Di pukul 3 sore hari, seorang wanita berperut besar muncul di lantai 17 sebuah bangunan komersial. Lalu, ia dicegat oleh seseorang dengan sopan, "Nona, siapa yang Nona cari?"
"Aku mencari Shi Yu," jawab Shen Cheng. Satu tangannya menopang pinggang, sedangkan satu tangannya lagi menyentuh perutnya yang besar dan padat. Ia terlihat sangat lelah.
Mencari bos mereka? batin sekretaris itu sambil diam-diam melirik perut Shen Cheng dan sepertinya menyadari sesuatu. Jika bertemu situasi seperti ini, mereka biasanya akan bertanya apakah tamu yang datang sudah membuat janji terlebih dahulu dan baru kemudian mengatur perjalanan selanjutnya. Namun, sekretaris tidak banyak bertanya pada Shen Cheng.
Sekretaris membantu Shen Cheng duduk di sofa di samping, menuangkan segelas air hangat, dan memberikannya pada Shen Chen sambil berkata, "Nona, Presiden kami sedang rapat di ruang konferensi. Nona duduk di sini dan tunggu sebentar."
Shen Cheng sedikit tersenyum dan mengangguk. Setelah menunggu 20 menit, pintu otomatis ruang konferensi perlahan terbuka dan Shi Yu melangkah lebar keluar dari ruang konferensi. Sepasang matanya yang hitam tampak dalam seperti lembah yang tidak dapat dilihat sampai ujungnya. Shi Yu tampak misterius dan tidak bisa diprediksi hingga membuat orang tidak bisa mengabaikan kehadirannya.
Para eksekutif dan kepala berbagai departemen mengikuti Shi Yu dari belakang, lalu keluar dari ruang konferensi satu demi persatu. Shen Cheng berdiri dengan mata yang sekilas berpendar licik, lalu memanggil, "Suami."
Sekali Shen Cheng berbicara, ia seakan melemparkan sebuah bom dan tiba-tiba asap mulai muncul di sekitaran. Di depan perhatian semua orang yang tercengang, satu tangannya menopang pinggangnya dan satu tangannya lagi menyentuh perutnya. Lalu, ia berjalan menuju Shi Yu dengan susah payah.
Perhatian Shi Yu tertuju pada wanita berperut besar di depannya. Shi Yu hanya menyipitkan matanya dengan membingungkan. Ia memperhatikan Shen Cheng dari atas ke bawah, lalu sudut bibirnya terangkat hingga tersenyum. Shen Cheng mempersiapkan emosinya, lalu pelan-pelan melangkah ke depan Shi Yu dan bertanya, "Kamu sudah tidak pulang rumah selama tiga hari. Sangat sibuk, ya?"
Shi Yu mengangkat bibirnya dan senyumannya semakin tidak bisa ditebak. Orang ini tidak merespons, ya? batin Shen Cheng. Ia memandang Shi Yu dan suaranya sedikit serak, "Apakah rumor di luar itu benar? Kamu berencana menceraikanku dan membiarkan wanita itu masuk ke pintu keluarga Shi…"
Shi Yu masih tidak merespons. Shen Cheng kembali bicara, "Tidak bicara? Menyetujui secara tidak langsung ya?" Shen Cheng tersenyum, "Jika itu benar, tolong katakan padaku. Jika mau bercerai, siapkan dokumen perceraian sesegera mungkin. Aku tidak akan menghabiskan waktumu…"
Melihat wanita berakting dengan begitu serius di depannya, ekspresi Shi Yu tampak mulai sedikit berubah. Ada aura dingin yang memancar. Lalu, Shen Cheng perlahan tersenyum pelan dan menambahkan, "Jangan khawatir. Meskipun bercerai, aku juga tidak mau uangmu sedikitpun…"
Kata-kata Shen Cheng membuat semua orang percaya pada hal ini. Ternyata, presiden mereka diam-diam menikah dan selingkuh di belakang!
"Semuanya sedang rapat di sini, ya?"
Terdengar suara seorang wanita, lalu mereka langsung melihat Ye Mei yang berjalan keluar dari lift dengan mengenakan sepatu hak tinggi. Ia perlahan datang dengan postur yang anggun dan elegan. Semua pria yang ada di tempat tidak bisa menahan diri untuk meliriknya.
Shen Cheng memutar matanya sedikit. Dengan sekilas, ia langsung bisa mengenali Ye Mei. Shen Cheng memiringkan tubuhnya dan awalnya ingin menghindari pandangan Ye Mei, tapi Ye Mei masih bisa melihat bagian depan Shen Cheng. "Kamu?"
Ye Mei melebarkan matanya yang cantik dan tampaknya terkejut melihat Shen Cheng. Tentu saja Shen Cheng tahu alasannya. Baru beberapa hari mereka terakhir bertemu, perut sudah begitu besar. Masa iya Shen Cheng mengandung anak hantu? Namun, dalam keadaan seperti ini, Shen Cheng harus semakin tenang. Kemudian, ia tersenyum dan menjawab, "Iya, ini aku."
Dahi Ye Mei semakin berkerut. Entah sengaja atau tidak sengaja, ia melirik perut Shen Cheng beberapa kali dan bertanya, "Itu, mengapa kamu…"
Shen Cheng menyelesa Ye Mei dengan tersenyum dan berkata, "Ya, aku! Aku harus benar-benar berterima kasih padamu. Jika bukan kamu…"
Shen Cheng sengaja menghentikan perkataannya dan menggantungkan akhir kalimatnya untuk ditebak oleh orang-orang lain. Tanpa dijelaskan, Ye Mei menginterpretasikan kalimat belakang Shen Cheng menjadi, 'Jika bukan kamu yang mengerem tepat waktu, anak di perutku mungkin sudah tiada'.