Hari begitu sempurna untuk lelaki yang baru saja lepas dari cengkraman kematian dan lilitan hutang, dia berjalan angkuh dengan wajah yang selalu tersenyum.
Kampungan dan aneh, dua kata ini yang terbesit di pikiran orang lain ketika berpapasan melihat Reyhan di jalan. Seperti orang yang baru saja mendapatkan hujan uang yang berlimpah.
Hari ini Reyhan langsung menuju kantor POS untuk mengirimkan uang ke keluarganya di kampung, dia berharap dengan uang sebanyak ini bisa membuat ibu dan adik-adiknya hidup lebih makmur.
"Assalamu'alaikum, Mak." salam Reyhan lewat telepon.
"Waalaikumsalam, Nak. Ada apa nelpon Mamak?"
"Aku kirim lagi uang empat juta untuk kalian, jangan lupa ambil uangnya di kantor Pos seperti kemarin."
"Banyak sekali, Nak? Dari mana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Kamu gak aneh-anehkan?"
Lama Reyhan berpikir untuk menjawab pertanyaan itu, karena selama ini dia belum pernah berbohong sekalipun kepada orang-tuanya.
"Halo, Reyhan?"
"Eng-engak kok, Mak. Reyhan dapat kerja sampingan, dan gajinya lumayan gede. Tapi harus kerja keras di sana."
"Beneran ya kamu gak macem-macem di sana?"
"Enggak kok, Mamak. Reyhan beneran kerja."
"Alhamdulillah kalau begitu."
"Oh ya, Mak. Tolong sampaikan kepada Santi dan keluarganya. Tiga bulan lagi aku akan melamar dan menikahi dia."
"Benarkah yang kau ucapkan itu, Nak?" Maimunah seakan tidak percaya apa yang dikatakan oleh anaknya, semakin merasa khawatir dirinya ketika mengetahui ini semua. Dari manakah uang yang didapatkan oleh Reyhan, itulah pertanyaan yang terbesit di benaknya.
"Iya, Mak. Aku sudah melihat pendapatan tiga bulan ke depan lagi akan cukup untuk menikahi dia."
"Mamak percaya dengan kamu, jaga kesehatan ya di sana."
"Mak itu si Abang ya?" Suara dari Hendra terdengar dari kejauhan.
"Itu Hendra kan, Mak? Coba kasih ke dia, Mak. Aku mau ngomong sama dia."
Maimunah memberikan handphone itu kepada Hendra. "Halo, Bang. Apa kabar sekarang?"
"Baik-baik saja, Dek. Kamu sudah makan belum?"
"Sudah, Bang. Belikan Hendra mobil-mobilan, Bang," ucapnya merengek memohon supaya dibelikan.
"Minta aja sama, Mamak."
"Tuh, Mak. Abang nyuruh minta sama, Mamak." Maimunah hanya menggeleng melihat anaknya berkata seperti itu.
"Kamu jaga rumah ya selagi Abang gak di rumah."
"Rumah kenapa di jaga, Bang? Bukannya dia gak punya kaki?"
Reyhan hanya tertawa kecil bercampur heran, dia lupa kalau adiknya satu ini memiliki kemampuan berpikir yang kurang, alias telat mikir.
"Maksudnya kamu jaga Ibu, Mbak Siti sama Nurul."
"Ohh ... oke, Bang. Aku jaga mereka dengan kekuatan, Bulan."
Reyhan tertawa mendengar ucapan nyeleneh itu dari adiknya yang TELMI.
"Udah ya Abang pergi dulu. Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam, Bang."
Rasa bersalah dan takut akan dosa seketika hilang tertelan kebahagiaan semu itu. Pemuda itu lupa tentang apa yang namanya benar dan salah, di matanya hanyalah hasrat untuk membahagiakan keluarga dan dirinya sendiri.
"Transfer uang sudah, hmm ... ngapain lagi ya?" Reyhan berpikir cukup lama.
"Belanja baju dan celana baru enak kali ya, ah ke Mall aja deh."
Lelaki itu memutuskan pergi ke salah Mall terbesar di Ibu Kota Jakarta. Sesampainya di sana dia langsung menuju outlet baju dan celana.
Dia sibuk memilih satu persatu mencari baju yang cocok dengan seleranya. "Nah ini keren bajunya." Sebuah baju kemeja dengan motif daun dan bunga, seperti motif baju pantai.
"Berapa ya harganya?" Reyhan mencari label harga yang ada di baju kemeja itu.
"Kambing! Baju beginian harganya lima ratus ribu?" Dia tidak menyangka harga baju akan semahal itu, Reyhan menganggap harga baju di kampung dengan kota sama.
"Beli atau tidak ya ...." Lama Reyhan berpikir untuk memutuskan itu.
"Beli aja deh, kalau habis tinggal minta aja sama tante-tante."
Dia membeli 2 baju kemeja, 2 celana dan sepasang sepatu berwarna putih dan hitam. Belanja pertama ini dia menghabiskan uang lebih dari tiga juta rupiah. Setimpal dengan kualitas barang yang dia beli.
Setelah itu kembali ke kos-kosannya untuk bersiap-siap menuju hotel milik Baron.
...
Sesampainya di hotel, dia langsung menuju resepsionis dan menanyakan di mana ruangan HRD berada.
"Permisi, Mbak. Ruangan HRD di mana ya?"
"Ada perlu apa ya, Pak?" tanya Perempuan yang menjadi resepsionis hotel.
"Saya di perintahkan oleh Bapak Baron untuk ke ruangan HRD hari ini."
"Mohon tunggu sebentar, Pak. Akan saya tanyakan terlebih dahulu."
Selang beberapa menit, perempuan itu berkata, "Mari saya antar."
Reyhan menggelengkan kepala ketika melihat pantat perempuan itu sangatlah padat, lekukannya dan bentuknya amatlah menggairahkan. Ingin rasanya dia meremas pantat indah itu sampai puas.
"Silahkan masuk, Pak."
"Terima kasih ya." Reyhan tersenyum mesum ke arah perempuan itu.
Tatkala ingin masuk dia tidak sengaja menyenggol bukit indah milik perempuan itu, awalnya dia takut akan di tampar, namun nyatanya perempuan itu hanya tersenyum menggoda sambil memainkan lidahnya.
Reyhan hanya tersenyum heran melihat kenyataan itu dan setelahnya langsung masuk ke dalam ruangan.
Suasana ruangan itu amatlah mewah dan elegan, warna abu-abu menghiasi dinding itu dengan bingkai lukisan seorang wanita seksi.
Manik mata Reyhan melihat ada seseorang yang duduk membelakanginya menghadap langsung ke pemandangan Ibu Kota Jakarta.
"Selamat datang, Reyhan." Suara perempuan memulai obrolan.
Reyhan merasa tidak asing akan suara yang di dengar itu, seperti seseorang yang pernah di temui kemarin malam.
Wanita itu perlahan memutar kursinya menghadap Reyhan.
"Mawar!" seru Reyhan terkejut.
"Hallo, Honey." Senyuman nakal di berikan kepada pemuda itu.
"Bagaimana kemarin, apakah Baron menerima dengan senang?" tanya Mawar.
"Sangat senang, pak Baron juga memintaku untuk memuaskan pelanggan yang akan datang hari ini."
"Benar sekali, apakah kau sudah meminun obat yang diberikannya?"
"Sudah, aku sudah sangat siap tempur."
Mawar tertawa melihat sikap Reyhan seperti serigala yang sudah sangat kelaparan untuk menyantap domba.
"Satu jam lagi mereka akan segera tiba, untuk sekarang kau akan aku ajarkan ilmu tambahan." Mawar mendekati Reyhan dan mengajak dia ke suatu ruangan tersembunyi di balik dinding ruangan HRD itu.
Ternyata Mawar memiliki kamar tidur rahasia dalam ruangan kerjanya, warna dinding yang sama dengan ruangan kerjanya. Sebuah ranjang yang memiliki tirai berwarna putih bersih. Terdapat banyak alat sex pada lemari cukup besar berwarna putih.
Tiap beberapa detik aroma bunga mawar tercium oleh siapapun yang berada di kamar ini. "Silahkan duduk dulu, Honey," ucapnya mawar.
"Banyak sekali alat yang aneh di lemari punyamu, Sayang. Alat apa itu?"
"Alat pemuas napsu, wanita memiliki alat khusus untuk memuaskan napsu mereka sendiri."
Mawar mengambil seluruh jenis alat pemuas napsu wanita itu. "Ini gunanya seperti ini ...." Mawar menjelaskan panjang lebar tentang nama dan kegunaan dari setiap alat itu.
Sangat bermacam-macam alat yang akhirnya Reyhan ketahui, ada yang di masukkan ke dalam lembah wanita, sebagai menggetarkan dua pucuk bukit wanita dan bahkan sampai alat untuk dimasukkan ke dalam pembuangan feses.
"Baru kali ini aku tahu ada alat seperti ini," ucapnya heran bercampur kagum.
"Karena masih ada beberapa waktu, ayo kita gunakan untuk belajar." Mawar langsung membuka seluruh pakaian di depan Reyhan.
"Come to me, Honey. Berikan jilatan kucing kepada gua." Wanita itu merebahkan tubuhnya terlentang bebas ke arah Reyhan.
Reyhan dari tadi hanya menelan ludahnya terus menerus melihat kemolekan tubuh indah di depannya.
Dengan cepat dia langsung mendekati tubuh mawar, dia menjilati dari ujung kaki sampai ke pangkal paha dan bergantian ke kaki lainnya.
Suara desahan terdengar di ruangan kamar rahasia itu, bulir-bulir keringat mulai terlihat dari kulit Mawar.
Reyhan yang terbawa napsu langsung membuka seluruh bajunya menginginkan untuk langsung menancapkan pedang pusakanya itu.
"No, Lu gak boleh melakukan itu!" seru Mawar.
"Kenapa tidak boleh?"
"Lu harus jaga stamina, gak boleh melepaskannya sekarang."
"Lantas aku harus apa? Napsuku sudah bergelora ini."
"Sekarang tugas lu adalah membuat gua sampai klimaks tanpa harus memasuki pusaka itu."
"Caranya?"
"Mandi kucing seluruh tubuh."
"Oke."
Kembali Reyhan menjilati setiap inci dari tubuh wanita jalang itu, mulai dari kaki sampai ke pangkal paha. Dia ulangi itu sampai berkali-kali.
Perbuatan ini membuat Mawar merasakan nikmat yang cukup unik, membuat dia langsung menarik kepala Reyhan menuju arah harta pribadinya.
"Jilat dan hisap semua bagian itu, Sayang." Desahan Mawar menggebu-gebu di kala Reyhan melakukan apa yang dia perintahkan.
Kedua tangan Reyhan mulai berjelajah ke bagian tubuh atas milik Mawar, perlahan dari perut dan sampai ke bukit indah itu. Entah kenapa jari-jari Reyhan yang memutari bukit itu tanpa menyentuh pucuknya.
Perbuatan ini membuat Mawar terbang melayang menahan gejolak hasrat birahinya yang sangat kuat. Dia tidak menyangka bahwa lelaki ini bisa melakukan teknik satu ini.
Sebuah teknik kesabaran yang membuat wanita terbang melayang dan mengarahkan wanita itu untuk agresif tanpa harus di pinta.
Permainan itu sampai membuat Mawar menuju puncaknya sampai terengah-engah menahan nikmat yang menjalar di seluruh tubuhnya.
"Oh shit, you fucking the best, Honey."
"Apakah cara ini benar?" tanya Reyhan sambil mengelap bibirnya.
"Sangat benar sekali, bagaimana kau bisa melakukan itu?" tanya Mawar.
"Tidak tahu, aku hanya mengikuti naluri saja."
"Oh shit, ternyata memang benar kau mempunyai bakat untuk menggantikan dia."
"Maksudnya? Dia siapa?"
"Seseorang lelaki hebat yang dulunya di juluki King Of Hot oleh para wanita."
"Emang kemana dia? Sampai-sampai kau bilang aku sebagai penggantinya."
"Mati."
"Maksudnya?" Reyhan sedikit kebingungan dengan perkataan yang dia dengar itu.
"Dia mati ketika perjalanan menuju Bali."
"Kecelakaan?"
"Iya, kecelakaan pesawat menjemput ajalnya. Ini membuat Baron frustasi, karena aset berharganya lenyap sangat cepat."
"Apakah aku sehebat dirinya?"
"Hampir, kau memiliki stamina dan insting yang kuat. Hanya perlu di poles sampai menjadi berlian."
Reyhan hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang harus dia lakukan ke depannya.
"Ayo kita keluar sekarang, karena sebentar lagi mereka akan segara tiba."
"Oke."
...
Sebuah mobil mewah berhenti di depan pintu masuk hotel itu, setelahnya ada tiga wanita berpenampilan elegan keluar dari mobil. Pakaian mereka sangatlah elegan, seluruh pakaian dan barang mereka adalah barang-barang mahal.
Mereka berlenggak-lenggok seperti model menuju ke dalam hotel.
"Selamat datang, Nyonya Dewi, Nyonya Cinta dan Nyonya Violet," ucap seorang wanita pelayan menyambut ke-tiga wanita kaya raya itu.
"Berikan kami pelayanan yang memuaskan." Dewi berkata sedikit angkuh kepada pelayan itu.
"Baik, mari ikuti saya."
Mereka berempat—Dewi, Cinta, Violet dan wanita pelayan—menuju keruangan VVIP.
Reyhan melihat mereka dari kejauhan hanya bisa menelan ludah terus menerus, karena wanita yang akan dia puaskan hari ini sangatlah cantik dan seksi. Kulit mereka semua putih bersih, dan salah satunya mirip orang dari negri tirai bambu.
"It's show time," ucap Mawar kepada Reyhan.