Chereads / Istri Simpanan / Chapter 28 - Bab 28 - Cemburu

Chapter 28 - Bab 28 - Cemburu

Soo Yin memasuki ruangannya sembari menghirup aroma bunga mawar yang ada di tangannya. Meletakkannya di atas meja kerjanya. Melihatnya dari sudut yang berbeda, terlihat sangat indah.

Dae Hyun mengamati Soo Yin yang baru saja masuk dari ruangannya. Ruangan mereka dipisahkan oleh kaca sehingga Dae Hyun dapat melihat raut wajah bahagia gadis itu saat menghirup bunga. Dae Hyun merasa penasaran sehingga langsung menghampiri istrinya.

"Siapa yang memberikan bunga itu? sehingga membuatmu tampak sangat bahagia," ujar Dae Hyun yang sudah berdiri di depan meja Soo Yi.

"Ini dari Jae-hwa. Aku sangat suka sekali aromanya," ucap Soo Yin dengan senyum yang merekah.

Mendengar kalau bunga itu pemberian dari Jae-hwa, tanpa berpikir panjang Dae Hyun mengambil bunga tersebut kemudian melemparkannya di lantai. Dirinya tidak rela Soo Yin menerima pemberian bunga dari pria lain.

"Apa yang kau lakukan?" Soo Yin membelalakan matanya. Tidak percaya apa dilakukan oleh Dae Hyun.

"Aku tidak suka kau menerima bunga dari pria lain," jawab Dae Hyun dengan jujur.

"Sikapmu sungguh kekanak-kanakan!" Soo Yin merasa sangat marah kali ini. Seharusnya Dae Hyun bisa bersikap dewasa sehingga tidak seenaknya sendiri.

"Aku akan membelikannya lagi untukmu," ujar Dae Hyun yang juga merasa marah.

"Kau sangat menyebalkan!" Soo Yin mendorong tubuh Dae Hyun. Berjongkok untuk mengambil buket bunga mawar yang sudah berceceran. Kelopaknya sebagian sudah rontok.

"Akan kukirimkan untukmu, satu toko kalau perlu satu taman," ujar Dae Hyun tanpa rasa bersalah sama sekali.

Entah kenapa hanya karena satu buket bunga membuatnya menjadi sangat emosi. Bukan seperti dirinya yang biasanya bersikap sabar dan dewasa. Mungkin cinta bisa membuat seseorang berubah sikap.

"Bunga ini jauh lebih berharga dari pada bunga yang kau berikan!" Soo Yin memandang Dae Hyun dengan tatapan tajam. Kemudian segera keluar dari ruangan. Membanting pintu dengan kuat.

"Soo Yin!" panggil Dae Hyun hendak menyusulnya keluar namun ponselnya tiba-tiba bergetar.

Drrrtt ...

Drrrtt ....

Saat memeriksa ponsel, ternyata putranya yang menelepon. Dae Hyun segera menjawab panggilannya.

"Ada apa, Yeon Ho?" tanya Dae Hyun sembari mengusap wajahnya dengan gusar.

"Ayah, kapan akan menjemputku? bukankah Ayah sudah berjanji akan mengajakku jalan-jalan?" ujar Jo Yeon Ho yang berada di seberang telepon.

"Maafkan ayah, Sayang. Hari ini sangat banyak pekerjaan. Bagaimana kalau lain kali saja?" Dae Hyun lupa kalau sudah berjanji dengan putranya untuk mengajaknya pergi.

"Ayah dan Ibu jahat!" Jo Yeon Ho langsung memutuskan sambungan telepon.

"Yeon Ho, Yeon Ho!" panggil Dae Hyun. Namun putranya sudah menutup telepon.

Entah kesialan apa yang menimpanya hari ini. Sehingga kedua orang yang sangat dicintainya marah padanya. Dirinya akan mencari Soo Yin untuk meminta maaf dan membujuknya agar tidak marah. Membujuk Soo Yin sepertinya lebih sulit dari pada membujuk putranya. Setelah berhasil berbaikan dengan Soo Yin nanti dia akan memikirkan cara untuk mengurus putranya.

Dae Hyun segera keluar dari ruangan untuk mencari Soo Yin. Beberapa kali menghubungi ponselnya namun tidak dijawab. Kawasan hotel ini terlalu luas untuk dijelajahi sehingga tidak memungkinkan untuk mencarinya seorang diri. Dae Hyun meminta bantuan Chang Yuan untuk membantu mencari keberadaan istrinya.

Tidak berapa lama kemudian ternyata ada kabar dari Chang Yuan kalau Soo Yin tengah menemani Peter Anderson untuk makan siang bersama dengan Hae Kang.

Dae Hyun segera menuju ke restoran yang masih satu kawasan dengan kawasan hotel. Dirinya bahkan sampai lupa kalau harus menjamu Peter Anderson.

"Maaf, saya terlambat," ujar Dae Hyun yang baru saja sampai sembari melirik Soo Yin yang sudah duduk.

Soo Yin memalingkan wajah, pura-pura tidak tahu kedatangannya.

"Tidak masalah, aku mengerti kalau kau sangat sibuk. Lagi pula sudah ada Nona Soo Yin dan Tuan Hae Kang yang sejak tadi menemani," ucap Peter Anderson.

"Sekali lagi saya mohon maaf." Dae Hyun membungkukan tubuhnya sebagai tanda hormat.

Tidak lama kemudian pelayan mulai datang sambil membawa hidangan khas Korea.

Mereka makan siang dalam keadaan hening. Hanya ada suara peralatan makan saja yang berdenting saling bersahutan.

Sesekali Dae Hyun melirik istrinya yang duduk di samping Hae Kang. Terlihat sepertinya tidak berselera makan. Dae Hyun menyesal akibat rasa cemburunya yang tak beralasan membuat jarak di antara mereka kembali renggang.

"Apakah kau sudah membicarakannya dengan Nona Soo Yin?"tanya Peter Anderson. Menanyakan kalau apakah Soo Yin bersedia menjadi Tour Guide untuknya.

"Maaf, Mr. Peter kami belum membicarakannya," ucap Dae Hyun sembari menunduk.

Soo Yin tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Hanya bisa menyimak dan mendengarkan. Merasa bingung saat mendengarkan pertanyaan Peter Anderson mengenai dirinya.

"Nona Soo Yin, apa anda bersedia untuk menjadi tour guide kami selama di Korea?" tanya Peter Anderson sembari memandang Soo Yin yang berada di seberang meja.

"Hmmm, sepertinya Soo Yin tidak ...." timpal Dae Hyun berusaha untuk menjawab kalau Soo Yin tidak bersedia, namun sudah terpotong.

"Tentu saja saya bersedia," ujar Soo Yin sembari tersenyum, tanpa berpikir panjang. Yakin kalau Peter Ande orang yang baik. Tidak memperdulikan Dae Hyun yang memandangnya dengan wajah tidak percaya. Soo Yin masih marah padanya atas perbuatannya yang tidak masuk akal.

Setelah selesai berbincang-bincang mereka segera kembali ke ruangannya. Soo Yin pura-pura tidak melihat Dae Hyun yang sudah berdiri di depan mejanya.

"Soo Yin, aku ingin bicara padamu?" ujar Dae Hyun. Tidak ingin terlalu lama melihat istrinya marah.

"Bicaralah?" Soo Yin sibuk melihat layar monitor komputernya.

"Sayang, maafkan aku tentang kejadian tadi." Dae Hyun memegang tangan Soo Yin namun gadis itu justru menepisnya.

"Jangan menyentuhku kalau tidak ingin semua orang tahu hubungan kita," sindir Soo Yin dengan nada ketus.

Dae Hyun sudah tidak sabar sehingga langsung menarik pergelangan tangan Soo Yin. Membawanya memasuki ke sebuah ruangan yang tidak terlalu besar mirip sebuah kamar. Di sana terdapat ada sebuah ranjang yang berukuran sedang dan lemari pakaian.

"Sayang, aku sungguh minta maaf." Dae Hyun menggenggam tangannya

"Kau tahu kenapa Jae-hwa memberiku bunga itu? dia hanya ingin memberi selamat padaku. Tidak kusangka kau justru membuangnya!" umpat Soo Yin dengan marah. Ruangan itu kedap suara sehingga tidak akan ada yang mendengarkannya.

"Soo Yin, aku tidak bermaksud seperti itu." Dae Hyun langsung berlutut di hadapan Soo Yin. Ini merupakan hal tergila yang pernah dilakukan semasa hidupnya hanya untuk mendapat maaf dari seorang wanita. Namun demi meluluhkan hati istrinya dirinya rela melakukan apapun.

"Dae Hyun, cepat berdiri!" Soo Yin berusaha untuk menarik tangan suaminya agar berdiri.

"Aku tidak akan berdiri sebelum kau memaafkanku," ujar Dae Hyun.

"Baiklah, tapi cepat berdiri," pinta Soo Yin. Tidak enak hati melihat Dae Hyun rela berlutut di hadapannya hanya untuk meminta maaf.

"Sungguh kau memaafkanku?" tanya Dae Hyun sembari mendongakkan wajahnya untuk menatap istrinya.

"Tapi dengan satu syarat," ujar Soo Yin.

"Aku akan melakukan apapun yang kau mau." Dae Hyun bangkit berdiri sembari terus menggenggam tangan Soo Yin.

"Jangan membuang pemberian orang lain tanpa bertanya terlebih dahulu," ucap Soo Yin.

"Aku janji. Aku tadi hanya cemburu melihatmu tersenyum saat menerima pemberian bunga dari pria lain." Dae Hyun langsung memeluk istrinya. Sangat senang karena bisa berbaikan dengan istrinya.

Soo Yin berusaha melepaskan pelukan Dae Hyun. Tidak ingin tiba-tiba ada orang yang masuk dan memergoki mereka.

"Aku ingin meminta satu hal padamu?" pinta Dae Hyun.

"Apa?" tanya Soo Yin sembari mengerutkan keningnya.

"Aku ingin kau berkenalan dengan seseorang," ujar Dae Hyun.