Chereads / 365 Hari Bersama Sahabat Nabi / Chapter 22 - Hari Ke-22

Chapter 22 - Hari Ke-22

Fatimah Az-Zahra

Menjalani Kehidupan Sederhana Bersama Ali

Jika dibandingkan dengan ketiga kakaknya, kehidupan Fatimah tidaklah seberuntung mereka dalam hal harta dan kehidupan. Fatimah dan Ali hidup bersahaja. Meskipun demikian, kondisi seperti ini tidak mengurangi rasa bersyukur Fatimah. Fatimah memiliki satu hal yang tidak dimiliki oleh kakak-kakaknya, yaitu dia mendapatkan suami yang berilmu dan agamanya kuat. Seperti yang sudah kita ketahui, Ali termasuk generasi Islam pertama kali yang menjadi Muslim dalam usia yang masih begitu muda. Sementara dalam keilmuan, dia digelari sebagai pintu gerbangnya ilmu. Jadi sebelum memasuki kota ilmu (Rasulullah), tentu semua orang pasti akan melewati dulu pintu gerbangnya (Ali).

Inilah keberutungan Fatimah yang tidak dimiliki kakak-kakaknya. Ali dan Fatimah saling mengasihi satu sama lain. Saling bantu dan saling menjaga. Pekerjaan-pekerjaan yang berat seperti mengambil air dilakukan oleh Ali.

Ali pernah menceritakan kenangan hidupnya bersama Fatimah. Dia mengatakan bahwa ketika menikahi Fatimah, dia tidak memiliki ranjang untuk tidur. Hanya tikar berbahan kulit domba yang dia punya. Tikar ini digunakan sebagai alas tidur di malam hari dan digunakan sebagai tempat duduk. Untuk mengurus rumah, Fatimah dan Ali tidak punya pembantu, jadi Fatimah mengurus semuanya sendiri. Dia juga tidak lupa menyenangkan suaminya dengan berhias mempercantik dirinya tanpa berlebihan selama berada di rumah.

Saat menikah, Rasulullah membekali Fatimah dan Ali dengan beberapa jenis barang, seperti selimut, bantal dari kulit yang diisi rumput kering, dua alat penggiling gandum, sebuah wadah minuman, dan dua buah tempayan (guci). Fatimah ikhlas hidup sederhana, makan seadanya. Makanan dan minuman yang dimiliki keduanya bukan hanya sedikit, bahkan keras dan kering.

Fatimah tidak pernah mengeluhkan kehidupannya yang sangat sederhana. Dia mewarisi kesabaran Rasulullah. Justru dia gunakan kondisi seperti itu sebagai kesempatan bagi dia untuk mendalami Islam. Ali mengajarinya sehingga Fatimah menjadi sosok yang makin mencintai ilmu. Fatimah mampu meriwayatkan hadis dari ayahandanya. Selain itu, dia juga pandai menggubah syair.