Asuka tidak menjawab, dilema apakah ia harus jujur atau berbohong. Ia tidak mau membuat dia lebih terluka lagi dengan fakta ini.
Jika berbohong pasti akan ketahuan juga sebab ibu dia akan menemani dia, dan ia yakin dia akan mengamuk.
Dua-duanya sulit.
"Asuka?" Sakura mulai kehilangan kesabarannya.
"Oh! Uh ...."
Oh, God ...
Apa yang harus ia pilih?
Berbohong atau jujur!?
Asuka tidak ingin dia marah padanya.
"Selama kau tidak sadar, hanya dia yang menemanimu ketika kami menjahit punggungmu," Dokter Nami memutuskan menjawab rasa penasaran pasiennya, "Kaa-san-mu ke sini, tapi sepertinya dia memiliki trauma akan darah jadinya tidak bisa menemani berlama-lama."
"Begitukah?" Sakura mengerti ibunya tidak menemaninya di masa-masa kritisnya sebab benar adanya jika ibunya takut melihat darah.