"Apakah kamu setuju dengan perjanjian ini?"
Seorang wanita dan pria sedang membahas perjanjian di antara mereka, "Aku harus menambahkan beberapa poin lagi baru mau aku setujui"
Wanita itu dengan jari lentiknya pun langsung menuliskan poin - poin tambahan didalam kertas yang ada dihadapannya ini.
Setelah menurut wanita itu sudah cukup, ia pun langsung memberikan kertas perjanjian itu kepada orang yang di hadapannya. "Ini sudahku tambahkan. Terserah anda mau menyetujuinya atau ada tambahan lagi"
"Apa menurutmu poin tambahaan darimu nanti akan berpengaruh kepadaku?" ucap sinis pria itu yang menurut sang wanita sangat menyebalkan
"Ya hanya untuk berjaga-jaga saja jika kamu nanti bisa melakukan hal yang telah aku sebutkan disana" sambil meminum teh yang telah mendingin.
"Baiklah" pria itu pun langsung mentanda tangani kertas tersebut.
Sah sudah perjanjian yang telah mereka buat dan sah juga minggu depan pernikahan mereka akan di adakan secara besar - besaran oleh sang pria.
Tak lama kemudian pun HP milik sang wanita berbunyi. Hanna, nama yang muncul sedang menelpon sang wanita dan ia pun langsung diterimanya.
"Aku butuh penjelasan sekarang juga Catherine Luciana!" ucap setengah beteriak yang membuat wanita yang bernama Catherine Luciana itu menjauhkan Hp dari telinganya.
"Nanti aku akan menjelaskannya" Catherine pun langsung mematikan HPnya dan langsung menatap pria dihadapannya.
"Kalau tidak ada urusan lagi saya permisi" Catherine meninggalkan tempat itu dan langsung menuju parkiran mobilnya.
Tak membutuhkan waktu yang lama hanya dengan 30 menit Catherine sudah sampai di halaman megah milik Hanna. Catherine yang langsung menuju rumah Hanna setelah ia menerima telpon darinya.
"Akhirnya sang princess datang juga" Hanna yang sudah berada di depan pintu menunggu kedatangan Catherine. "Apa kamu sudah lupa dengan sahabatmu ini? Bisa - bisanya kamu tak memberi tahuku kalau kamu akan menikah dengan Willy Rafael"
Pria yang belum lama Catherine temui adalah Willy Rafael dan juga akan menjadi suaminya. Walaupun pernikahan ini atas dasar perjodohan dari kedua orang tuanya. Mereka pun mau menikah tanpa ada paksaan karena mereka ikhlas melakukannya.
"Aku saja tidak merasa senang akan pernikahan ini Hanna" Catherine yang langsung masuk menuju kamar Hanna. Catherine sudah terbiasa keluar masuk dengan bebas rumah Hanna sahabat sekaligus sepupuhnya ini.
"Kenapa kamu menerima pernikahan ini jika kamu saja tidak merasa senang?" Hanna mengikuti Catherine yang menuju kekamarnya.
"Karena itu kemauan mama dan papa, Han. Mana bisa aku menolak ucapan mereka, apa lagi mama Han" Hanna tahu kalau tantenya itu tidak bisa ditolak dan harus dituruti.
"Iya aku tahu itu. Tapi aku baru tahu dari mama kalau kamu dijodohkan dengannya tapi kenapa aku harus tahu hal ini dari mama bukan dari kamu?" Hanna kesal akan kelakuan sepupuhnya ini. Sejak kecil mereka selalu jujur satu sama lainnya, tapi dalam hal ini Catherine tidak menceritakannya secara langsung kepadanya.
"Aku juga baru tahu kemarin dari mama dan papa, Han. Aku saja masih kesal dan juga aku hanya tak mau membahas orang itu Hanna. Please, jangan buat hari ini moodku semakin buruk setelah bertemu dengan pria itu" Hanna tahu jika Catherine sudah jelek moodnya maka ia akan terkena omelan panjangnya
Hanna memberikannya waktu Catherine, sifat jika moodnya sedang jelek maka Catherine akan berendam air hangat selama 30 menit. Hanna menunggu Catherine dengan setia dengan novel di tangannya.
Setelah berendam selama 30 menit, Catherine pun telah mengenakan piyama milik Hanna. Sudah biasa Catherine menggunakan pakaian milik Hanna dan sang empunya pun juga suka melakukan hal itu saat menginap di rumah Catherine.
"Jadi?" ucap singkat Hanna yang sudah di pahami oleh Catherine.
"Aku dijodohkan dan kami menerimanya" mendengar jawaban singkat Catherine membuat Hanna kesal dan langsung mendekati Catherine yang tengah duduk di pinggir ranjang.
"Maksudnya apa? Kenapa kalian pasrah akan perjodohan ini?" menurut Catherine juga seperti Hanna katakan, pasrah akan perjodohan tapi tidak dengan pekerjaannya dan masa depannya yang sedang ia tata saat ini.
"Kami hari ini bertemu juga untuk membuat sebuah perjanjian" Hanna sontak melototkan matanya kepada Catherine.
"Apakah kalian gila? Bagaimana dengan orang tua kalian jika mereka tahu hal itu?" Catherine tidak berfikir sejauh itu. Bagaimana nanti orang tua mereka tahu akan isi perjanjian ini? Sebaiknya hal itu tidak pernah mereka ketahui.
"Willy sudah berjanji akan mengabulkan isi perjanjian ini" Catherine menyerahkan surat perjanjian dari tasnya yang telah ia sahkan bersama Willy.
Hanna membaca dengan sesama isi perjanjiannya. Hal yang pertama yang dalam otak Hanna adalah kenapa ada pasangan yang sangat bodoh seperti mereka yang membuat isi perjanjian seperti anak - anak ini? Apa susahnya belajar saling mencintai nantinya? Toh pacaran setelah menikah bukannya lebih bagus? Tak usah ada gosip yang terdengar karena sudah menjadi suami istri.
"Kalian yakin akan mengikuti isi perjanjian ini?" Catherine pun menggangguk tegas akan mengikuti isi perjanjian ini. Hanna pun menepuk kepalanya yang juga membuatnya pusing memikirkan masalah sepupunya ini. Benar -benar pasangan yang ajaib.
"Jika kalian tiba - tiba saling jatuh cinta bagaimana?" Pertanyaan Hanna membuat Catherine terkejut. Jatuh cinta dengan Willy Rafael? Tak terpikirkan olehnya akan mencintai seorang Willy Rafael yang notabenya dingin, tak berperasan, egois dan playboy. Jika itu gosip yang Catherine dengar benar adanya.
"Aku akan menjamin aku tidak akan jatuh cinta kepadanya" tegas Catherine yang hanya di balas anggukan Hanna.
"Terserah maumu saja. Aku akan selalu ada untukmu jika hal itu akan terjadi dan jika kamu membutuhkan bantuan dariku" ucap Hanna yang membuat Catherine yakin ia tidak akan pernah mengatakan cinta kepada Willy. Bagaimana bisa mencintai seorang sepertinya? Kalau sampai terjadi ia harus mandi kembang 7 rupa.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Malam pun datang semakin gelap, Catherine yang tidak bisa tidur pun tanpa sengaja mengingat hari yang paling tak menyenangkan. Dimana saat ayah dan ibunya mengatakan dirinya telah di jodohkan dan sebentar lagi akan menikah.
Robert Villa, siang hari
"Cathy sayang, mama sama papa mau bicara serius denganmu" jika sang nyonya rumah sudah mengajak bicara serius, maka itu tak dapat dibantah oleh siapa pun di dalam rumah ini. Nyonya rumah mempunyai kekuasaan tertinggi jika sudah dirumah.
"Ada apa ma?" Catherine yang telah menghentikan aktivitasnya menonton televisi di hari liburnya. Ia pun mengambil posisi duduk bersebrangan dengan ibunya.
"Kamu akan menikah minggu depan dengan anak teman papa" ucap Robert sang ayah langsung tanpa basa basi lagi kepada putrinya itu.
Catherine langsung melotot melihat ayah dan ibunya menanyakan apa ia salah dengar? Pernah Catherine nembayangkan pernikahan yang mewah, dengan pria yang ia cintai, memiliki keluarga kecil yang bahagia. Jika sekarang ia harus dijodohkan, mungkin akan berbeda ceritanya nanti.
Menikah? Minggu depan? Pernikahan macam apa yang pasangnya saja tidak di ketahui di tambah lagi menikah dalam waktu seminggu lagi. Pasangan yang telah berpacaran bertahun - tahun saja tidak akan menikah secepat ini jika tidak ada insiden tersembunyi, seperti hamil duluan mungkin.
"Iya sayang. Kamu besok akan bertemu dengannya. Kami sudah mengaturnya jadi kamu terima saja ya sayang?" Ucap sang ibu Rose yang membangunkan Catherine dari lamunannya.
Membatah? Tidak bisa. Selama masih sayang orang tuanya dan masih hidup tak ada yang bisa membuat Catherine membatah keinginan orang tuanya ini. Catherine sudah biasa dengan fasilitas yang diberikan orang tuanya. Jika kalau Catherine membantah, akan tinggal dimana ia kalau diusir orang tuanya dari rumah. Pekerjaan saja baru mau ditata dengan baik dan belum memiliki penghasilan tetap.
"Baiklah ma" Catherine pasrah akan keinginan orang tuanya. Dan lihatlah ia sekarang. Tidak bisa tidur karena ucapan sang sahabat Hanna. Bagaimana nanti perjanjiannya dengan Willy nanti ketahuan? Dan setelah ketahuan bagaimana hidupnya nanti? Sudahlah, pikirkan saja jika ketahuan nanti. Sekarang pejamkan mata dan pergi kepulau impian.