Sampai ke ujung duniapun akan aku cari dimana dirimu berada. Berada jauh darimu membuatku merasakan rindu yang sangat. Bagaikan tanaman yang merindukan datangnya hujan yang tidak kunjung datang di musim kemarau.
Kynan
***
Hari-hari Aluna terasa berat jauh dari teman - temannya ditempat yang asing, meskipun begitu dia bertekad dengan sekuat tenaga untuk melupakan Kynan. Orang tua Kynan memaksanya untuk menempati apartemen mereka dengan cuma- cuma saat tahu Aluna datang, tetapi Aluna menolak. Aluna ingin jauh dari dunia Kynan.
Aluna bekerja di sebuah cafe secara part time. Dia membagi waktunya untuk kuliah dan juga bekerja. Dia juga menonaktivkan semua alat yang menghubungkannya dengan media sosial. Dia hanya ingin fokus kuliah dan bekerja dan yang pasti Aluna ingin menghilang dari pantauan Kynan.
Toni adalah satu - satunya orang yang tahu kontak dan tempat tinggal Aluna karena hanya Toni yang Aluna punya di tempat yang baru ini. Kendra juga tidak bisa menghubungi Aluna secara langsung, Toni juga merahasiakan keberadaan Aluna dari Krndra. Jika ingin mengetahui keadaan Alena, Kendra hanya bisa bertanya kepada Toni. Alena berusaha menolak apapun dan siapapun yang berhubungan dengan Kynan. Dan Kendra menyadari, perbuatan saudaranya yang menyakiti hati Aluna belum bisa di ma'afkan.
"Hai, sandra.... Shift sore juga hari ini?" sapa Aluna ramah kepada temannya di cafe.
"Heem, bisa bareng sama kamu Lun. O iya Lun kamu berasal dari Indonesia kan?" tanya Sandra dengan antusias. Sandra adalah salah satu teman Aluna yang sama-sama berasal dari Asia. Sandra juga bekerja part time karena dia juga sedang menempuh kuliah disini.
"Iya. Kalau kamu pulang ke Siangapore jangan lupa main ke Indonesia. Dijamin deh kamu bakalan betah disana." Aluna mulai bercerita tentang Indonesia kepada Sandra, mulai dari budaya, orang - orangnya dan tempat wisata yang banyak diminati di Indonesia.
"Aaaaaaa aku pengen. Janji ya kalau kamu ke Indonesia nanti ajak aku. Aku pengen pergi ke Bali." Sandra menggoyang-goyangkan tangan Aluna seperti seorang anak yang minta permen kepada orang tuanya.
"Siip. Tenang pasti aku ajak jalan-jalan." mereka tertawa bersama dan melangkah menuju ke bagian masing-masing. Aluna bekerja sebagai waiters dan Sandra kasir di cafe itu.
Usai bekerja Aluna selalu menikmati pemandangan New York. Pukul sebelas malam New York masih sangat ramai. Kota ini hampir tidak pernah tertidur. Dia sudah hampir satu tahun berada disini. Tubuhnya pun sudah mulai beradaptasi dengan cuaca dan suasana disini.
Alena melangkah santai menuju flat yang dia sewa. Flat sederhana yang dia sewa dengan harga yang fantastik, jika di Indonesia dia bisa mendapatkan kontrakan rumah yang lumayan besar dengan uang yang dia keluarkan disini untuk sebuah flat. Kakinya berhenti, Aluna merasa diikuti oleh seseorang. Saat kepalanya menoleh kebelakang tidak ada seorangpun. Aluna kembali melangkah tetapi kali ini dia berjalan cepat takut jika dia menjadi target kejahatan.
Hari-hari Aluna berjalan seperti biasanya yang berbeda hanya beberapa hari ini Aluna merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya. Setiap Aluna berangkat kuliah sampai dia pulang kerja Aluna selalu merasa kalau ada seseorang yang mengikutinya.
Ponsel Aluna berbunyi, nomor tidak dikenal. Aluna memasukkan kembali ponselnya kedalam tas, dia tidak pernah menjawab jika dia tidak tahu nomor yang menghubunginya. Ponsel itu terus berdering sehingga mau tidak mau Aluna mengangkatnya.
"Ya halo..." hening, tidak terdengar suara apapun dari ponselnya, jadi di putuskan hubungan telepon itu oleh Aluna.
Ponsel itu kembali berdering dengan nomer yang sama.
"Halo!" suara Aluna agak sedikit ketus dan tetap hening tidak terdengar apapun di ponselnya.
Aluna akan memasukkan ponselnya ke dalam tas lagi saat bunyi ponselnya tanda ada pesan yang masuk. Dengan segera dia membukanya.
"Hai....Love.... How are you?"
Pesan singkat itu membuat tangan Aluna bergetar. Secepat inikah persembunyiannya di ketahui? Bagaimana pria itu bisa menemukannya? Dengan hati was-was dan tangan yang masih bergetar Aluna segera menonaktifkan ponselnya dan memasukkannya kedalam tas selempangnya. Aluna melihat sekelilingnya, mencari jika ada orang yang mencurigakan menurutnya. Setelah dirasa tidak ada yang mencurigakan Aluna segera bergegas untuk pulang. Dia akan ijin tidak masuk kerja untuk beberapa hari ini. Dia takut jika sampai bertemu dengan Kynan. Ya, yang menghubunginya pasti Kynan, karena panggilan itu hanya Kynan yang memberikaan untuk Aluna.