Isabella masih tidak dapat tidur meskipun hari sudah hampir pagi, sudah satu jam dari kepergian Ghani yang bersedia mengantarkannya pulang meskipun jarak rumahnya cukup jauh, tapi bukan Ghani yang adalah dalam pikiran Isabella dan mengusiknya melainkan Rayhan.
Pria itu terus menghantuinya, membuatnya menangis lalu terdiam dan menangis lagi. Seperti wanita depresi, Isabella tidak dapat membedakan mana rasa sakit karena patah hati, mana rasa kecewa dan yang mana perasaan lega. Tidak ada kelegaan sama sekali dalam hatinya, meskipun Ghani sudah mengatakan jika ia bahkan bersedia menikahinya meskipun ia hamil, itu artinya Ghani adalah pria yang berkomitmen. Tapi rasanya Isabella masih ingin terus menangisi keadaannya. Ia tidak dapat melupakan Rayhan, ia terus tenggelam dalam rasa sakit yang disebabkan oleh hati yang patah.
"Bagaimana jika aku hamil, apa kamu akan membatalkan pernikahanmu dan menikahiku?"
