saja.
"Apa Kakak sakit?" tanya Jo Yeon Ho.
"Tidak, hanya sedikit kaku saja. Ayo kita lanjutkan!" Soo Yin menggandeng tangan Jo Yeon Ho. Menepis perasaan tidak sukanya.
Tidak beberapa lama kemudian mereka akhirnya sampai di taman. Sebenarnya lebih cocok datang ke sini saat malam hari. Dapat melihat pemandangan lampu-lampu kota Seoul yang dinyalakan.
Hari sudah sore, membuat para pengunjung sebagian sudah mulai meninggalkan taman. Hanya yang beberapa pasangan saja yang masih di sana untuk menikmati senja.
Soo Yin memilih duduk di bangku panjang di bawah pohon ginko. Mengamati Jo Yeon Ho dan Dae Hyun yang saling tertawa riang. Sesekali bahkan mengambil foto untuk mereka berdua. Soo Yin menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Ya, saat ini dirinya merasa cemburu dengan kedekatan Dae Hyun dengan putranya. Merasa tidak rela Dae Hyun membagi perasaannya dengan orang lain.
Dae Hyun dan Jo Yeon Ho menghampiri Soo Yin yang tengah duduk.
"Ayo kita pulang," ajak Dae Hyun karena hari sudah mulai gelap.
"Sebentar lagi, aku ingin melihat lampu-lampu di bawah sana," ujar Jo Yeon Ho sembari menunjuk kota Seoul.
"Kita akan terlambat untuk makan malam," bujuk Dae Hyun sembari berjongkok di hadapan putranya. Tidak tega melihat Soo Yin yang pasti sudah lelah. Terlebih lagi besok istrinya harus mengikuti perjalanan Peter Anderson yang tidak tahu akan kemana saja.
"Baiklah, tapi kita harus kemari lagi bersama dengan Ibu juga," pinta Jo Yeon Ho.
"Hmmm." Hanya itu jawaban yang bisa diberikan Dae Hyun kepada putranya.
Sebelum pulang, Dae Hyun mengajak mereka ke restoran untuk makan malam. Sejak tadi Dae Hyun merasa kalau Soo Yin sedikit lebih pendiam tidak seperti biasanya. Selama di restoran bahkan hanya sepatah dua patah kata saja yang diucapkan.
°
°
Saat ini mereka dalam perjalanan pulang ke Villa Pyeongchang-dong setelah mengantarkan Jo Yeon Ho ke UN Village. Untung saja anak itu sudah tertidur karena kelelahan. Kalau masih terbangun pasti sudah menyuruh Dae Hyun untuk menemaninya tidur.
'Soo Yin, wajar saja mereka begitu dekat. Bagaimanapun juga Jo Yeon Ho adalah putranya,' ~ batin Soo Yin sembari menyandarkan kepalanya di kursi. Berusaha membuang rasa cemburunya.
"Terima kasih hari ini sudah menemani kami," ucap Dae Hyun seraya memandang istrinya. Memegang tangan Soo Yin dengan sebelah tangannya.
"Hmmm," ujar Soo Yin sembari tersenyum tipis.
Dae Hyun memandang wajah Soo Yin yang terlihat sendu.
"Apa aku boleh menanyakan sesuatu?" Soo Yin masih penasaran dengan seseorang yang dilihatnya tadi saat perjalanan ke bandara.
"Tentu saja, Sayang," jawab Dae Hyun.
"Kapan Aeri kembali ke Korea?"
"Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya?" Dae Hyun merasa aneh tentang pertanyaan istrinya.
"Aku hanya ingin mengetahuinya. Apakah jika Aeri kembali kau akan tinggal bersamanya?" Soo Yin sangat ingin tahu jawabannya untuk mengetahui Dae Hyun benar-benar mencintainya atau tidak.
"Apa kau cemburu?" goda Dae Hyun.
"Tidak, aku hanya ingin tahu." Soo Yin menoleh ke samping. Tidak mengerti perasaannya saat ini. Meski dirinya cemburu namun tidak ingin mengakuinya secara terus terang.
"Jika disuruh memilih, aku lebih senang tinggal bersamamu. Sebelum aku menikahimu beberapa bulan lalu, aku juga lebih sering tinggal di hotel." Dae Hyun menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi.
"Bagaimana jika Aeri sama seperti dirimu, memiliki seseorang di luar sana?" tanya Soo Yin.
"Apa kau melihatnya dengan seseorang?" Dae Hyun balik bertanya. Merasa yakin kalau Soo Yin mengetahui sesuatu.
"Tidak," jawab Soo Yin singkat.
"Pernikahan kami hanyalah pernikahan di atas kertas. Mungkin jika tidak ada Jo Yeon Ho kami sudah lama bercerai. Namun jika kami bercerai, akan membuat hotel terkena imbasnya," ujar Dae Hyun sembari menghela napas panjang.
"Kenapa bisa begitu?" Soo Yin tidak mengerti apa dampak yang terjadi terhadap hotel jika mereka bercerai.
"Ceritanya panjang, lain kali aku akan menceritakannya. Aku hanya ingin kau percaya padaku dan tetaplah bersabar hingga aku menjadikanmu satu-satunya." Dae Hyun mengecup punggung tangan Soo Yin.
"Bagaimana jika aku tidak menyukai Jo Yeon Ho?" Soo Yin tidak bisa membohongi perasaannya.
"Aku tidak akan memaksamu untuk menyukainya," jawab Dae Hyun sembari tersenyum. Pria itu yakin kalau Soo Yin hanya merasa cemburu sehingga belum bisa menyukai putranya. Itu sangat wajar jika dia bersikap seperti itu. Pada dasarnya setiap wanita pasti tidak ingin berbagi cinta dengan yang lain.
Dae Hyun mengecup kening istrinya kemudian kembali melakukan perjalanan pulang ke villa Pyeongchang-dong.