"Senja… bagaimana bisa kau bertanya seperti itu kepadaku?" Sana menutup mulutnya sendiri dengan tangannya dan berpura-pura seakan ia sangat terkejut dengan pertanyaan Senja. "Aku tahu kita memulai pertemuan kita dengan cara yang kurang baik. Tapi, bagiku itu hanyalah sebuah argumentasi, aku tidak menganggapnya dengan serius…" Sana menarik napas dan menghembuskannya tak berdaya lalu menggigit bibirnya, "Aku tidak tahu kau menyimpan kemarahan terhadapku seperti itu… bahkan kau menyangkal usahaku dalam membantumu."
Di sudut ruangan, Ketua Mo berbicara dengannada yang kecewa ketika melihat ekspresi sedih dari keponakannya. "Nona Muda Senja, kau tidak bisa bertindak sangat tak berterimakasih kepada seorang yang sudah menolongmu." Ia sedikit menegur Senja, masih merasa waspada dengan keberadaan Tetua Dam.
"Itulah kenapa aku bertanya, dengan cara apa keponakanmu menolongku?" Senja masih menunjukkan ekspresinya yang tenang.