"Hanya kau yang kumiliki selama 10 tahun terakhir, tentu saja aku tidak akan berasumsi sembarangan mengenai tindakan mu. Aku percaya tindakanmu itu hanya semata-mata untuk kesembuhan ku..." Perkataan Athanasia membuat Bao Yu tertunduk. Ia menyesal karena sempat ingin memanfaatkan keadaan untuk menyentuh bibir manis Athanasia.
"Ada apa?" Sambung Athanasia setelah melihat Respon Bao Yu yang tampak sedih.
Bao Yu menggelengkan kepalanya dan mengangkat wajahnya melirik Athanasia. Ia lalu membawa kedua tangannya menghampiri tangan Athanasia yang sedang memegangi wajahnya. Mata mereka berpapasan dalam keheningan sesaat.
'Sepertinya aku menyukaimu kak! Apa yang harus kulakukan?' Pandangan oculus Bao Yu seperti ingin berbicara kepada Athanasia mengenai isi hatinya.
"Hei... aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir lagi." Athanasia berpikir bahwa Bao Yu sangat mengkhawatirkannya sampai-sampai wajahnya terlihat begitu lesu tanpa tenaga.
Bao Yu membawa kedua tangan Athanasia yang digenggamnya turun menyusuri ke bawah wajahnya. "Kak, kau bisa mengandalkan ku. Tolonglah, untuk kedepannya biarkan aku membantumu. Aku tahu kakak sangat sering tersesat di tempat yang baru." Keluh Bao Yu.
"Baiklah! Aku akan mengandalkan mu kedepannya." Kata Athanasia sambil memperlihatkan lesung pipinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Ia melepaskan tangannya dan memeluk Bao Yu dengan segera.
"!" Bao Yu terkejut mendapatkan pelukan dari Athanasia yang tak pernah diharapkannya akan terjadi saat itu.
"Terimakasih. Aku berhutang nyawaku padamu! Kau adalah saudara yang sangat berarti bagiku... Selamanya kita akan tetap menjadi saudara!" Athanasia mengatakan hal-hal indah mengenai hubungan yang begitu karib diantara mereka berdua. Namun sayangnya, walaupun sudah bersama Bao Yu selama 10 tahun, Athanasia tidaklah mengerti akan perasaan Bao Yu yang sebenarnya.
Bao Yu tampaknya hanya bisa pasrah dengan keadaannya yang tidak akan pernah lebih dari sekedar kata saudara. Baginya berada di dekat Athanasia sudahlah cukup.
"Ah, iya... Bagaimana kau membawaku ke sini?" Athanasia mendorong tubuhnya dan kembali menatap Bao Yu dengan pandangan yang penuh dengan pertanyaan. Ia tahu akan sulit bagi Bao Yu yang memiliki kaki yang pincang untuk membopong dirinya.
"Tunggu... Apa kau sudah sembuh?" Sambung Athanasia lagi dengan penuh semangat. Matanya berbinar sebab ia sedikit mengingat bahwa pria yang menolongnya membawa tubuhnya dengan lengan yang kuat. Dan walaupun samar, ia tahu bahwa orang itu adalah Bao Yu.
"Hm, soal itu..." Bao Yu tampak sedang mencari-cari alasan.
"Aku ingat seorang pria menolongku dengan membopongku ke atas lengannya. Aku pikir itu adalah dirimu, apa aku bermimpi?"
"Wah... kakak ternyata suka mimpi-in aku yah?" Bao Yu tampak mengajak Athanasia bercanda di saat ia sedang berpikir serius.
"Aku serius... Bagaimana kau membawaku ke sini? Apa kondisi kakimu sudah membaik? Bagaimana kau mengobatinya?" Athanasia meluncurkan semua pertanyaan tanpa henti karena kepo.
"Kakak benar soal hal bahwa aku yang membawa kakak ke sini." Kata Bao Yu pasrah.
"Jadi apakah kakimu telah sembuh? Katakan padaku bagaimana itu bisa terjadi!" Tanya Athanasia berbinar. Ia dari dulu sudah mencoba segala cara untuk menyembuhkan kaki Bao Yu, tapi tidak ada hasil yang memuaskan. Nyatanya kakinya benar-benar tidak dapat disembuhkan.
"Kakak telah salah mengira. Aku tidak membopong kakak di atas lenganku. Coba kakak pikirkan, bagaimana caranya aku membopong kakak, sementara aku juga membawa tongkat ku?" Ujar Bao Yu sambil berdiri memperlihatkan kaki dan tongkatnya.
Athanasia memperlihatkan ekspresi kecewa. "Jadi aku benar-benar hanya bermimpi!" Gumamnya sembari menunduk melihat tanah.
"!" Terlintas beberapa pemikiran di otak Athanasia saat ia bergumam.
"Tunggu... Jika kau tidak membopongku, lalu apa kau menyeretku ke sini?" Athanasia menatap tajam ke arah Bao Yu.
Bao Yu melirik ke arah luar gua... Ia tidak memiliki cara lain selain berbohong, agar Athanasia mempercayainya. "Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan hal itu lagi!" Ujar Bao Yu sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.
Athanasia mengerutkan jidatnya membuat tatapan yang kesal. Ia lalu berdiri dan melangkahkan kakinya mengintimidasi.
Bao Yu lalu terdorong satu langkah ke belakang, "Apa yang mau kakak lakukan? Kakak tahukan aku tidak bisa apa-apa dengan kondisi ku sekarang!" Ujar Bao Yu sambil merenggangkan tangannya dengan telapak tangan yang terbuka menghadang Athanasia.
"Jadi cuma segitu rasa sayang mu padaku! Tega-teganya kau menyeretku seperti membawa kantung sampah untuk dibuang!" Kata Athanasia sambil mencondongkan tubuhnya menghampiri Bao Yu.
Dipikiran Athanasia terlukis bahwa Bao Yu menyeret kerak lehernya dan berjalan menyusuri salju yang menumpuk dengan tubuh yang digunakan sebagai sapu jalan!
"Tunggu... ini tidak seperti yang kakak pikirkan!" Bao Yu membela diri.
"Kakak... Akh!"
"..."
"Kenapa kau menutup matamu? Apa kau pikir aku akan menyerang mu? Hahaha... kau sungguh lucu!" Athanasia nampak puas mempermainkan Bao Yu. Ia yang gelagatnya mau menyerang, ternyata malah menghadiahi Bao Yu ciuman manis pada dahi Bao Yu.
Blush! Kulit kuning Langsat itu terlihat merona sekarang... Pupil matanya melebar dan jelas bahwa ia terpesona.
"Ayolah, aku tidak mengharapkan reaksi ini dari adikku. Apa kau malu?" Athanasia tampak berkeliaran di sekeliling tubuh Bao Yu untuk memastikan ekspresi Bao Yu yang canggung, dapat membuatnya menjadi tontonan yang menarik bagi Athanasia.
Menggoda Bao Yu adalah hal yang menarik dan Athanasia suka melihatnya yang nampak seperti pria polos.
"Apa kakak akan terus menggodaku?" Tanya Bao Yu mendadak merubah pandangannya menjadi lebih dingin dari biasanya.
'Andai saja kakak tahu bagaimana perasaan ku yang sebenarnya, apa sekarang kakak akan tetap tersenyum seperti itu kepada ku?'
"Ada apa? Kau membuatku takut!" Athanasia tercengang dan menghentikan sikapnya yang menggangu. Tidak biasanya Bao Yu akan bersikap dingin seperti itu.
"Aku akan mencari makanan di luar. Untuk saat ini kakak makanlah buah dan kelinci bakar itu." Ujar Bao Yu memalingkan pandangannya ke arah luar gua. Ia berjalan dengan menekan emosi yang bercampur aduk yang ada di dalam hatinya.
Bao Yu tahu dengan pasti bahwa sebentar lagi suara perut Athanasia akan berdengkur meminta makanan. Hal itu terbukti saat Athanasia memegangi perutnya, tersadar bahwa ia benar-benar sangat lapar!
Ia ingin mengejar Bao Yu, tapi ia harus mengisi perutnya terlebih dahulu. Dialihkannya pandangannya dari punggung Bao Yu ke arah kanannya, yang dari sana tercium aroma lesat yang menggiurkan.
"Wah... darimana ia mendapatkan bahan-bahan makanan ini, di musim dingin seperti ini?" Karena perutnya yang tak sabar untuk melahap makanan yang ada, Athanasia tak berpikir dua kali untuk langsung menyantap makanan yang Bao Yu sediakan untuknya.
Ia melewatkan kenyataan bahwa, tidak mudah untuk mendapatkan bahan-bahan seperti itu di musim dingin.
~To be continued