Rasa pusing tidak mencegah Rayhan terbangun dari tidurnya. Ia menyeka wajahnya yang terasa basah, bahkan saat terlelap pun ia masih menangis. Rasa sakitnya tidak menghilang sedikitpun bahkan ketika ia melihat jam yang tertempel pada dinding dapur yang sudah menunjukan pukul dua siang. Entah kapan ia tertidur dan ketika terbangun hari sudah siang seperti ini.
Rayhan kemudian berusaha untuk beranjak bangun. Kakinya terasa lemas dan kepalanya terasa sangat pening hingga ia harus memeganginya.
Rayhan baru akan menuang air ke gelas ketika ponselnya terdengar berdering.
Sammy pasti mencarinya, pikirnya karena Sammy yang memberikannya ponsel baru setelah ia menghancurkan ponselnya sebelumnya. Ia kemudian mengurungkan niatnya untuk minum dan memilih duduk di kursi meja makan untuk mengangkat panggilan telepon.
"Aku baik-baik saja." Ucap Rayhan dengan suara serak.
"Begitukah? Suaramu terdengar lirih."