Pack Blue Moon adalah salah satu pack di bagian utara yang memiliki populasi tidak lebih besar dibandingkan dengan tetangganya, pack Red Moon.
Mereka tidak terlalu menonjol dalam bidang apapun, satu-satunya yang terlihat menonjol di bandingkan dengan pack lainnya adalah pack Blue Moon dikenal memiliki sikap hangat dan ramah kepada siapa pun.
Sama seperti pack lainnya, Blue Moon mempunyai upacara kedewasaan untuk menentukan siapa yang berhak menjadi seorang Alpha, mereka akan bertarung tiga hari tiga malam untuk membuktikan siapa yang paling kuat dan tangguh dalam upacara tersebut.
Dalam upacara kedewasaan kali ini, tidak hanya Morgan yang berpartisipasi, ada banyak calon Alpha lain yang ikut berpartisipasi tapi kandidat yang paling menonjol adalah dirinya dan Luke, mereka hampir memiliki kesamaan di segala bidang.
Luke adalah manusia serigala dengan bulu berwarna coklat gelap persis seperti matanya, di usianya yang baru tujuh belas tahun ia sama sekali belum menandai Lunanya, atau mungkin ia masih belum menemukan Lunanya di pack Blue Moon, berbanding terbalik dengan Morgan yang sudah menetapkan Lunanya pada teman masa kecilnya, Giselle.
Cahaya obor menyala di pinggiran lapangan, menyinari orang-orang yang berdiri di pinggiran lapangan dengan bertelanjang dada, ada sekitar sepuluh orang laki-laki yang baru dewasa di sana, ditambah dengan lima orang dewasa yang terlihat berwibawa, mereka semua berdiri dengan tegap dan berbaris dengan rapi.
"Malam ini akan menjadi malam permulaan dalam pemilihan kandidat penerus Alpha," ucap seorang laki-laki yang memiliki tubuh lebih besar dari yang lainnya, sebuah senyum yang terlukis di bibirnya seakan menyiratkan banyak hal yang akan dilalui oleh para calon Alpha muda.
"Saat ini yang ada di samping kalian bukan lagi teman atau keluarga kalian, mereka adalah musuh nyata yang harus dikalahkan. Menjadi seorang Alpha bukanlah orang yang tidak punya belas kasih, kalian harus menggunakan rasionalitas dalam bertindak."
Laki-laki itu menghela napas, meski sudah cukup berumur untuk menjabat sebagai Alpha di packnya ia tentulah bukan Alpha yang berhasil membawa bintang keberuntungan di mata pack lainnya, selain keramahtamahan , mereka hampir tidak pernah terlibat konflik dengan pack manapun hingga keterampilan bertarung mereka dapat dikatakan kurang.
Tapi ketika matanya bertemu tatap dengan mata Morgan dan Luke yang saling beradu di tengah lapangan, ia sadar. Dua orang itu adalah bibit unggul, mereka seakan terlahir di pack yang salah, seperti berlian yang berkubang di dalam lumpur.
Meski merasa seperti itu, laki-laki itu merasa optimis jika packnya berada di tangan salah satu diantara mereka, pack mereka akan berkembang dan tidak diremehkan orang lain.
Morgan memiliki kekuatan yang gesit, gerakannya berirama dan teratur, namun lebih menyebabkan dampak yang besar pada lawan, sedangkan Luke, gerakannya terkesan lambat dan berat namun ketika ia menemukan sasaran akan langsung menghancurkannya tanpa ragu-ragu.
Upacara kedewasaan berlangsung dengan sengit, Alpha Blue Moon memasang segel pelindung di sekeliling lapangan untuk mencegah para Luna, beta atau omega yang mungkin akan menghambat keberlangsungan upacara ini.
"Hei," ucap Morgan ketika ia bertemu tatap pada Luke, dibandingkan dengan kandidat lain, Morgan sudah menargetkan dirinya akan bertarung dengan Luke jauh-jauh hari. "Mau bertarung denganku lebih dulu?"
Luke mengangkat matanya, ia memasang senyum sinis di wajahnya.
"Kau menjadi begitu sombong ketika memiliki Luna," sahut Luke, matanya berkilat penuh dengan kilatan kemarahan.
"Heh, kau iri padaku?" Morgan tertawa meremehkan, ia kemudian bersiul dan mengabaikan kandidat lain yang saling memukul di sekitarnya.
"Sayang sekali, aku tidak pernah iri padamu." Luke meregangkan tangannya, ia kemudian melangkahkan kakinya ke arah Morgan dan melayangkan sebuah pukulan.
Morgan tidak tinggal diam, ia melakukan hal yang sama, lapangan yang tadinya dilapisi oleh tanah kering kini perlahan-lahan menjadi basah karena tetesan air hujan dan gerimis, cipratan-cipratan lumpur seolah menciptakan ilusi seberapa keras mereka berjuang.
Bunyi kulit yang saling beradu dan berapa banyak darah yang jatuh ke lumpur menjadi saksi bisu bagaimana kerasnya upacara kedewasaan dilakukan, pada akhirnya di antara sepuluh kandidat hanya tersisa Morgan dan Luke.
Luke mencoba menstabilkan napasnya yang tidak beraturan, tak jauh darinya Morgan sudah membanting kandidat lain ke lumpur, jejak-jejak darah dan lumpur bercampur di wajahnya, laki-laki itu menoleh ke arah Luke dan memasang wajah sombongnya.
"Ah … kita benar-benar ditakdirkan sebagai musuh."
Luke mendengus, ia sejak dulu tidak pernah suka dengan perangai Morgan, selain karena mereka memiliki sifat yang berbanding terbalik, Morgan juga orang yang selalu lebih unggul darinya di segi apa pun.
Terutama dalam menandai Luna.
Di pack Blue Moon siapa yang tidak mengenal Giselle dan Michelle? Dua serigala putih kembar itu adalah primadona yang kecantikannya tersiar bahkan di luar pack, mereka memiliki mata yang besar dan kulit kuning langsat yang sehat, bentuk tubuh mereka sempurna diikuti dengan perangai yang lembut, banyak yang menyebutkan siapapun yang beruntung mendapatkan salah satu dari mereka akan mengalami keberuntungan dan keberkahan dari Dewi Bulan.
Luke adalah salah satu orang yang mempercayai itu, dibandingkan dengan Michelle, ia lebih menyukai Giselle. Meskipun mereka berdua kembar, tapi ada sedikit perbedaan dari tingkah mereka, Giselle tidak pernah memandang rendah kepada dirinya, sebaliknya wanita itu selalu tersenyum dengan gaya yang sama pada semua orang, termasuk pada Morgan.
Dan hal itulah yang membuat Luke semakin membenci Morgan.
Morgan dengan kepiawaiannya mendapatkan Giselle lebih dahulu, walaupun mereka belum saling melakukan proses penyatuan, tapi hubungan mereka sudah tersebar di seluruh penghuni pack.
Luke harus mengalahkan Morgan untuk mendapatkan kembali perhatian Giselle padanya.
BUGH!
Bunyi pukulan beradu, Morgan terdorong mundur ketika ia merasakan pukulan Luke lebih keras dari biasanya, ia melompat dan mengayunkan tendangannya ke arah Luke.
"Kamu mulai serius sekarang, itu menyenangkan." Morgan menyeringai lebar, ia berputar dan mengeluarkan tinjunya ke arah laki-laki itu.
Luke menahannya, ia balik mengepalkan tangannya dan menghantamkannya ke arah Morgan, laki-laki itu tidak membuang waktu tangannya meraih bahu Morgan dan membantingnya ke tanah berlumpur.
"Jangan remehkan aku." Luke mengayunkan kakinya, Morgan yang terbaring langsung mengaitkan kakinya ke pinggang Luke dan menyeretnya jatuh ke tanah, ia bangkit dan mengarahkan tinjunya ke wajah Luke.
BUGH!
Darah menciprat mengenai wajahnya, Luke terbatuk-batuk. Namun, sedetik kemudian ia meludah ke wajah Morgan dengan mata yang penuh kebencian, giginya gemerutuk.
"Mari kita bertaruh hidup dan mati di upacara ini."
Morgan tersenyum, ia melompat mundur dan memasang sikap siaga. "Ah, sepertinya pukulanku terlalu keras hingga kau mulai berpikir yang tidak-tidak."
Luke bangkit berdiri, ia menyeka sudut bibirnya yang berdarah, lalu matanya menatap lekat sosok Morgan di bawah guyuran air hujan.
"Tidak perlu bertaruh, karena akulah yang akan memenangkan upacara kedewasaan hari ini."