Ibu Melati hanya tersenyum manis, tidak bisa berkata apapun kepada Panji.
Karena wanita paruh baya itu, mencemaskan kondisi psikis Panji saat ini, yang bahkan dia belum sembuh dari sakitnya.
"Ibu tampak begitu sedih, aku tidak tega melihat wajah ibu yang sendu seperti itu." Sekali lagi Panji berkata kepada sang ibu.
"Tidak terjadi apa pun kepada Ibu, Sayang. Ibu merasa sedih karena kamu belum sembuh, kamu kan putra bungsu Ibu, bagaimana Ibu tidak sedih melihat kamu terluka seperti ini, coba katakan kepada Ibu bagaimana rasa sakitmu saat ini, Sayang?" Ibu Melati balik bertanya kepada Panji, untuk mengalihkan pembicaraan.
"Sekarang sih, mulai terasa perih dan panas Bu, namun tidak sebanding dengan rasa sakit waktu pertama tersiram air panas itu," lirih Panji kepada sang ibu.
"Kasihan sekali putra Ibu, kamu pasti sangat menderita, Nak," ucap ibu Melati dengan mata yang berkaca-kaca.