Villa Pyeongchang-dong
Soo Yin masih meringkuk di bawah selimut tebal. Membenamkan kepalanya di bawah bantal karena merasa pusing. Seharian ini tidak keluar sama sekali dari kamarnya.
Tok tok tok.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Tapi Soo Yin tidak ada niat untuk menyahut apalagi membuka pintu. Semakin menutupi telinganya dengan bantal.
Di luar kamar Bibi Xia tengah berdiri sambil membawa nampan yang berisi makanan di tangannya. Tidak terdengar jawaban dari dalam, sehingga Bibi Xia membuka gagang pintu secara perlahan yang memang tidak di kunci.
"Nona, boleh bibi masuk?" tanya Bibi Xia yang perlahan melangkahkan kakinya untuk masuk.
"Masuklah!" ujar Soo Yin pada akhirnya dengan suara yang parau. Membuka selimut yang menutupi kepalanya.
Bibi Xia meletakkan makanan yang dibawanya di atas nakas. Di sana masih terdapat makanan tadi pagi yang Bibi Xia bawa, ternyata belum tersentuh sama sekali.
Wanita itu mengamati sekeliling ruangan, ternyata ada satu botol alkohol yang sudah kosong tergeletak di lantai di samping ranjang. Saat pagi tadi dirinya begitu terburu-buru untuk pergi ke pasar sehingga tidak sempat untuk membersihkan kamar Soo Yin.
"Nona, bangunlah ini sudah sore! lagi pula anda juga sepertinya belum makan sejak pagi," ujar Bibi Xia sambil menggoyang tubuh Soo Yin.
"Aku tidak lapar. Bibi saja yang makan semuanya," ujar Soo Yin dengan suara lemah.
Bibi Xia merasa ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada gadis itu. Menyentuh dahinya dengan punggung telapak tangan. Ternyata suhunya normal, sehingga Bibi Xia bernafas lega. Tadinya sempat berpikir kalau dia juga demam.
"Apa Nona minum semalam?" tanya Bibi Xia dengan hati-hati.
"Oh, aku hanya minum sedikit," jawab Soo Yin kembali memejamkan matanya.
Ingatan saat Dae Hyun dan Aeri bermesraan di depan mata membuat hatinya perih sehingga tanpa pikir panjang Soo Yin meminum alkohol yang ditemukan di ruang kerja Dae Hyun.
Sedikit? dia bahkan sudah menghabiskan satu botol, ~ batin Bibi Xia sambil menggelengkan kepalanya.
"Sebaiknya Nona bangun dan membersihkan diri. Bukankah nanti malam Nona akan ada acara pergi ke pesta?" ujar Bibi Xia.
"Pesta? aku tidak akan pergi kemana-mana," tukas Soo Yin dengan sedikit membuka matanya.
"Nona harus pergi, Tuan Dae Hyun pasti merasa kecewa jika Nona tidak pergi ke acara itu," bujuk Bibi Xia sambil memijat kepala Soo Yin dengan lembut. Ia tau kalau Soo Yin merasa pusing karena habis minum.
"Huh, kecewa? Dae Hyun sudah bersama dengan Aeri, jadi dia tidak membutuhkan diriku. Untuk apa aku pergi ke sana," ujar Soo Yin menoleh pada Bibi Xia dengan mata yang sayu.
"Nona juga istrinya, seharusnya Nona juga berada di dekatnya," ujar Bibi Xia.
"Ugh, aku hanyalah istri yang tidak dianggap." Ada nada sedih saat Soo Yin mengatakannya.
"Tapi, Tuan Dae Hyun sangat ...." ujar Bibi Xia yang terpotong.
"Sebaiknya Bibi ke luar saja karena aku masih ingin tidur," tukas Soo Yin sambil berpaling ke arah lain kemudian menutup matanya kembali.
"Jika tidak ingin pergi, setidaknya Nona harus makan," ujar Bibi Xia.
"Nanti aku akan memakannya," tukas Soo Yin. Sebenarnya perutnya terasa lapar, tapi saat ini memang tidak berselera makan.
Bibi Xia hanya menggeleng melihat sikap Soo Yin. Memilih pergi meninggalkan kamar sambil membawa botol kosong dan makanan yang tadi pagi dibawanya. Percuma saja membujuk Soo Yin karena sepertinya tidak akan berhasil. Lebih baik menghubungi Dae Hyun, biarkan suaminya yang akan mengurus.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
UN Village.
Pada saat yang bersamaan, Dae Hyun baru saja pulang dari hotel. Hari ini pulang lebih awal dari biasanya meski sudah sore. Langsung menuju kamar yang berada di lantai atas. Ternyata ada Aeri dan Jo Yeon Ho di sana.
"Hai, Sayang," ujar Aeri sambil mendekati Dae Hyun kemudian mencium pipinya secara bergantian.
Dae Hyun hanya diam tanpa ada niat untuk membalasnya. Berjalan mendekati Jo Yeon Ho yang duduk di sofa. Dae Hyun heran saat melihat wajah putranya cemberut dan terlihat tidak senang. Biasanya Jo Yeon Ho akan menyapanya ketika pulang.
"Kau kenapa terlihat tidak senang?" tanya Dae Hyun sambil menatap putranya.
"Aku tidak ingin pergi ke pesta!" ujar Jo Yeon Ho sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Kenapa?" Dae Hyun mengerutkan keningnya.
"Aku tidak ingin para wanita berusaha mencium dan mencubit pipiku!" ujar Jo Yeon Ho sambil mengerucutkan bibirnya. Merasa trauma karena terakhir kali pergi ke sebuah perayaan membuat pipinya terasa sakit bahkan terdapat noda lipstik di pipinya.
"Tenanglah, nanti tetaplah bersama dengan ayah. Mereka tidak akan berani mengganggumu," ujar Dae Hyun tersenyum sembari mengusap puncak kepala Jo Yeon Ho.
"Apa ada anak-anak juga?" tanya Jo Yeon Ho sambil menatap Dae Hyun.
"Tenanglah, Sayang. Ibu sudah mengundang teman, agar membawa putra mereka juga," timpal Aeri yang masih sibuk memilih pakaian yang akan dikenakan nanti malam.
"Baiklah, tapi aku ingin kita berangkat bersama," ujar Jo Yeon Ho. Saat pergi ke suatu acara mereka sering kali pergi sendiri-sendiri sehingga terkadang sulit untuk menemukan ayahnya. Terlebih Aeri tidak terlalu memperdulikannya saat sudah mengobrol bersama yang lain.
"Tentu, Sayang," jawab Dae Hyun.
Dae Hyun merogoh saku jasnya saat tiba-tiba merasakan ponselnya bergetar. Memeriksa ternyata ada sebuah pesan dari Bibi Xia. Dae Hyun langsung membuka karena penasaran, tidak biasanya Bibi Xia mengirim pesan.
[Tuan, saya sangat khawatir dengan Nona Muda. Hari ini tidak mau makan sama sekali sejak pagi. Bibi takut Nona jatuh sakit. Bibi juga menemukan ada botol minuman yang sudah kosong di dalam kamar. Sepertinya Nona Muda mabuk. Apa Tuan tidak bisa pulang kemari?]
Dae Hyun membaca kata demi kata pesan yang ditulis Bibi Xia. Sejak pagi dirinya memang belum menghubungi Soo Yin sama sekali. Terlalu sibuk karena ada pertemuan dengan beberapa investor yang akan berinvestasi properti di hotelnya.
Dae Hyun langsung ke luar dari kamar menuju ruang kerjanya. Segera menghubungi nomor ponsel Soo Yin tapi belum juga dijawab.
"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi." Hanya suara operator seluler yang terdengar.
Soo Yin, tolong angkatlah! ~ batin Dae Hyun sambil meletakkan ponsel di dekat telinganya namun sama sekali tidak diangkat oleh Soo Yin. Mondar mandir di depan jendela dengan rasa khawatir.
"Hallo," jawab Soo Yin dengan suara parau dan lemah.
"Sayang, apa yang terjadi padamu?" Dae Hyun merasa lega karena akhirnya mendengar suara gadis itu, setelah sepuluh kali panggilan tidak terjawab.
"Siapa kau?" tanya Soo Yin lesu.
"Aku Dae Hyun. Apa kau sakit?" Dae Hyun merasa heran kenapa Soo Yin tidak mengenali suaranya.
"Ah, ternyata ini kau. Tidak perlu mengkhawatirkan diriku, urus saja dirimu sendiri," tukas Soo Yin.
"Apa kau mabuk?" Mendengar suara Soo Yin, Dae Hyun yakin kalau gadis itu memang tengah mabuk.
"Itu bukan urusanmu!"
"Soo Yin, apa kau tidak pergi ke pesta nanti malam? aku ingin kau pergi karena aku ingin mengenalkan kau dengan semua orang," ujar Dae Hyun.
"Pesta? aku tidak akan pergi kemana-mana. Apa kau ingin terus membuat hatiku sakit melihat kau bersama dengan Aeri bermesraan seperti kemarin. Aku sungguh muak melihatnya. Hatiku sakit, hiks hiks hiks. Sungguh sakit Dae Hyun!" ujar Soo Yin meracau tidak jelas bahkan menangis di sela perkataannya.
Dae Hyun terdiam mendengar ucapan Soo Yin. Meski dalam keadaan mabuk, dirinya merasa yakin kalau Soo Yin saat ini benar-benar kacau. Tidak mungkin pulang ke Pyeongchang-dong karena sudah berjanji pada Jo Yeon Ho untuk berangkat bersama.
"Soo Yin, maafkan aku," ujar Dae Hyun lirih.
"Tidak usah memperdulikan diriku. Urus saja hidupmu bersama Aeri!" Soo Yin langsung mematikan sambungan telepon.
"Soo Yin, Soo Yin!" panggil Dae Hyun tapi sudah tidak ada jawaban.
Dae Hyun segera menelepon seseorang untuk pergi menemui Soo Yin di Pyeongchang-dong. Meminta bantuannya agar Soo Yin mau pergi ke pesta. Dae Hyun sangat yakin kalau orang itu bisa membantunya.
Dae Hyun kembali ke kamar setelah mengurus semuanya. Dirinya saat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Memilih untuk tetap bersama dengan Jo Yeon Ho karena meski dirinya pulang ke Pyeongchang-dong. Pasti akan membuat Soo Yin semakin marah.
"Ada apa, Sayang?" tanya Aeri saat melihat Dae Hyun kembali ke kamar dengan gelisah.
"Tidak apa-apa, aku baru memeriksa berkas sepertinya ada yang ketinggalan," ujar Dae Hyun.
"Kau bisa mengambilnya lagi setelah pesta selesai," ujar Aeri.
"Hmmm, sebaiknya aku mandi terlebih dahulu," ucap Dae Hyun yang merasa sudah gerah.
"Tunggu sebentar!" Aeri mengambilkan baju untuk Dae Hyun.
"Kau harus memakai yang ini agar kita bertiga terlihat seperti pasangan yang serasi," ujar Aeri sambil memperlihatkan pakaian yang berwarna coklat muda.
"Terserah kau saja." Dae Hyun segera masuk ke dalam kamar mandi.