Ali bin Abi Thalib
Ahlul Bait yang Istimewa
Suatu hari saat terjadi Perang Tabuk. Sa'ad bin Abi Waqqash meriwayatkan, sebelum pergi ke medan Perang Tabuk, Rasulullah memercayakan urusan Madinah kepada Muhammad ibnu Musalmah. Sementara keluarganya, beliau titipkan kepada Ali. Orang-orang munafik menghasut Ali. Mereka katakan kepada Ali, bahwa Nabi Saw meninnggalkannya di Madinah karena dia tidak menyukai Ali.
Ali segera menyusul Rasulullah. Setelah bertemu, Ali berkata, "Wahai Rasulullah, engkau hanya memberiku tugas untuk mengurusi wanita dan anak-anak?"
Rasulullah memintanya pulang seraya menghiburnya dengan ucapan, "Tidak relakah engkau memiliki hubungan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya saja tidak ada Nabi setelahku." (At-Turmudzi)
Sangat gamblang, kisah dalam riwayat tersebut menunjukkan bahwa Ali adalah ahlul bait (keluarga Rasulullah) yang amat istimewa, seperti istimewanya Nabi Harun di sisi Nabi Musa As.
Dalam sepenggal episode lain, Nabi Muhammad mengutus Ali untuk menjadi seorang qadhi di daerah Yaman. Meskipun ilmu yang dikuasai Ali sangat mumpuni, namun dirinya merasa belum cakup dan ragu-ragu dalam memutuskan. Padahal memutuskan hukum adalah pekerjaan utama seorang qadhi.
Ali berkata, "Wahai Rasulullah, aku adalah pemuda biasa dan Tuan (Rasulullah Saw.) mengutusku untuk menetapkan hukum di antara mereka. Bagaimanakah aku mengambil keputusan?"
Rasulullah menepuk dadanya sambil mendoakannya, "Ya Allah tunjukkanlah hatinya dan tetapkanklah lisannya."
Ali berkata, "Demi Allah, sejak saat itu aku tak pernah ragu dalam mengambil keputusan."
Peran Ali begitu penting, sehingga Umar bin Khattab pernah berkata, "Jika tidak ada Ali, Umar pasti sudah hancur."