Melihat Fiennes yang membawa dirinya keluar, Di Ya pun memanggilnya, pupil matanya yang kuning seolah tidak percaya dirinya akan dibawa pergi, namun bagaimana Fiennes bisa memikirkan Di Ya, ia kini marah dan menarik Di Ya keluar dengan kuat.
Di Ya belum pernah ditarik oleh seseorang seperti ini, terlebih orang itu adalah kakaknya yang mencintainya. Sesampainya ia ditarik hingga ke pintu rumah sakit, barulah cengkraman Fiennes di tangannya berkurang. Di Ya menundukkan kepala dan melihat pergelangan tangannya yang memerah, ia berpikir berapa banyak salep yang akan ia gunakan untuk membuat kulitnya seperti semula.