Ini adalah hari kedua Rika bekerja. Tentu saja kemarin itu juga dihitung meski hanya memijat, kemudian berakhir melayani hal lain dari majikan brengseknya.
'Brengsek!' Nampaknya pagi itu kondisi Rika sama sekali tak baik. Aura yang ia pancarkan begitu menggelora. Hitam pekat, bahkan ada sosok iblis bermata merah yang menjadi background-nya.
Kejadian semalam membuat Rika malas berdekatan dengan tuan mudanya, bahkan sekedar bertemu muka saja sama sekali tidak sudi.
Ia tahu jika tugas maid itu semacam melayani majikannya, bahkan jika itu membangunkan bahkan memandikan. Tapi Rika tidak sudi. Ia masih dendam, jadi dibiarkannya saja si bedebah itu tidur lebih lama lagi.
Rika takut? Justru kalau bisa ia ingin Ken bersujut mencium kakinya untuk minta maaf. Atau melecehkan diri sendiri di depannya. Hoho! Sayangnya itu cuma impian semata. Tak akan pernah terjadi, kan?
Saat tengah malam Rika terbangun, otaknya langsung berputar ke kejadian pelecehan oleh Ken. Ia langsung menangis, sesegukan parah, kemudian mencakari tubuhnya sendiri seolah merasa kotor meski belum disentuh lebih intim lagi.
Tapi paginya... Rika seolah dirasuki iblis.
KRUKKRUK~
Iblis yang kelaparan.
CEKLEK
''Ken-sama, Anda di dalam?'' Rika melongokkan kepalanya ke dalam kamar Ken. Ia membawakan sarapan untuk pria muda tersebut meski kalau dilihat-lihat...
Sudah pukul 08.45.
"Sarapan Anda saya tinggalkan di luar, silahkan ambil sendiri," ucapnya masih marah atas semalam. Maid macam apa ini?!
Kemudian Rika lekas keluar dari kamar sialan itu. Dia secepatnya berjalan cepat menjauh dari kamar seolah ruangan itu adalah sebuah kiamat bagi dirinya.
"Huumm?" Tuan muda Ken menggumam lirih sambil bergerak di dalam selimutnya. Sepertinya telinga tuan muda mendengar suara Rika. Atau itu hanya fatamorgana?
"Butleeerrr!!!" Dan Ken pun berteriak sekencang mungkin. Butler datang sambil tergopoh meski sikap elegan tetap terlihat.
"Haik, Ken-sama!"
"Panggilkan maid baru!" Ken berguling di kasur dalam keadaan telanjang tertutup selimut saja.
"Haik, Ken-sama."
Butler pun pergi keluar kamar Ken untuk memberitahu ke Rika bahwa tuan muda membutuhkannya.
Sementara, di tempat lain, sang gadis pinky sedang menerima telepon dari Ibunya.
"Rika, anakku yang hebat. Tolong beritahu majikanmu, terima kasih atas satu juta yen semalam. Katanya kau menemukan benda berharga milik tuanmu, ne? Fufuu... anakku memang terbaik. Ne... Rika... baik-baiklah bekerja di sana. Patuhi majikanmu. Dia berkali-kali memberi Ibu uang, sampai Ibu tak enak sendiri meski itu katanya karena kerjamu yang memuaskan. Janji pada Ibu ne... bahwa kau akan tekun bekerja di sana dan jangan sampai mengecewakan majikanmu. Janjilah pada Ibu, sayank... uhuk! uhuk! UHHUKK!"
"Nona Rika," Tiba-tiba butler sudah ada di dekatnya. "Tuan Muda memanggilmu."
"H-hah? Ya?" Rika melongo sekejap kemudian menoleh ke arah sang Butler yang memanggilnya. Ia tampak kebingungan dengan perkataan Ibunya baru saja. Satu juta yen??!! Kerja memuaskan?! Apa-apaan itu?! Andai saja Ibunya tahu jika kerja Rika yang memuaskan Ken itu adalah ...
"Humm, iya, baiklah. Ibu, aku dipanggil Ken-sama. Nanti aku hubungi lagi," ucap Rika mengakhiri telepon pagi itu.
Menghela nafas berat, Rika akhirnya mengikuti Butler tadi menuju kamar Ken. Setelah sampai di depan pintu, pria tadi mengetuk pintu pertanda jika maid baru ada di sana.
"Nona Rika, saya permisi." Butler tadi membungkuk hormat, kemudian melangkah menjauh. Rika sendiri masuk ke dalam kamar Ken dan berdiri di sampingnya yang tengah duduk di atas kasur.
'"Ada keperluan apa memanggil saya?" tanya Rika dingin.
Jangan bilang minta suapi makan dengan bonus pelecehan lagi?
Well, Rika ingin bertanya mengenai uang dalam jumlah besar yang Ken kirimkan pada Ibunya. Namun, mulut itu tak menyuarakan apapun. Apa ia siap mendengarnya?
Bagaimana jika itu cuma bayaran atas tadi malam atau...?
Ken duduk di ranjang dengan sikap malas-malasan. Sesekali ia menggaruk lehernya sambil mata kadang terpejam karena belum ikhlas bangun.
"Mandikan aku, gosokkan punggungku, dadaku, dan semua bagian tubuhku. Aku ingin air hangat. CEPAT!" Ken memberikan bentakan di kata terakhir. Catat, dia masih belum buka mata secara sempurna. Atau jangan-jangan Ken-sama belum sadar bahwa dia sudah punya maid baru?
"H-HAH?!" Rika malah ber'hah' ria karena kaget ia malah dibentak-bentak begitu. Apa-apaan ini?! Setelah kemarin melecehkannya lalu mengirim uang dalam jumlah besar kepada Ibunya seolah itu bayaran, inikah sikap asli Ken?
Fixed! Seumur hidup Rika tak akan pernah sudi jatuh cinta pada pria brengsek macam Ken!
"Siapkan air hangat untukku yang nyaman di bak, lalu nanti mandikan aku hingga bersih!" perintah Ken tak ada lembut-lembutnya. Kemudian ia menatap Rika. "Kenapa bengong? Kau ingin kuberi hukuman, hah?!"
Ken-sama pagi ini sepertinya sedang dalam kondisi mood kacau atau ia memang terbiasa begini saban pagi hari bangun tidur?
Tuan Muda Kenkichi sudah termanja dari kecil mula. Semua patuh pada perintahnya. Bahkan sanak saudaranya pun tunduk padanyaโtua dan muda, tak terkecuali. Itu karena orang tua Ken seorang pebisnis paling berpengaruh di Jepang. Apalagi sang kakek yang pernah mengetuai sebuah grup Yakuza terpandang.
Ayah Ken tidak memilih meneruskan tongkat kekuasaan dalam organisasi hitam tersebut dan menyerahkan itu pada sang adik dengan catatan sang adik harus selalu mendukung semua jenis usaha ayah Ken.
Jadi... tak heran jika keluarga Ken sangat ditakuti di wilayah ini, kan? Ken sering disebut sebagai Raja Kecil. Itu karena berdasarkan latar belakang dirinya plus tingkah yang ia tunjukkan.
"Ken-sama, Anda kurang sehat pagi ini?" tanyanya seraya periksa dahi Ken dengan telapak tangannya. Apa Ken kerasukan sesuatu pagi ini? Tidak demam, sih.
Tapi...
"Tidak, Anda tidak demam. Saya hanya merasa heran dengan Anda," ucap Rika sopan seraya jauhkan tangannya dari dahi Ken. "Setelah kemarin Anda melakukan pelecehan pada maid baru, kemudian mengirimkan sejumlah uang ke Ibu, entah sebagai bentuk bayaran, lalu hari ini... Anda membentak maid Anda seolah dia hanya benda sekali pakai."
Rika mengatakan itu dengan sungguh-sungguh. Tangannya terkepal erat di sisi tubuh. Tangan yang gatal ingin menorehkan lebam di wajah Ken.
"Saya akan laksanakan perintah Anda. Permisi," pamit Rika, melangkah ke arah kamar mandi dan mengisi bak dengan air hangat sesuai perintah. 'Semoga saja pria bajingan itu mati karena air hangat!' batinnya menggelora.
Meski tahu soal ancaman itu, tapi tabiat Rika itu keras. Dia mudah emosi dan melupakan hal penting jika tak diingatkan.
GREPP!!
Tiba-tiba Ken sudah ada di belakang Rika dan memeluk si pinky yang tengah berdiri di dekat bak untuk menunggu bak penuh.
"Rika-chan... aku marah karena kau tidak membangunkanku. Aku kesal karena kau mengabaikanku..." Seketika suara Ken berubah manja bagai anak kecil pada Ibunya.
"Dan Rika-chan tak membutuhkan baju ini bila akan memandikanku, oke?"
SRETT! SRETT! TUING!!
Beberapa gerakan cekatan Ken langsung bisa menyulap baju tersebut terbang ke sudut kamar mandi dan bertengger manis di rak handuk bersih.
"Kemarilah, Rika-chan..." Ken menyeret Rika yang ada dalam pelukannya ke arah kaca besar di kamar mandi. "Lihat, kita serasi, bukan?" Ken menatap pantulan bayangan mereka di kaca yang lugas menampilkan sosok dua anak manusia telanjang. Ohh, Rika masih memakai celana bikini.
"Rika-chan... apakah sudah pernah ada yang memuji bahwa oppai-mu sangat indah dan menggiurkan?" Ken meremas satu oppai Rika dengan tangan kanan.
Entah yah, kenapa bila berdekatan dengan Rika, Ken bawaannya ingin menyentuh secara intim? Apakah ini jodoh?
===BERSAMBUNG===