Gea bertepuk tangan penuh rasa bangga. "Kau sudah ditahap penerimaan, aku tak berpikir akan secepat ini," pikirnya. "Oh... Kakak Ao luar biasa bisa mencairkan es di hatimu, La,"
"Sekarang kau mulai seperti Luna," sindir Starla halus.
"Aku dengar juga kalian pulang bersama loh, fansmu sampai patah hati." kata Gea.
"Fans!?" Starla ternganga mendengarnya; baru kali ini ia mendengar jika dirinya mempunyai fans. "Aku tidak punya fans, Ge. Kau pasti salah, mereka mungkin hanya orang yang suka gosip." bila benar kenapa juga ia masih jomblo? Tidak ada yang satu pun lelaki yang berani mengajaknya.
"Kau punya loh La, cobalah untuk tidak selalu memandang rendah dirimu," kata Gea. "Bahkan ada yang suka padamu di kelas kita,"
Starla benar-benar tidak menyangka ini. "Siapa?"
"Guntur," sahut Gea kalem. "Dia begitu polos, masa cerita si Ayu yang tukang gosip soalmu ya jelaslah menyebar di kelas hanya kau yang tidak tahu."
Starla mencoba mengingat pemuda bernama Guntur dan apakah ia pernah mengobrol atau satu grup bareng mengerjakan tugas dulu, ia akhirnya ingat dulu pernah mengobrol. "Aku hanya sekali bicara dengan dia, saat istirahat, menunggumu dan Luna jajan ke kantin minggu kemarin sepertinya, dia menggambar karakter Gundala begitu detail dan mirip, aku terpesona melihatnya, memujinya kalau dia punya bakat hebat menjadi seorang komikus. Hanya itu, Ge."
"Mungkin itu awalnya, hati dia berbunga-bunga dengan pujianmu, La." kata Gea. "Dari situ mulai timbul rasa suka, kau tahu Guntur tipe lelaki pendiam dan culun."
"Ya kali," kata Starla sekenanya. "Sekarang aku jadi merasa bersalah, aku secara tidak langsung menyakiti perasaan Guntur karena bersama Kak Aozora kemarin..."
"Apa? Kau tidak bisa berpikir seperti itu," kata Gea. "Kau tidak bisa menahan dirimu dengan siapa kau jatuh cinta. Tentu aku juga merasa kasihan pada Guntur, tetapi mau bagaimana lagi, seperti itulah realita." jelasnya kalem.
"Tentu saja..." kata Starla, ia juga akan menerima jika Aozora menyukai orang lain.