Chereads / Sentuhan Dendam Penuh Gairah / Chapter 33 - Mentraktir Makan Sebagai Ucapan Terima Kasih

Chapter 33 - Mentraktir Makan Sebagai Ucapan Terima Kasih

"Turun," ucap Mo Qing datar. Gu Xiaoran dengan patuh menuruti perkataannya dan turun dari mobil.

Mata Mo Qing tidak berhenti menatap bibir merah gadis itu sambil tersenyum kecil. Gu Xiaoran membalikkan tubuhnya, lalu melihat ke arah kaca spion mobil dan mendapati bibirnya terlihat merah dan bengkak, begitu juga dengan wajahnya yang terlihat memerah seperti kepiting rebus. Dia kemudian dengan wajah canggung menatap kembali ke arah Mo Qing. Pria itu terlihat biasa saja, napasnya terlihat teratur dan ekspresi wajahnya seolah-olah tidak terjadi ciuman penuh gairah beberapa menit yang lalu.

Kemudian, Gu Xiaoran menyadari bahwa orang-orang yang berada di dalam kedai itu terlihat sibuk memandang mereka, lalu berpindah pada mobil mewah yang terparkir manis di belakang tubuh mereka. Dan yang terakhir, pandangan mata orang-orang tersebut jatuh dan berhenti tepat pada bibirnya. Oh! Sungguh-sungguh memalukan! jeritnya di dalam hati.

Gu Xiaoran sangat ingin menendang bajingan yang ada di sebelahnya untuk masuk kembali ke dalam mobil saat ini, namun tentu saja dia tidak melakukannya. Setelah memastikan majikannya telah turun dari mobil, sopir pribadi Mo Qing segera kembali mengendarai mobil tersebut dan melaju pergi, meninggalkan dirinya yang terlihat berusaha menutupi wajahnya, lalu berjalan cepat tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan. 

Mo Qing sendiri terlihat telah duduk di sebuah meja kosong dan mulai memesan makanan. "Kepiting pedas satu porsi, ampela ayam satu porsi, lalu belut goreng satu porsi." Semua itu merupakan hidangan favorit Gu Xiaoran. Kedai makanan ini juga merupakan tempat makan favorit dari gadis itu.

Dia masih ingat! Gumam Gu Xiaoran dalam hati sambil memandangi wajah pria jangkung itu dengan terheran-heran. Masih jelas di benaknya sikap hangat pria yang ada di depannya ini. Mo Qing dulunya bukanlah orang yang memiliki sikap yang sangat buruk seperti sekarang ini. Walaupun dulunya pria itu memang sudah terlihat dingin, namun hatinya sebenarnya penuh dengan kehangatan.

Hanya dalam waktu dua tahun segalanya berubah 180 derajat. Apakah harta dan kekuasaan yang mengubah pria itu menjadi seperti ini sekarang? Gumam Gu Xiaoran bertanya-tanya di dalam hatinya.

Gu Xiaoran menatap lekat-lekat ke arah wajah Mo Qing dan akhirnya membuka mulutnya. "Jadi, nama yang dulu kamu gunakan itu adalah nama palsu?" tanyanya penuh dengan rasa penasaran.

"Namaku Mo Qing, Zi Ziyan dan Ziyan. Itu bukan nama palsu," jawab Mo Qing sambil menutup buku menu dan mengalihkan pandangannya pada Gu Xiaoran. "Kapan terakhir kamu datang kemari?"

Gu Xiaoran yang menunduk dan tidak berani menjawab. Dia berkali-kali berkeliaran di seberang jalan kedai makanan ini, namun tidak sekalipun datang untuk makan. Bukannya dia tidak ingin datang untuk makan, namun lebih tepatnya dia tidak berani karena kedai makan ini menyimpan terlalu banyak kenangan baginya. Setiap kali dia melewatinya, air matanya seolah berlomba-lomba untuk menetes dari sepasang mata indahnya. Selain kedai makan ini, tidak jauh dari sini terdapat sebuah rumah tingkat kecil yang dulunya dia sewa. 

Gu Xiaoran dulunya cukup sering berkeliaran di sekitar dua tempat tersebut dan berharap agar dirinya dapat kembali bertemu dengan Mo Ziyan lagi. Namun apa dayanya, tidak sekalipun dia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pria itu. Hingga pada saat dia bertemu dengannya lagi, Mo Qing telah berubah menjadi seorang pria bajingan dengan temperamen yang tidak karuan.

Tidak lama kemudian, pelayan menyajikan seporsi kepiting pedas di atas meja. Aromanya masih sama dengan sebelumnya, dan benar-benar membawa segala kenangan untuk kembali memenuhi benak Gu Xiaoran.

"Rasanya masih sama dengan yang dulu. Sama sekali tidak ada perubahan," tutur Mo Qing sambil meraih cangkang kepiting dan meletakkannya di piringnya. Dikeluarkannya telur kepiting dari cangkangnya itu, lalu meletakkannya di atas piring milik Gu Xiaoran. Warna telur kepiting itu terlihat begitu menggoda dan terlihat lezat seperti waktu dulu.

Sebenarnya Mo Qing tidak perlu mengatakan padanya, Gu Xiaoran juga tahu jika aroma kepiting itu masih sama dengan yang dulu. Aroma yang membangkitkan seluruh kenangan-kenangan manisnya bersama pria itu.

"Apa kamu masih berhubungan dengan Xiaoyue?" tanya Gu Xiaoran memecah keheningan.

Mo Qing hanya melirik Gu Xiaoran sekilas. "Kenapa kamu tidak tanya sendiri saja padanya?" tanyanya dengan santai sambil mengambil capit kepiting dan mengupas daging yang ada di dalamnya.

"Tidak berani," kata Gu Xiaoran singkat. Sejak kepergiannya, Mo Qing memang menjadi topik yang tidak pernah dibahas lagi antara dia dan Cheng Xiaoyue.

"Kalau kamu tidak berani bertanya padanya, berarti kamu juga tidak boleh bertanya padaku," sahut Mo Qing dengan santai sambil memberikan seluruh daging kepiting yang telah dikupasnya pada Gu Xiaoran. Bahkan dia tidak memakan daging kepiting yang terlihat lezat itu, bahkan sedikit saja.

Menyadari akan hal itu, Gu Xiaoran berhenti dan menatap lurus-lurus ke arah pria di hadapannya itu dengan tatapan penuh keheranan. "Kenapa tiba-tiba begitu baik padaku?" tanyanya menyelidik.

"Hanya ucapan terima kasih telah membuatku nyaman akhir-akhir ini," ucap Mo Qing dengan datar. 

Tenggorokan Gu Xiaoran tercekat seketika untuk sementara waktu. Ternyata memang tidak perlu mengobrol dengannya, mengajaknya bicara hanya membuat Mo Qing kembali pada watak aslinya yang tidak tahu malu itu saja.

Gu Xiaoran lalu mengambil sepotong daging kepiting dengan sumpitnya dan meletakkannya di mangkok Mo Qing. "Kamu kan juga suka makan kepiting. Cepat makan sebelum dingin. Kalau sudah dingin, rasanya sudah tidak akan seenak sekarang," ucapnya tanpa memandang pria itu. 

Gu Xiaoran hanya ingin makan dengan tenang saat ini. Itu artinya, dia harus memastikan mulut Mo Qing penuh dengan makanan agar tidak mengatakan hal yang tidak-tidak dan membuat nafsu makannya hilang.

Mo Qing memandang daging kepiting yang berada di dalam mangkuknya tanpa menggerakkan sumpitnya sama sekali. Tatapan matanya berubah sedikit demi sedikit. Sedangkan Gu Xiaoran sibuk mengulurkan sumpitnya ke arah mangkok pria itu dan hendak mengambil kembali daging kepiting itu. "Selera makanmu sudah berubah? Sudah tidak suka kepiting lagi ya? Kalau begitu aku pesankan lidah bebek goreng untukmu. Dulu kan kamu suka sekali memakannya," tuturnya sambil memanggil pelayan.