Farel melotot dibarengi melongo. Jalan-jalan? Nginep? Ciyus?!
"I-iya! Mau! Kalo gitu... aku pulang dulu aja sekarang, yah! Ambil baju dan sikat gigi. Oke? Tunggu, yah!" Farel sumringah nian meresponnya.
Farel mengerling satu matanya dan lekas keluar untuk loncat ke kuda besinya. Untungnya kunci masih tertancap pada motor, sehingga dia bisa langsung capcus ke rumahnya sendiri.
Di rumah Farel, sang Mama heran liat anaknya siul-siul terus sambil joget antah berantah begitu tiba.
"Rel, masih waras, kan?" sapa si Mama dengan raut miris.
"Waras 1000% Mamaku cantik..." Farel segera melenggang ke kamarnya.
"Ada kejadian asik hari ini, yah?" Mama menguntit si anak hingga ke kamar, menyaksikan Farel memasukkan beberapa baju ke dalam tas ransel. "Kamu mo kemana, Rel?"
Farel menghentikan bentar acara packingnya, kemudian noleh ke Mama. "Ma, bentar lagi Mama punya mantu, loh!"
"Hah?!" lengking Mama kaget. "Kamu... hamilin anak orang, ya?!" Muka Mama dah tambah miris gitu.
"Ya enggak, lah Ma?" Farel putar bola matanya.
"Jawab yang tegas, ya ato enggak, Farel?!" pekik Mama tambah deg-degan.
"Enggak, Mama sayaaaank... Farel nggak hamili siapapun! Ini Sarah, Ma... Sarah!" Farel menepuk-nepuk dua lengan Mama.
"Sarah anaknya Bu Gondo? Temen Mama?" Mama ingin memastikan. Farel mengangguk ceria tralala. "Syukurlah...." Mamanya Farel langsung paham.
"Hehehe, Mama seneng yah dapet mantu kayak Sarah?" Farel natap puas ke Mamanya.
"Iya seneng, dong! Udah cantik, sopan santunnya masih dijaga, kalem, dandanannya juga nggak urakan... Mama seneng-lah!" Beliau serta merta memuji Sarah. Sayangnya Mamanya Farel nggak tau gimana Sarah yang paling update sekarang.
Sarah sekarang sudah di up-grade ama adiknya.
Di kamar, di tempat lain, rumah yang lain, Faza sibuk membereskan barang-barangnya yang sedikit berantakan. Komik diletakkan tak sempurna, berceceran bahkan kemana-mana.
"Kalau Farel nginep, otomatis dia bakalan tidur di kamar gue, dong?!" Pekik Faza tak terima, menggeleng kencang. Enak aja! Kamarnya itu pribadi, bahkan Sarah saja harus izin kalau mau masuk.
Tapi kalau Farel tidur di kamar Sarah....
"Gak boleh!"
Itu juga bukan pilihan bagus. Gimana semisal Farel macam-macam di kamar kakaknya? Farel kan selalu mesum ke Sarah, bahkan ia yakin cowok satu itu sering jadiin kakaknya imajinasi kalau lagi bersolo karir alias ber-swalayan.
"Sialan! Masa tuh mantan playboy tidur bareng gue?!" Faza frustasi, mengacak rambut kemudian hempaskan tubuh ke kasur.
Ini pilihan cukup sulit sebenarnya. Menyuruh Farel tidur di sofa pasti bakalan jadi pertanyaan bagi sang Mama.
"Udahlah. Kepaksa dia tidur ama gue."
Iya, kepaksa deh!
Habis itu, Faza bangun dari acara rebahannya. Ia lepas kaos yang membungkus tubuh atasnya dan lempar ke kasur. Terakhir, Faza turunkan rok hingga sekarang tubuh yang ia huni itu hanya mengenakan bra dan dalaman aja.
"Sar! Farel dah dateng, nih!" Mama teriak dari depan.
"Iya! Suruh masuk aja ke kamar Faza! Sarah ada di sanaaa!" Balas Faza teriak lebih keras agar yang di luar sana mendengarnya.
Faza lempar sisa armor terakhir ke tempat yang sama dan sambar handuknya, kemudian melangkah ke arah kamar mandi.
Gak apa-apa, lagian belum tentu Farel betah tidur bareng dirinya, kan? Faza kalau tidur itu berangasan. Lasak, kalo orang bilang.
Farel udah dapet pesan dari Tante kalo Sarah ada di kamar Faza dan Farel diminta ke sana. Ada apa gadisnya di kamar si adek? Apakah Sarah lagi kangen Faza?
Farel lekas naik ke atas. Gampang kok menemukan kamar Faza. Karena di depan pintunya ada ukiran kayu bertuliskan nama masing-masing.
Farel mengetuk pintu dua kali dan membukanya. "Sar? Sarah?"
Tak ada jawaban. Kemudian ia bisa mendengar suara gemericik air shower, tanda Sarah sedang ada di kamar mandinya Faza.
Oke, dah! Farel mendingan nunggu sambil amati kamar si bengal yang hobi jahilin dia.
Bertumpuk-tumpuk komik Jepang ada di lantai bawah. Novel horor ada beberapa tercecer di atas meja tulisnya. Lalu buku-buku pelajaran.
Benar-benar khas kamar cowok.
Lagi asik-asiknya liat sana-sini, mata Farel menangkap sepasang... underwear cewek.
Pasti punya Sarah. Farel ngambil bra ama celana dalam yang teronggok di sudut.
"Hmmffhh..." Farel penuh khidmat mencium aroma dalaman itu. Aroma spesial milik Sarah. Astaga, hanya mencium begini saja dedeknya udah bangun. Ini gara-gara dia membayangkan isi dalaman itu.
CEKLEK!
Farel kaget dan langsung buang dalaman tadi sembarang arah sebelum Sarah memergokinya.
"Halo, Sar... rah..." mata Farel kepingin loncat aja demi ngeliat Sarah cuma berbalut handuk doang.
Astaga! Astaga! Ohmydick!! Savemydick!!
Yang disapa cuma natap datar, senyum simpul ke lebar kemudian angkat satu tangannya, nyapa balik.
"Hai, Farel!"
Dengan cueknya, Faza berjalan ke arah lemari pakaian miliknya. Tenang aja! Isinya udah ia ubah. Mulai dari pakaian Sarah, bra Sarah sampai dalaman Sarah juga ada di sana. Pokoknya ... Faza mau jadiin kamar ini markasnya, deh!
"Lo jangan ngintip. Awas! Atau batang lo gue bully kalau ketahuan ngintip," ancam Faza tanpa melihat lawan bicara, memasang celana dalamnya dengan berangasan macam orangnya.
Usai selesai dengan dalaman, Faza mengambil bra pink Sarah, mendengus pelan dan bergumam kalau selera kakaknya terlalu feminim.
"Lo tidur bareng gue, Rel," ucap Faza setengah terpaksa,mengaitkan bra-nya dengan cukup kesusahan karena sama sekali tak terbiasa. Sialan!
"Sar, yakin nih kita tidur bareng? Kagak bakal diprotes Mama?" Sekarang Farel senang hati manggil Mama ke ibunya Sarah. Toh yang minta juga Beliau, kok.
Faza lepas handuknya usai selesai dan lempar ke arah kepala Farel.
PLUK!
Handuk nangkring indah di kepala sang pacar—ehem!. Sedang Faza kini memilah-milah pakaian yang akan dirinya kenakan hari ini.
Jreng!! Faza ingat kalau tadi banyak beli baju buat Sarah. Ya habisnya sejak dulu, Faza memang pengen Sarah tampil modis biar kelihatan seksi dan trendi, maksudnya. Apalagi kan Sarah itu cantik, tubuhnya juga bagus, kok.
"Gue cantik juga ternyata," gumam Faza, mulai narsis, berkaca sambil tatap dirinya yang sudah memakai gaun pink muda sepaha. Hoho!
'Tuh kan! Kak Sarah seksi banget!' Langsung saja, Faza bersorak dalam hati sambil loncat-loncat gaje.
Farel masih merem waktu Sarah nemplokin handuk basahnya ke kepala. Hmmhh... aroma Sarah... aroma sabun bercampur bau asli Sarah.
"Udah kelar, belum?" tanya Farel sambil hirup-hirup handuk tadi. Setelah Sarah menyahut, ia pun menurunkan handuk dan menatap Sarah.
Mau tak mau itu mulut musti ternganga liat Sarah pakai gaun sackdress/terusan sepaha, warna pink, dengan bahan chiffon yang dilapisi kain satin. Apalagi bagian dada dibuat ada karetnya, sehingga kian menonjolkan bentuk payudara Sarah yang mengkal semok. Farel lagi-lagi cuma bisa cleguk.
"Ca-cantik, Sar. Cantik banget calon biniku..." Farel kagak bisa alihin tatapannya dari dada Sarah. Terlalu menggiurkan, meenn!
"Kamu... mo tidur pake baju itu?" Barulah Farel ngeliat ke mata Sarah.
"Iya dong! Masa gue tidur telanjang? Yang bener aja lo!" Faza nyolot trus langsung berlari ke arah ranjang dan hempaskan diri di kasurnya.
"Pake guling sebagai pembatas. Gue kadang tidur gak kira-kira, sih. Moga aja lo gak nyungsep, yak!" Tergelak, Faza menampol separo pantatnya Farel kemudian telentangin tubuhnya, sampai itu body sekseh jadi makin terlihat menggiurkan.
"Aroma Faza ... hhhmmffhhhh...." Faza ngirup dalem-dalem aroma kamarnya sendiri. Auranya benar-benar laki karena berantakan sana-sini. Belum lagi poster cewek animasi cuma pake bikini terpampang indah.