"Kala itu ia sedang sangat patah hati hingga akhirnya merasa putus asa dan secara tidak sengaja dia berhutang budi kepada kakak tirimu. Itulah alasan kenapa dia menerima permintaan dari ayahmu untuk menikahi perempuan itu." Tetua Dam berbisik dengam hati-hati sementara kedua matanya bersinar dengan terang.
Mata Senja terbuka sangat lebar dan mulutnya terbuka secara perlahan. Siapa yang akan mengira, di balik ketenanganyang selalu ia tunjukkan dan dirinya yang hampir terlihat seperti tidak memiliki emosi dia memiliki cerita patah hati yang menyedihkan seperti itu.
"Laki-laki yang selalu terlihat dingin seperti dia pernah merasakan patah hati? Dia mengerti apa itu putus asa?" Nada bicaranya sedikit menjadi lebih tinggi.Tetua Dam secara tiba-tiba menutup mulutnya dan mengisyaratkan Senja agar menurunkan nada bicaranya kemudian Senja menganggukkan kepalanya tanda mengerti.