"Kau harus tenang, Paman. Kita bisa bicara." Suara Senja terdengar sangat halus dan hampir seperti sebuah bisikan kemudian Senja bisa merasakan amarahnya yang semakin mereda sedikit demi sedikit setelah beberapa usaha yang ia lakukan untuk membujuknya dan rahangnya sudah tidak lagi menggertak seperti sebelumnya.
Kedua mata Paman Su menatap bingung, namun hal bagusnya adalah ketika Senja perlahan melepaskan genggamannya dari lengan Paman Su, ia terlihat sudah mendapatkan kesadarannya kembali.
"Biarkan aku memeriksa lukamu, oke?" Cara Senja berbicara hampir terdengan seperti sedang menenangkan seorang anak kecil yang terluka. Senja mengulurkan tangannya untuk memeriksa tangan kiri Paman Su yang terluka.
Luka ditangannya tidak terlalu dalam. Namun itu tetap membutuhkan obat untuk menghindari terjadinya infeksi. Senja ingat bahwa ia tidak memiliki obat apapun, jadi ia dengan mudahnya mencari baju bersih untuk menghentikan darahnya dan membalut lukanya.