Chereads / Jangan Rebut Suamiku / Chapter 31 - Part 30 - Kabar Buruk

Chapter 31 - Part 30 - Kabar Buruk

Anya sedang termenung di depan ruang operasi, sudah 3 jam berselang namun operasi yang sedang Rio jalani tak kunjung selesai. Anya takut jika calon suaminya tersebut tidak bisa tertolong akibat benturan yang begitu keras di kepalanya. Tak lama kemudian dokter keluar dari dalam ruang operasi, Anya segera menghampiri dan menanyakan keadaan Rio.

"Dokter, gimana keadaan Rio?" tanya Anya panik.

"Tenang ya bu, jangan panik. Operasinya berjalan lancar dan sebentar lagi pasien akan di pindahkan ke ruang perawatan" sahut dokter yang menangani.

"Syukurlah, terima kasih dokter"

Anya sangat bersyukur karena akhirnya Rio dapat di selamatkan, tak lama kemudian pintu ruang operasi kembali terbuka. Beberapa perawat membawa Rio menuju ruang perawatan, Anya segera mengekori mereka di belakangnya.

"Rio, bangun Rio" ujar Anya sambil memegangi tangan Rio.

Namun Rio tak kunjung sadar pasca operasi satu jam yang lalu. Anya takut jika sesuatu terjadi pada Rio, mengingat hari pernikahan mereka tinggal hitungan hari. Bagaimana jika Rio masih belum sadar sampai hari pernikahan, bisa-bisa pernikahan mereka berdua batal.

Anya segera menepis pikirannya yang tidak-tidak, dia harus bersabar karena masih ada waktu satu minggu lagi sebelum pernikahan di gelar. Tiba-tiba pikiran Anya terfokus oleh mobil yang ingin menabraknya, seingatnya saat itu lampu merah sedang menyala. Bagaimana bisa mobil itu melaju pada saat lampu merah menyala dan bersamaan ketika dirinya sedang menyebrang jalan.

Anya yakin jika semua ini adalah perbuatan Rena, siapa lagi jika bukan Rena karena selama ini Rena selalu menganggu hidupnya bersama Rio. Anya memutuskan untuk menemui Rena, dan memberitahunya jika perbuatannya telah mencelakai Rio. Anya segera melajukan mobilnya menuju rumah kontrakan Rena, seingatnya ini adalah alamat yang pernah Rena berikan pada Rio.

Anya segera turun dari dalam mobil dan langsung mengetuk pintu rumah Rena. Tak lama kemudian seseorang membuka pintu dan terlihat sosok Rena dari balik pintu dengan perut yang sudah mulai membuncit.

"Ngapain kamu kesini" ujar Rena.

Anya segera masuk ke dalam tanpa menunggu Rena menyuruhnya.

"Gak sopan banget sih nih orang, main masuk rumah orang seenaknya" protes Rena.

"Ren, please gak usah pake teriak-teriak. Coba tenang, duduk sebentar. Aku mau ngomongin soal Rio sama kamu" seru Anya.

Rena mengernyitkan dahinya. "Memang kenapa Rio?"

"Ren, aku tau, kamu kan yang udah coba untuk nabrak aku."

"Apa maksud kamu bicara seperti itu?" protes Rena.

"Udah deh Ren, kamu ngaku aja. Karena aku yakin siapa lagi kalau bukan kamu yang mau berniat jahat sama aku" tegas Anya.

"Iya, aku yang mau nabrak kamu. Kenapa emang? Datang kemari mau minta ganti rugi?"

Anya menggeleng. "Bukan itu, tapi ada hal yang harus kamu tau. Akibat perbuatan mu itu, sekarang Rio belum sadarkan diri."

Rena terbelalak. "Apa? Kenapa Rio? Apa hubungannya sama Rio"

"Kamu ini masih aja pura-pura, orang yang udah nyelamatin aku itu adalah Rio. Dan gara-gara kamu, Rio jadi mengalami pendarahan di otak"

"Apa?!" Rena terbelalak tak percaya.

"Iya, orang yang udah nyelametin aku itu Rio. Jadi kalau ada apa-apa sama Rio, orang pertama yang aku salahin yaitu kamu" tegas Anya yang langsung pergi dari hadapan Rena.

Sementara Rena masih tertegun memikirkan semua ucapan Rio, bagaimana bisa yang dia tabrak adalah Rio. Rena mulai panik karena jika Rio tidak selamat, bisa saja Anya akan menjebloskan nya ke penjara.

"Nggak, ini nggak mungkin. Aku gak mau di penjara" gumam Rena.

Anya segera melajukan mobilnya untuk kembali ke rumah sakit, Anya berharap sesampainya dia di rumah sakit, Rio sudah sadar. 30 menit berselang Anya tiba di rumah sakit, Anya segera bergegas menuju ruangan tempat Rio di rawat.

Sesampainya di sana, seorang dokter dan perawat sedang memeriksa keadaan Rio. Anya segera menghampiri mereka dan dilihatnya Rio sudah sadar.

"Rio, syukurlah kamu sudah sadar" gumam Anya yang langsung mengenggam tangan Rio.

"Anya" sahut Rio lirih.

"Dokter, gimana keadaan calon suami saya?" tanya Anya.

"Melihat kondisi pasien sejauh ini cukup baik, namun ada hal yang harus kami sampaikan" ujar sang dokter.

"Iya, gimana dok?"

"Begini bu, karena benturan yang Pak Rio alami bukan hanya di kepala. Namun benturan keras dari mobil yang menabrak Pak Rio, telah mencederai kakinya. Jadi mulai saat ini Pak Rio tidak bisa berjalan lagi"

"Apa?! Jadi maksud dokter Rio lumpuh?"

"Iya bu"

"Tapi apa masih bisa di sembuhkan, dok?" tanya Anya penasaran.

Dokter menghela nafas. "Kami mohon maaf bu, karena Pak Rio mengalami lumpuh permanent"

Anya dan Rio terbelalak tak percaya, bagaimana bisa Rio menjadi lumpuh di saat pernikahan mereka akan di gelar. Anya menangis sambil meratapi Rio, dan begitu sebaliknya. Rio masih terus memegangi tangan Anya, dari sorot matanya memberikan isyarat agar Anya jangan sampai meninggalkan dirinya.

Namun, Anya mulai ragu. Bagaimana bisa dia harus mengurus Rio sepanjang hidupnya. Sedangkan saat ini Rio sudah mengalami cacat permanen, Anya hanya takut jika Rio tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuknya.

"Anya" panggil Rio lirih.

"Iya mas, kenapa?" sahut Anya.

"Aku mohon jangan pergi tinggalin aku, walaupun sekarang aku sudah tidak bisa lagi berjalan" seru Rio yang langsung menangis.

"Sabar mas, aku yakin kamu pasti sembuh" ujar Anya menguatkan.

Anya bingung harus bagaimana menghadapi Rio, karena kini ia tidak bisa menerima kenyataan jika Rio telah lumpuh. Bagaimanapun Anya membutuhkan sosok yang bisa menjaga dan melindunginya bukan harus ia yang menjaga.

Rio

Aku mulai membuka kedua mataku, tidak tau kenapa rasanya seperti berat. Dan aku juga merasa sekujur tubuh ku seperti kaku tak bisa di gerakkan. Ketika pandangan ku mulai jelas, aku melihat seorang perawat yang sedang berdiri di hadapan ku sambil mencatat di sesuatu di berkas miliknya.

"Suster" panggil ku lirih.

"Alhamdulillah, bapak sudah siuman. Sebentar ya pak, saya panggilkan dokter dulu untuk memeriksa bapak" sahut suster tersebut dan langsung pergi dari hadapan ku.

Aku masih bingung kenapa aku bisa berada di rumah sakit, karena seingatku waktu itu aku sedang bersama Anya. Kita berdua baru saja selesai makan siang, tapi kenapa sekarang aku bisa ada di rumah sakit dengan keadaan tangan di infus dan juga kepala di perban.

Lama aku berpikir, akhirnya aku mengingat semuanya. Aku tertabrak mobil karena menyelamatkan Anya, lalu di mana Anya? Apa Anya selamat? Pikirannya sang berkecamuk memikirkan keadaan Anya. Tak lama kemudian, dokter datang dan langsung memeriksa ku.

"Dokter, dimana Anya?" tanya ku lirih.

"Ibu Anya baik-baik saja, mungkin sekarang Ibu Anya sedang keluar mencari makan siang" sahut sang dokter.

Aku dapat bernafas lega ketika mendengar kabar baik tentang Anya, tak lama kemudian Anya datang dan langsung menghampiri ku.

"Rio, syukurlah kamu sudah sadar" gumam Anya yang langsung mengenggam tangan ku.

"Anya" sahut ku lirih.

"Dokter, gimana keadaan calon suami saya?" tanya Anya.

"Melihat kondisi pasien sejauh ini cukup baik, namun ada hal yang harus kami sampaikan" ujar sang dokter.

"Iya, gimana dok?"

"Begini bu, karena benturan yang Pak Rio alami bukan hanya di kepala. Namun benturan keras dari mobil yang menabrak Pak Rio, telah mencederai kakinya. Jadi mulai saat ini Pak Rio tidak bisa berjalan lagi"

"Apa?! Jadi maksud dokter Rio lumpuh?"

"Iya bu"

"Tapi apa masih bisa di sembuhkan, dok?" tanya Anya penasaran.

Dokter menghela nafas. "Kami mohon maaf bu, karena Pak Rio mengalami lumpuh permanent"

Bagai di sambar petir di siang hari, aku sangat shock mendengar kabar buruk tersebut. Itu tidak mungkin terjadi, bagaimana mungkin sekarang aku harus lumpuh. Yang aku pikirkan saat ini aku hanya takut jika Anya akan pergi meninggalkan ku.

"Anya" panggil ku lirih.

"Iya mas, kenapa?" sahut Anya.

"Aku mohon jangan pergi tinggalin aku, walaupun sekarang aku sudah tidak bisa lagi berjalan" seru ku yang langsung menangis.

"Sabar mas, aku yakin kamu pasti sembuh" ujar Anya menguatkan.

Anya terus menguatkan ku, tapi sejujurnya aku sangat takut jika suatu hari Anya akan pergi ninggalin aku.

"Semua ini gara-gara Rena" ujar Anya.

"Apa?! Rena? Maksud kamu Rena yang mencoba untuk mencelakakan kita?" tanya ku bingung.

"Iya mas, barusan aku ke rumah Rena dan aku bilang sama dia kalau sampai terjadi apa-apa sama kamu, aku bakal nyalahin dia. Lihat saja nanti aku pasti bikin perhitungan sama dia" gerutu Anya.

Aku tidak menyangka jika dalang di balik semua ini adalah Rena, aku tidak akan diam saja. Aku pasti akan bikin perhitungan pada Rena.