Di sebuah rumah, terlihat seorang lelaki sedang membongkar sesuatu dengan peralatan seadanya.
POV Aku (on)
"kak, Kata ayah kedepan" teriak ibuku dengan keras hingga membuat konsentrasiku buyar.
"bentar bu, dikit lagi selesai" kataku kepada ibuku.
Tunggu dulu, kamu penasarankan dengan apa yang sedang aku lakukan bukan?
Saat ini, aku sedang memodifikasi smartphone yang ku beli 5 hari lalu. Masih kurang jelas? Ya memodifikasi. Walaupun smartphoneku kelas flagship sekalipun masih aku modif.
Apa yang ku modif? Mengganti prosessor bawaan smartphone ku yang asal nya snapdragon 675 menjadi snapdragon 855. Aku juga mengganti baterai smartphone ku yang asalnya 4500 mah menjadi 10.000mah. gila bukan?
Kamu pasti penasaran kenapa aku memodifikasinya kan? Sengaja ku modifikasi hanya untuk mempersiapkan supaya dapat kompatibel dengan kecerdasan buatan yang akan aku kembangkan nanti. Lebih gila kan, anak baru lulus smp udah berani nyiptain kecerdasan buatan. Lalu untuk baterai nya sengaja ku tambahkan karena malas mengcharger saja meski harus agak lama ngisinya.
Pekerjaanku tinggal sedikit lagi, tapi aku di suruh ibuku untuk menemui ayahku, apa boleh buat tugas negara kutunda dulu.
Setelah menundanya aku langsung menghapiri ayahku yang sedang ngopi diluar sambil ditemani sepiring singkong goreng.
"ada apa yah?" kataku kepada ayahku.
"duduk dulu bentar, ada yang mau ayah bicarakan" kata ayah sambil mengambil singkong di piringnya.
Agak aneh sebenernya, melihat ayahku bicara dengan muka serius seperti itu.
"kak, sudah lulus smp mau lanjut kemana" kata ayah.
"bebas itumah, gimana ayah aja" kataku sambil nyelonong ngambil singkong goreng.
"gini, ada temen bapa yang nawarin mau nyekolahin kamu sampe lulus" katanya.
"sekolah kemana yah?" kataku.
"kurang tau ayah juga, cuman sekolahnya ada di bandung" katanya.
"jadi anak rantau dong yah kalo gitumah" kataku sambil mau ngambil kopi ayahku.
"gak pa-pa, itu jugakan demi masa depanmu sendiri" katanya sambil mukul tanganku.
"kenapa harus jauh jauh yah, disini juga bisa" kataku sambil mengelus tanganku.
"bisa, cuman kalo kamu disini terus kamu ngak akan bisa mandiri" katanya.
"mandiri bagaimana yah, kan sudah bisa" kataku.
"maksud ayah bukan mandiri seperti itu, mandiri bisa buat uang sendiri" katanya.
"buat uang sendiri bukannya illegal? Nantikan di penjara seumur hidup" kataku sambil memegang dagu.
"bagus lah, kamu di penjara. Jadi bisa hemat uang"katanya kepadaku dengan muka bercanda.
"ayahmah gitu, anak sendiri aja di suruh masuk penjara" kataku.
"kamu paham kan maksud ayah?"katanya dengan muka serius.
"paham yah, nyari uang sendiri" kataku.
"cerdas kali kau, alat alat aneh itu kalo bisa kamu jual"katanya.
"harus layak dululah, kapan kesananya yah"kataku.
"2 hari lagi, proyek terakhir kamu harus sudah beres"katanya.
"proyek terakhir apanya yah, itumah bukan proyek terakhir" kataku sambil makan singkong.
"proyek di rumah ini, sana beresin dulu" katanya sambil mukul kepalaku.
POV aku (off)
Setelah melakukan diskusi dengan ayahnya, lelaki itupun masuk kedalam rumah untuk melanjutkan tugas negara yang belum selesai itu.