Ya, Cheng Dafei yang menemaninya pulang ini, dulu yang paling membenci Ye Qiao. Ia yang selalu memanggilnya "Gadis udik" dan diam-diam menyukai Ye Zhenzhen.
Tapi, di komplek ini, lelaki mana yang tidak menyukai Ye Zhenzhen? Bisa dibilang, Cheng Dafei sekarang sedang "mengendalikan gengsinya". Ia takut terpikat oleh pesona Ye Qiao dan takut lebih dulu berteman denganya.
"Cheng Dafei, bukannya kau selalu menangis karena gadis udik ini?" Sindir Ye Qiao.
Cheng Dafei menggaruk kepala belakangnya sambil cengengesan, "Kalau begitu, kau bisa menyalahkanku? Siapa yang menyuruhmu jadi bodoh dan jelek? Apakah Shen Xichuan yang menyuruhmu berpakaian seperti itu? Bukannya kalian sudah putus? Ku beri tahu kau, dia itu tidak bisa dipercaya! Aku pernah melihatnya bersama Li Yun sedang berciuman di hutan!"
Ternyata mereka sudah berhubungan lebih awal dari yang Ye Qiao kira!
Ye Qiao mencibir dalam hati. Cheng Dafei bisa mengetahui hubungan mereka ketika dirinya sendiri tidak tahu. Di kehidupan sebelumnya, ia sungguh bodoh untuk percaya bahwa Shen Xichuan mencintainya.
Jadi, Ye Qiao ini memang gadis yang polos atau memang bodoh?
Ia dan Shen Xichuan adalah teman sekelas. Ketika berusia 12 tahun, Ye Qiao pindah ke kota J. Waktu itu, Ye Qiao gadis yang gemuk, tertutup dan menarik diri dari pergaulan. Hanya Shen Xichuan yang mau bicara dengannya. Bahkan dari teman-teman yang lain, Shen Xichuan yang mau membantunya.
Sekarang Ye Qiao baru ingat, lelaki brengsek itu sejak awal tahu bahwa Ye Qiao adalah cucu Kakek Ye. Shen Xichuan ingin memanfaatkan dirinya agar bisa dekat dengan Kakek Ye yang sangat penting itu, sama seperti tujuan Li Yun.
Cheng Dafei melihat Ye Qiao diam saja, mengira gadis itu tidak percaya. Ia pun menggenggam tangan Ye Qiao dan mengatakan dengan keras, "Ye Qiao! Kau tidak percaya padaku, ya? Haruskah aku bersumpah padamu? Kalau ucapanku ini bohong, petir akan menyambar aku!"
"Aku percaya!" Ucap Ye Qiao asal-asalan. Hatinya terasa sesak karena menyadari bahwa masalah ini sudah dimulai lebih lama dari perkiraannya.
"Bagus. Nanti jangan bergaul lagi dengan mereka. Tidak usah menyukai Shen Xichuan lagi. Bergabunglah bersamaku, aku akan melindungimu!" Meski terdengar seperti lelaki sejati, namun perhatian Cheng Dafei seperti kakek-kakek.
Cheng Dafei melindungi Ye Qiao? Ye Qiao tertawa dan ingin mengolok-oloknya. Tiba-tiba di depan mereka ada seorang lelaki yang merokok.
"Kak Beixiao!" Jika Cheng Dafei bertemu Lu Beixiao, ia tidak bisa bicara sembarangan, lidahnya seperti diikat.
Ya, itu Lu Beixiao!
Ye Qiao mencium bau rokok dan bir ketika sosok Lu Beixiao ada di depannya.
"Kak Beixiao!" Teriak Ye Qiao sambil tersenyum. Bertemu dengannya, membuat hatinya senang yang tidak bisa dijelaskan.
Dengan cahaya lampu jalan, Lu Beixiao melirik samar-samar Ye Qiao. Wajahnya dingin. Kedua bola matanya berkelip seperti bintang memandang Cheng Dafei.
"Anak kecil, kau bilang... kau akan melindunginya?" Tubuh Lu Beixiao lebih tinggi dari Cheng Dafei. Ia bertanya ringan pada lelaki itu dengan sedikit nada jijik di dalamnya.
Ye Qiao seketika paham bahwa Lu Beixiao cemburu.
Cheng Dafei tidak mungkin akan dipukul oleh Lu Beixiao, kan?
"Kak Xiao, eh, itu... maksudku itu..." Cheng Dafei tergagap. Kenapa ia merasa mengatakan hal yang seharusnya tidak boleh dikatakan? Tapi,ucapannya tidak salah juga, kan?
Ye Qiao merasa udara semakin dingin. Puntung rokok yang berwarna kemerahan itu bergerak-gerak lantaran rokok itu ditahan di mulut Lu Beixiao. Ia merasa, Lu Beixiao bisa menghabisi Cheng Dafei kapan saja.
Di kehidupan sebelumnya, jika ada lelaki yang memprovokasi Ye Qiao, ia akan dihabisi oleh Lu Beixiao!
"Di depanku kau bilang ingin melindunginya, kau pikir aku sudah mati?" Lu Beixiao tidak menggerakkan tangan, hanya bertanya dengan suara berat.
Meskipun Cheng Dafei masih belum menemukan letak kesalahannya, tapi ia terpaksa harus lari agar tidak dihajar!
"Kak Beixiao, Beichi menungguku di lapangan, aku... aku pergi dulu!" Pamit Cheng Dafei kemudian lari. Karena tidak hati-hati, ia hampir saja terpeleset kotoran anjing.
Ye Qiao tidak bisa menahan tawa terpingkal-pingkal. Saat itu juga, kedua mata dingin mengarah padanya.