Chereads / PROMISE (a way to find a love) / Chapter 47 - Rollercoaster

Chapter 47 - Rollercoaster

"Kamu harusnya merasa takut padaku, karena jika tidak, akan sangat mudah bagimu jatuh cinta padaku." - William Alexander.

.....

"Sepertinya sangat menakutkan jika aku jatuh cinta padamu mengingat kamu sering sekali mengatakan untuk tidak jatuh cinta padamu." Ucap Rose sambil melepaskan pelukan William dan berbalik menatapnya.

"Tapi mengapa kamu menikahiku jika tujuanmu bukan mendapatkan hatiku?" Tanya Rose menantang.

"Tujuanku adalah memanfaatkanmu." Jawab William tanpa sedikitpun terdengar keraguan.

Rose melangkah mundur mendengar jawaban William, apakah ia baru saja merasa kecewa? Tidak mungkin... Kamu hanya merasa tidak senang karena dimanfaatkan, Rose!

"Tapi, aku akan tetap bertanggung jawab dan melindungimu layaknya seorang suami." Ucap William, tangannya terulur merapihkan helai rambut Rose yang sedikit berantakan.

"Kamu tidak mencintaiku?"

"Tidak..."

Rose mendesah pelan, sudah ia duga tapi kenapa rasanya terasa menyakitkan, seolah ia tidak menginginkan jawaban yang William lontarkan.

"Aku kehilangan kekasihku karena pria yang hanya ingin memanfaatkan ku. Luar biasa!" Ucap Rose menahan air matanya.

Bukan karena Rayhan, Rose mengakuinya jika kekecewaannya bukan karena Rayhan melainkan karena ia tidak dapat menerima jika William tidak mencintainya.

"Karena itu sejak awal aku mengatakan kepadamu untuk tidak jatuh cinta padaku karena aku dapat meninggalkanmu kapan saja."

Rose sudah tidak kuasa meneteskan air matanya, ia tidak sanggup lagi menatap wajah William.

"Lalu untuk apa semua kebaikanmu dan ucapanmu tentang melindungi ku? Semua itu hanya omong kosong?" Tanya Rose memekik.

"Tidak, aku melakukannya dengan tulus. Aku ingin menjadi pria yang berdiri dihadapanmu dan melindungimu."

"Aku tidak membutuhkan itu semua, aku sama sekali tidak membutuhkanmu! Aku dapat menjaga diriku sendiri." Ucap Rose tegas.

Rose sudah tidak tahan lagi, ia melangkah menjauh meninggalkan William sebelum ia menumpahkan semua air matanya di hadapan William.

"Mengapa kamu marah dan selalu menanyakan perasaanku padamu jika aku bersikap baik padamu? Apa aku tidak boleh bersikap baik pada istriku sendiri? Atau kamu sudah jatuh cinta padaku?" Tanya William.

Rose sungguh muak, ia kembali melangkah mendekati William dan berdiri menatapnya tanpa ragu.

"Karena sikapmu tanpa sadar membuatku bergantung padamu dan hatiku berdebar siap kali kamu tersenyum kepadaku, aku takut jatuh cinta kepadamu. Kamu menyentuh hatiku dengan mudah. Aku membenci itu... Jika kamu tidak ingin aku jatuh cinta padamu maka jangan pernah bersikap baik padaku! Mengapa kamu membuatnya begitu membingungkan dan rumit?"

"Bersikap seolah-olah kamu telah jatuh cinta padaku padahal tidak, itu sangat menakutkan, kamu sama saja dengan orangtuaku!" Lanjut Rose sebelum berlari meninggalkan William sendiri.

William menghela nafas berat, ia sengaja membuat Rose marah padanya, hanya itu yang dapat ia lakukan sebelum mereka benar-benar terjebak oleh cinta yang datang pada saat yang tidak tepat.

Masih ada Gwen, ia tidak dapat menyingkirkan Gwen begitu saja dari hidupnya dan ia juga harus fokus agar ia dapat menjadi gubernur, dan yang terpenting adalah menemukan adiknya.

Cinta itu sudah ada, mungkin hanya sebesar biji jagung tapi jika perasaan itu tidak dibunuh sejak awal maka mereka hanya akan saling melukai satu sama lain.

William yakin jika di hati Rose masih ada Rayhan dan semoga saja Rose tidak pernah jatuh hati padanya.

****

Rose duduk menangis di taman belakang mansion yang sepi dan gelap. Ia kecewa, William hanya memanfaatkannya, jika ia tidak mencintainya lantas kenapa ia memaksanya menikah dengannya.

Jika tujuannya hanya memanfaatkannya mengapa ia memperhatikannya? Mengapa William menciumnya? Mengapa ia tidak menyukai kedatangan Rayhan?

"Mengapa? Mengapa aku begitu perduli tentang semua hal tentangnya?" Ucap Rose menangis lirih.

"Kamu berharga, kamu sangat berarti bagiku. Aku akan berdiri dihadapanmu dan menjagamu, aku tidak akan membiarkan siapapun mematahkan kebahagiaan mu itu adalah janjiku."

Rose masih dapat mendengarnya, janji itu masih terngiang di kepalanya hingga detik ini dan membuatnya terpengaruh, mengira jika William benar-benar perduli padanya.

"Pembohong..."

"Maafkan aku..."

Rose menggeser tubuhnya agar William tidak dapat melihat wajahnya yang masih basah dengan sisa air mata di pipinya.

"Jangan mencoba bersikap hangat lagi kepadaku, aku tidak akan tersentuh lagi." Ucap Rose ketus, melihat William membuatnya mendadak kesal.

Seperti rollercoaster, William membawa perasaan Rose naik turun tidak menentu, terkadang membuatnya merasa hangat dan nyaman tapi dalam sekejam mata membuatnya kesal setengah mati seperti saat ini dan untunglah ia telah berhenti menangis, ia tidak ingin William menjadi semakin besar kepala karena melihatnya menangis sesenggukan hanya karena William mengatakan jika ia tidak mencintainya.

"Memangnya siapa yang sudah jatuh cinta padanya..." Cicit Rose kesal.

William dapat mendengarnya dan syukurlah Rose sudah tidak lagi menangis. Ia merasa bersalah karena sudah membuat Rose menangis sekaligus marah walaupun memang itu tujuannya mengatakan jika ia tidak mencintai Rose.

"Kamu tidak ingin tidur?" Tanya William setelah duduk tepat disebelah Rose.

"Tidak."

"Kamu lapar?"

"Tidak."

"Bintang-bintang terlihat indah dari sini." Ucap William mengalihkan pertanyaannya yang selalu dijawab ketus oleh Rose.

"Biasa saja, dasar norak!"

William menunduk menahan kegelian hatinya karena Rose tidak sungkan mencibirnya.

"Ya... Jika dilihat-lihat kamu lebih indah daripada jutaan bintang disana." Puji William tulus.

Rose segera menoleh dan menatap William dengan tatapan tajam yang sama sekali terlihat jauh berbeda dengan Rose yang sebelumnya merengek karena William terlalu sibuk dengan bukunya.

"Katakan sekali lagi." Tantang Rose.

"Tidak ada siaran ulang sayang..." Jawab William menggoda.

"Pembual!" Ucap Rose berdecak kesal.

"Jadi kamu senang aku puji?"

"Benar! Aku sangat suka sekali di puji apalagi dengan suamiku yang tampan ini." Jawab Rose, ia tanpa ragu mengalungkan kedua tangannya di leher William dan tentunya dengan senyum palsunya.

William jelas langsung menegang, telinganya bahkan memerah dan nafasnya tertahan sementara Rose semakin bergerak agresif mendekat.

"Jika pernikahan ini hanya alat untukmu memanfaatkan ku, maka aku akan membuatmu jatuh cinta padaku lalu aku akan meninggalkanmu tanpa menoleh. Aku akan menorehkan luka baru di hatimu jadi tunggulah." Ucap Rose berbisik, ia kemudian menarik wajahnya dan tersenyum lagi menatap William.

William yang semula tegang akhirnya dapat tersenyum dan balas menatap Rose.

"Sayang, kamu sepertinya telah belajar banyak dariku." Ucap William sambil membelai lembut wajah Rose.

"Tapi sayang, kamu seharusnya tidak memberitahukan rencana mu pada targetmu sendiri." Bisik William yang membuat Rose semakin kesal.

Tapi bukan Rose tidak akan bertahan di dunia hiburan menjadi seorang superstar jika ia mudah dikalahkan, Rose tidak akan merasa tidak aman hanya karena gertakan William baru saja.

"Aku hanya ingin membuat permainan ini lebih adil, seperti dirimu... Pelan-pelan kamu tidak akan menyadari jika aku sudah menguasai hatimu sampai ketika aku meninggalkanmu."

.....