Sebelum dimulainya tugas pertama, Mawar meminta Reyhan untuk membersihkan seluruh tubuhnya. Tiga wanita tersebut paling benci dengan seseorang yang dekil dan bau.
Dalam kamar mandi yang disediakan oleh staf hotel, terdapat banyak peralatan mandi yang baru kali ini Reyhan melihatnya. Shampo, sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan lainnya tidak seperti yang pernah dia lihat, bahkan dari iklan televisi pun tidak ada.
Bak mandi nanti elegan telah terisi oleh air yang dimasukkan sabun cair khusus berwarna putih. Aromanya lebih harum dari yang pernah Reyhan hirup selama ini.
Dia membuka perlahan bajunya, meletakkan di meja yang sebelumnya staf hotel berpesan untuk baju kotor letakkan di sana. Reyhan berjalan maju dan masuk ke bak mandi tersebut secara perlahan, memastikan suhu air itu tidak membuatnya kedinginan.
"Haaaa." Reyhan menghela panjang ketika sudah berada di dalam tempat tersebut.
"Sangat nyaman sekali. Beginikah rasa menjadi orang kaya," ucapnya tersenyum.
Reyhan mulai menggosokkan seluruh badannya dengan sabun cair yang telah di sediakan. Membersihkan setiap celah yang memiliki bau tidak sedap. Dia terkejut saat ada sebuah benda panjang yang pada ujungnya berbuntut oval dan dihiasi bulu-bulu dari plastik.
"Seperti sikat. Ini sikat kamar mandi gak sih?" Dia membolak-balikan bends tersebut. "Tapi bersih dan gak bau, apa ini untuk sikat badan ya?" Sambung Reyhan.
Dia mengangkat pundaknya dengan tersenyum kecil, lalu perlahan menggosok seluruh tubuh menggunakan alat tersebut.
Akhirnya masalah yang selama ini dirasakan oleh Reyhan ketika mandi telah terpecahkan. Dia merasa lega bahwa alat ini bisa juga digunakan dengan mudah untuk menggosok bagian punggung. Tempat dimana selama ini dia tidak bisa membersihkannya.
Setelah selesai dia mulai membersihkan diri menggunakan shower yang airnya memiliki suhu hangat. Seluruh badannya terasa sangat segar, semua letih menghilang seketika dan berganti dengan kondisi bugar.
'Oleskan ini di sekujur tubuh dengan merata,' batinnya ketika melihat tulisan di dinding yang di bawahnya terdapat sebuah botol seperti handbody.
Reyhan kembali terkejut ketika dia menggosokkan tubuhnya menggunakan cairan tersebut. Setiap dia melakukannya, daki-daki dan kulit mati yang ada di kulit terangkat dengan mudah. Ketika dia membilas tangannya, Reyhan merasakan kulit pada tangannya tersebut sangat halus dan lembut.
'Duh menggosok punggung bagaimana?' batinnya.
Reyhan mencari cara untuk bisa menggunakan cairan tersebut pada punggungnya.
'Terpaksa pakai cara lama dah kalau begini.' Reyhan mengambil cairan tersebut sampai banyak, lalu dia olesi ke dinding kamar mandi.
Dengan cepat Reyhan langsung membalikkan badannya, lalu menggosokkan seluruh punggungnya dengan cairan tersebut. Setelah merata, dia mengambil sikat tubuh yang dia pakai sebelumnya.
Setelah selesai mandi, dia ingin mencari handuk untuk mengeringkan seluruh tubuh. Namun setelah beberapa menit mencari, tempat tersebut tidak menyediakan handuk bagi para pengunjung. Hanya tersedia sebuah jubah berwarna putih dengan tekstur seperti handuk.
Tanpa pikir panjang, dia menggunakan jubah tersebut untuk mengeringkan badan. Setelahnya dia gunakan untuk menutupi seluruh badan, karena tidak ada pakaian ganti. Mawar tidak ingin Reyhan menggunakan pakaian sebelumnya yang sudah memiliki aroma bau, walau hanya sedikit.
Setibanya dia keluar dari kamar mandi, seorang wanita muda menyambutnya. Wanita tersebut membawa pakaian ganti yang terlihat cukup sederhana. Hanya kaos oblong dan celana pendek selutut berwarna hitam. Sesekali lirik mata wanita tersebut mengarahkan ke tengah-tengah tubuh bagian bawah milik Rayhan. Dia mencoba mencari tahu bentuk dan ukuran yang dimiliki pria tersebut.
"Ehemm!"
Suara dari Rayhan membuat sang wanita tersadar dari kegiatannya. Dia tertunduk tersipu malu, memainkan kedua jari sambil sesekali melirik mata Rayhan.
"Ada yang lagi kah? aku ingin memakai baju," ucap Rayhan.
Wanita tersebut mengangguk, tapi dia belum melangkah pergi. Matanya masih menatap ke arah pusaka Rayhan yang ditutupi jubah mandi. Sesuatu mengejutkan Rayhan, ketika wanita tersebut dengan cepat membuka jubahnya.
"Besar!" teriak wanita tersebut tanpa malu. Dia mencoba menyentuh pusaka tersebut, namun Rayhan langsung menutupnya.
"Jika kau menginginkannya, nanti malam akan aku berikan," ucap Rayhan tanpa memperdulikan wanita itu, dia masuk kembali ke kamar mandi.
**
Mawar berpesan kepada Rayhan untuk masuk ke dalam ruangan VVIP nomor 69 yang berada di lantai tiga, tempat itu memiliki tiga kamar khusus untuk Dewi, Cinta dan Violet, karena itu adalah pesanan dari mereka bertiga. Rayhan berjalan dengan penuh berdebar, karena harus menghadapi tiga wanita sekaligus.
"Permisi," ucap Rayhan saat membuka pintu.
Di ruangan tersebut sudah ada tiga wanita dan dua pria yang hanya menggunakan celana pendek. Mereka menatap Rayhan beberapa saat, lalu melanjutkan obrolan.
Rayhan merasa seperti tidak ada di dalam ruangan tersebut, karena mereka semua berbicara tanpa memperdulikan kehadirannya. Keadaan ini membuat suasana baginya terasa canggung, seperti sebuah obat nyamuk bakar di dalam sebuah ruangan yang sedang mengadakan pesta.
"Siapa nama lu?" tanya Dewi.
Rayhan menjadi kikuk beberapa saat, dia menunjuk dirinya sendiri dan menggerakkan bibirnya seperti mengatakan 'aku?'.
"Ya iyalah, siapa lagi kalau bukan lu. Dari tadi seperti orang bego berdiri di pojokan," ucap Dewi dengan ketus.
"A—aku Rayhan."
"Oh jadi lu karyawan baru." Dewi melirik dari ujung kepala sampai kaki Rayhan. "Tidak ada yang menarik." Sambungnya.
"Ayo kita hompimpa siapa yang menang pertama dia bebas memilih," ucap Violet membuka obrolan baru.
Rayhan hanya menunduk tanpa ekspresi apapun, sedangkan dua pria lain berusaha sekeren mungkin di depan tiga wanita tersebut. Pria berambut gondrong berharap Violet memilih dirinya, sedangkan pria kepala botak menginginkan Cinta yang menjadi partner.
"Yey! I win!" teriak Violet. Dia melirik terlebih dahulu ke arah tiga pria di depan. Memainkan jemari di dagu sambil berpikir.
"Gue pilih yang rambut gondrong aja. Sini, Sayang," ucap Violet yang disambut selebrasi dari pria tersebut.
"Hompimpa Alaiung Gambreng!" teriak Cinta dan Dewi.
"Oke gue yang menang. Lu Botak sini puaskan gue," ucap Dewi ketus. Pria yang tidak berambut itu terlihat kecewa, tapi tidak menunjukkan secara berlebihan agar Dewi tidak tersinggung.
"Dew, lu gak mau itu? Si Botak untuk gue aja ya, Dew," pinta Cinta dengan manja.
"Ogah, dia gak menarik. Udah lu nikmatin saja barang bekasi itu." Dewi dan pria botak berjalan masuk kedalam kamar ke dua.
Dengan penuh kecewa Cinta menarik Rayhan masuk ke dalam kamar khusus untuknya. Suasana di kamar menjadi hening dan penuh sesak oleh harapan sirna dari Cinta. Dia menatap Rayhan dengan tajam, kedua tangannya bersimpul di depan dada.
"A—a—apa yang harus aku lakukan," tanya Rayhan membuka obrolan.
Cinta menarik nafas panjang menenangkan diri. Dia meregangkan ke dua kakinya di depan Rayhan. "Mainkan," ucapnya.
"Mainkan? Mainkan apa?" tanya Rayhan penuh bingung.
"Dasar amatir, ini punya gue lu mainkan. Cepat!" bentak Cinta.
Rayhan berjongkok di depan wanita tersebut, ia secara pelan mendekati mulut dan hidungnya ke arah lembah yang masih ditutupi oleh celana dalam tipis. Awalnya Cinta merasa bahwa malam ini adalah pesta yang paling buruk baginya. Harapan mendapatkan si botak untuk jadi partner, malah harus terjebak dengan pria amatir. Cinta menatap Rayhan yang kini sedang menggerakkan lidahnya seperti sedang menyantap eskrim pada lembah miliknya.
Perlahan namun pasti api gelora yang belum ada tanda-tanda membara, kini menaik dan membuat Cinta bernafas sedikit tidak teratur. Dia melihat Rayhan yang mulai lebih aktif ke sana ke mari memainkan lembah. Tanpa pikir panjang, Cinta langsung meraih penutup mata dan memakainya. Dia merebahkan tubuh ke ranjang empuk dan membiarkan Rayhan berkerja.
Melihat sang wanita telah terbaring pasrah, Rayhan segera membuka celananya yang kini pusaka andalan telah terbangun dengan sangat kokoh. Tanpa memberitahu kepada Cinta, Dia langsung menancapkan pusaka andalannya sampai membuat Cinta terkejut bukan kepalang.
"Penuh!" teriak Cinta.