Soo Yin mulai sadarkan diri. Perlahan membuka matanya dan mengamati sekeliling ruangan. Ruangan itu terasa asing baginya. Sebuah kamar dengan dinding berwarna putih. Di sekeliling terdapat begitu banyak gambar wanita yang hanya memakai pakaian dalam saja. Bahkan ada sebuah lukisan seorang wanita yang tanpa memakai busana.
Sebagai seorang wanita Soo Yin merasa risih saat melihatnya.
"Dimana aku berada?" ujar Soo Yin sembari mencoba mengingat apa yang terjadi padanya sehingga bisa berada di sini. Namun hanya teringat saat duduk bersama dengan Lee Joung Youn tiba kepalanya terasa pusing. Setelah itu tidak mengingat apapun.
Soo Yin langsung bangkit dari ranjang saat mendengar suara samar-samar gemericik air dari kamar mandi. Merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Segera berlari menuju pintu, berusaha untuk membukanya namun tidak bisa. Soo Yin panik sambil berusaha memutar knop pintu, berharap bisa terbuka.
Ceklek.
Pintu kamar mandi terbuka. Lee Joung Youn ke luar hanya memakai celana pendek dengan rambut yang masih basah. Dengan penuh percaya diri membiarkan Soo Yin melihat otot-otot tubuhnya.
"Sayang, kau sudah bangun rupanya," ujar Lee Joung Youn sambil berjalan mendekati Soo Yin.
"Mau apa kau?" teriak Soo Yin dengan gemetar. Sungguh takut kalau pria itu akan berbuat sesuatu yang tidak senonoh. Sejak di pesta sebenarnya sudah mencurigainya. Namun ditepis olehnya, karena tidak ingin berburuk sangka terhadap orang lain.
"Ayolah kita bersenang-senang, Sayang," ujar Lee Joung Youn sambil tersenyum miring. Berbicara terus terang tanpa basa basi lagi, karena yakin kalau Soo Yin sudah tahu tujuannya membawa ke apartemen.
Soo Yin mundur beberapa langkah namun tubuhnya sudah membentur tembok. Semakin merasa takut saat melihat tatapan membara dari pria itu. Terus berusaha untuk menjauh namun Lee Joung Youn tetap berjalan ke arahnya dengan santai.
"Jangan mendekat!" teriak Soo Yin sambil menyodorkan sebuah pisau kecil yang ditemukannya di atas nakas.
Lee Joung Youn tidak merasa takut sama sekali. Yang ada di pikirannya saat ini adalah agar Soo Yin bisa memuaskan nafsu birahinya. Menangkis tangan Soo Yin hingga seketika pisau itu terjatuh ke lantai.
Lee Joung Youn menghimpit tubuh Soo Yin di tembok. Mengunci kedua tangan Soo Yin di atas kepalanya dengan tangan kanan. Membelai pipi mulusnya dengan sebelah tangan.
"Aku mohon, biarkan aku pergi!" teriak Soo Yin dengan tubuh gemetar. Matanya memerah antara menahan amarah dan rasa takut.
"Aku akan membiarkanmu pergi setelah kau melayaniku, ha ha ha." Tawa Lee begitu menggelegar di telinga Soo Yin. Membuat bulu kuduknya merinding.
Dengan sekuat tenaga Soo Yin berusaha untuk memberontak dengan menendang selangkangan Lee Joung Youn, hingga membuatnya terjengkang ke lantai.
Soo Yin segera berlari mengambil tasnya yang berada di atas meja rias. Merogoh ponselnya dengan cepat kemudian menghubungi nomor ponsel Dae Hyun. Beruntung langsung di angkat namun belum sempat ia bicara, Lee Joung Youn merebutnya hingga ponselnya terjatuh ke lantai.
Saat ini Lee Joung Youn sudah habis kesabarannya menghadapi Soo Yin. Segera mengangkat tubuh gadis itu dengan paksa kemudian membantingnya di atas ranjang. Menyebabkan gaun gadis itu tersingkap le atas. Memperlihatkan paha mulus dan kaki jenjangnya.
Hasrat Lee begitu membara dan sudah tidak sabar ingin mencicipi tubuh indah Soo Yin. Tanpa berpikir panjang langsung merobek gaun bagian atas dengan paksa sehingga menyebabkan tubuh bagian atas Soo Yin terbuka.
"Tuan Lee, biarkan aku pergi," ujar Soo Yin lirih dengan penuh rasa ketakutan. Air mata yang menggenang di pelupuk matanya kini mulai bercucuran. Tidak menyangka akan menghadapi kejadian seperti ini. Dae Hyun bahkan tidak pernah memaksanya untuk melakukan hubungan intim. Meski mereka adalah pasangan suami-istri.
"Sudah terlambat!" ucap Lee dengan nada dingin.
'Dae Hyun, tolong aku,' ~ batin Soo Yin dengan terus meneteskan air mata. Dirinya hanya pasrah saat ini, karena Lee Joung Youn sudah menatapnya dengan tatapan berapi-api dan hasrat yang membara.
Dubrak.
Pintu kamar terbuka dengan keras. Dae Hyun yang sudah sangat emosi langsung menyerang Lee Joung Youn dari belakang. Menarik tangannya dengan paksa sehingga membuat Lee terpental ke lantai.
"Dae Hyun, tidak usah ikut campur kalau kau masih ingin aku menginvestasikan properti di hotelmu," ujar Lee sambil berusaha bangkit berdiri.
"Aku tidak peduli dengan itu. Kalau kau berani menyentuhnya, aku bahkan tidak segan untuk membunuhmu!" ujar Dae Hyun dengan nada dingin. Napasnya menggebu menahan amarah.
"Soo Yin, kau tidak apa-apa?" Dae Hyun berbalik memandang Soo Yin meringkuk di sudut ranjang.
"Awas!" teriak Soo Yin saat melihat Lee Young Joun menyerang Dae Hyun dari belakang dengan pisau.
Dengan sigap Dae Hyun mengelak sehingga hanya melukai lengannya bukan tubuhnya. Segera balik menyerang dengan meninju wajah Lee dengan kondisi lengan kanannya mengeluarkan darah cukup banyak.
Soo Yin tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menyaksikan dua orang pria di depannya saling memukul satu sama lain.
Tidak berapa lama kemudian Asisten Chang datang bersama dengan beberapa polisi. Segera Menangkap Lee Joung Youn dan membawanya ke kantor polisi.
Dae Hyun menghampiri Soo Yin yang masih meringkuk. Memeluknya dengan sangat erat. Merasa lega karena belum terjadi sesuatu pada istrinya.
"Dae Hyun, aku takut," ujar Soo dengan berlinang air mata sehingga membasahi pundak Dae Hyun.
"Tidak apa-apa, aku ada di sini," ujar Dae Hyun sambil mengusap punggung Soo Yin. Berusaha untuk menenangkannya. Menyesal karena telah memaksa Soo Yin untuk datang ke pesta. Jika dirinya tidak memaksa mungkin Soo Yin akan baik-baik saja saat ini.
Dae Hyun melepaskan pelukannya kemudian membuka jasnya, memakaikannya di tubuh Soo Yin meski ada begitu banyak darah yang menempel. Segera mengikat lukanya menggunakan dasinya.
"Sebaiknya kita ke rumah sakit, aku khawatir lukamu cukup parah." Soo Yin memegang lengan Dae Hyun. Ngeri melihat darah yang masih mengalir.
"Tidak perlu, aku akan menyuruh Dokter Kang untuk datang ke rumah," ujar Dae Hyun sambil tersenyum. Cukup senang ternyata melihat mengkhawatirkan dirinya.
"Tapi ...." ujar Soo Yin terpotong.
"Ayo kita pulang," ajak Dae Hyun sambil menuntun Soo Yin. Ia tahu pasti gadis itu masih merasa ketakutan dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Beruntung dirinya datang tepat waktu. Jika terlambat sedikit saja, Dae Hyun tidak sanggup untuk membayangkannya.