Para sahabat adalah generasi yang mengalami hidup bersama dengan Rasulullah dan turut mengimani ajaran yang dibawanya. Mereka adalah generasi yang luar biasa. Mereka dididik langsung oleh Rasulullah saw.
Keteladanan mereka adalah model yang layak bagi kita. Kita semua sangat membutuhkan figur seperti mereka. Terlebih di akhir zaman ini kita benar-benar mengalami krisis figuritas.
Kisah-kisah para sahabat ini bisa menemani kita untuk mengembangkan karakter positif sehingga kita dan generasi umat Islam akhir zaman dapat memiliki kepribadian Islami seperti para sahabat.
Selamat Membaca
Hari Pertama
Khadijah Al-Kubra
Mendukung Sang Suami Sepenuh Jiwa
Jika dari kalangan laki-laki, orang yang pertama mengimani Rasulullah Saw. adalah Abu Bakar, maka orang yang pertama kali masuk Islam dari dari golongan wanita adalah istrinya sendiri, Khadijah binti Khuwailid. Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhamad.
Di Makkah, dia terkenal sebagai perempuan terhormat dan seorang pengusaha kaya. Dia banyak membantu orang lain dengan mengajak kerjasama, memberi modal, serta menyantuni fakir miskin. Dia menikah dengan Rasulullah pada tahun 26 sebelum Hijrah.
Menjelang diangkat menjadi Rasul, Muhammad sering melakukan khalwat (menyepi untuk beribadah) di Gua Hira. Beliau melakukan hal tersebut untuk sejenak merenungkan kondisi masyarakat Makkah yang rusak. Tentu saja aktivitas ini mengharuskan beliau meninggalkan istrinya. Khadijah benar-benar memahami suaminya sehingga dia sangat mendukungnya. Suatu hari, sepulang dari berkhalwat, Khadijah menyaksikan suaminya yang cemas. Muhammad menceritakan ihwal seseorang yang mendekapnya (Malaikat Jibril) di dalam gua dan menyampaikan wahyu kepadanya. Dia menenangkan suaminya dengan berkata, "Allah senantiasa melindungi kita, tenangkan dan mantapkan hatimu! Demi Allah, aku berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat ini. Allah sama sekali tidak akan menistakan engkau selamanya. Bukankah engkau suka bersilaturahim, selalu berkata jujur, suka menolong orang kesusahan, selalu menghormati tamu, dan selalu membantu orang yang tertimpa musibah."
Hari-hari berikutnya, ketika beliau diperintahkan berdakwah secara terbuka, maka Rasulullah mulai berdakwah kepada orang-orang Makkah. Tidak sedikit dari mereka mengingkarinya. Hal itu membuat Rasulullah merasa sedih. Di saat seperti itu, Khadijahlah tempat Rasulullah berbagi duka. Khadijah tidak peduli terhadap tanggapan jelek orang-orang terhadap suaminya. Bahkan seluruh harta kekayaan Khadijah, semuanya digunakan untuk kepentingan mendakwahkan Islam.