Sampai di rumah Aldo, Monika dan Nico keluar dari mobil parkir di halaman rumah itu. Monika masuk ke rumah itu di sambut oleh pembantu Aldo. Untuk kedua kalinya Monika menginjak rumah Aldo, ya pertama datang bersama nenek Gwen.
Saat Monika masuk ke rumah sudah terdengar suara tangisan Albert di kamarnya. Padahal ada pembantu lain mencoba untuk menenangkan anak laki-laki itu. Percuma segala cara apa pun di buang olehnya, Albert semakin histeris. Sementara Rui di kamar untuk istirahat setelah diberi obat kepada pembantu tersebut.
"ALBET MAU TANTE MONIK!" teriak Albert semua mainan pembelian dari Aldo dan Rui, berserakan ke mana-mana.
Monika pun masuk ke kamar Albert, setelah Albert berhenti menangis dan turun dari tempat tidur kemudian berlari kecil, lalu memeluk kedua kaki Monika. Pembantu ada di kamarnya terlihat lega, padahal dia sudah kewalahan mengurus anak majikan berwatak keras itu.
Nico malah berdiri di belakang Monika, lama-lama Nico seperti bodyguard Monika. Monika berjongkok dan menghapus air mata Albert membanjiri wajah tampannya itu. Terisak-isak anak laki-laki itu, setelah melihat Monika ada di depan matanya.
"Tan-tante ... Monik ... hiks ... ke mana saja? Al-Albet, kan, kangen ... mama jahat, masa Albet di lalang nggak boleh ketemu Tante Monik," ucap Albert setengah sesenggukan dan mengadu kepada Monika atas perlakuan dari Rui kepadanya.
Nico cuma berdiri memandang wajah anak Aldo setelah mereka sampai di sini. Bahkan, melihat wajah anak itu pun tenang saat Monika menghapus air matanya.
"Tante Monik tidak ke mana-mana, kok. Tante Monik sibuk kerja, kalau Tante Monik tidak kerja mau makan apa dong nanti?" balas Monika sembari menjelaskan kepada Albert sekaligus menghiburnya.
Kemudian Albert memeluk Monika cukup erat, seakan tidak ingin melepaskan Monika pergi lagi. Apalagi tidak pedulikan baju kemeja dipakai Monika ternoda oleh sisa air mata Albert. Monika sangat tahu perasaan Albert, ia pun tanpa ragu mengelus-elus punggung anak laki-laki ini, sesekali Monika melirih Nico masih setia berdiri di sampingnya. Nico malah berpaling tempat lain, dan malah pergi meninggalkan mereka berdua di sana.
****
Sudah pukul tiga sore, tidak terasa bagi Monika dan Nico berada di rumah Aldo. Albert sudah lebih baik sekarang, apalagi anak itu pun kembali aktif bermain robot-robotan bersama Nico. Awalnya Nico tidak tertarik untuk bermain dengan anak Aldo. Jika tidak dipaksa oleh Monika meminta untuk dia bermain bersamanya. Selagi mereka masih di sini, sementara Rui masih banyak istirahat, kesehatannya lebih penting. Jadi Monika yang harus mengganti posisi Rui sementara waktu sampai Aldo pulang dari pekerjaannya.
Di rumah itu pula Monika membantu para pembantu masak menyiapkan makan siang hingga makan malam untuk rumah ini. Masih berada di dapur Monika pun diam-diam mencuri perhatian pada suaminya itu sedang bermain dengan Albert di ruang televisi itu.
Monika bahagia, senang saja bisa melihat sikap lembut Nico terhadap Albert. Meskipun begitu, Monika tahu Nico tidak akan selamanya bersikap dingin terhadap keluarga Aldo dan juga Rui. Walaupun Rui adalah sepupu jauh dari saudara keluarga Nico.
"Maaf, Bu. Kalau saya harus meminta Ibu datang ke rumah ini untuk menenangkan Albert. Saya dan pembantu lainnya tidak bisa mengatasi anak seusia Albert, kasihan dia. Setiap waktu ada saja pertengkaran di rumah ini. Ya jadi korban Albert. Kalau saja Albert punya orang tua seperti Ibu Monika, mungkin anak itu pasti punya banyak teman," celoteh pembantu itu yang ikut membantu Monika di dapur.
Monika yang menyimak celoteh dari pembantu itu, hanya bisa beri senyuman. "Semua butuh proses, mungkin Rui banyak pikiran. Apalagi pekerjaan suaminya saat ini masih tahap penyembuhan," ujar Monika kemudian, lalu memasukan daging ayam yang sudah ditaburi bumbu penyedap rasa.
****
Akhirnya Monika pun selesai masak, meskipun dicampur tangan oleh pembantu Aldo. Tanpa dipanggil pun Albert dan Nico pun telah duduk manis di tempat meja makan. Menu makanan sederhana selalu di siapkan oleh Monika di rumah.
Masakan rumah, kata pembantu Aldo kalau Albert sangat suka dengan ayam goreng KFC, jadi Monika pun buat sesuai resep bumbu Sajiku. Walau bentuknya tidak mirip seperti KFC tersebut. Monika juga tidak akan melupakan suaminya sendiri, Nico.
Rui keluar dari kamarnya setelah dia sudah lebih baik sebelumnya. Melihat di meja makan dua orang dewasa sedang menemani putranya makan sore. Rui begitu iri pada Monika, Rui tidak akan marah jika wanita itu datang tanpa izinnya. Karena pembantu rumah ini memberitahukan kepadanya.
Monika menyadari kehadiran Rui menghampiri mereka. Dengan cepat Monika beranjak dari duduk, dan membantunya untuk ke duduk kosong. Di sana Nico pun memperhatikan istrinya tersebut sementara Albert sibuk dengan ayam gorengnya.
"Kenapa bangun? Lebih baik istirahat di kamar, Albert aman kok," ucap Monika ramah. Awalnya Rui menolak atas kebaikan dari Monika. Tetapi dia sudah berjanji akan belajar menjadi ibu yang baik. Tidak ingin diejek oleh Nico, saudara sepupu sendiri.
"Tidak apa-apa, aku tidak enak sama kamu. Gara-gara aku, kamu sama Nico datang ke rumahku untuk menenangkan Albert. Aku mungkin terlalu keras padanya sehingga dia seperti itu, aku tidak pantas jadi seorang ibu untuk Albert?" tutur Rui sedih, dan merasa menyesal mengatakan kepada Monika.
Monika sebaliknya menegak memandang wajah Rui, apalagi suaminya itu. Dengan cepat Monika bersikap normal dan tidak terlalu peduli atas perkataan Rui.
"Siapa bilang kamu bukan ibu yang baik, buktinya Albert lahir begitu sehat. Dia hanya mencari perhatian dan mungkin pikiran seorang anak seperti dia itu memang tidak boleh diberikan kekerasan. Karena sikap dan tingkah laku seperti Albert harus diberikan kehangatan serta kelembutan. Mungkin cara kita saja perlakukan dia seperti itu maka mengakibatkan dia menjadi seorang pemberontak, pelan-pelan mungkin dia akan mengerti," kata Monika seakan ia memang memberi suasana hati tenang.
Rui tidak pernah berpikir seperti, ya, mungkin dikatakan Monika benar. Ia terlalu keras pada Albert. Sehingga dia ikut pemberontak, dan tidak ingin mendengar kata-kata nya. Bahkan sampai sekarang Rui tidak tahu apa yang diinginkan Albert saat ini. Sejak lahir anak itu, Rui selalu berikan apa pun untuknya, namun ketika dekat dengan Monika. Sikap anak itu berubah drastis.
"Sudah, sudah, kita lebih baik makan. Aku tadi masak seadanya saja. Soalnya di kulkas cuma ada sayur apa adanya. Maaf ya, kalau aku lancang gunakan dapur mu," Monika pun menyudahi suasana cangguh tersebut.
Rui pun bergabung dengan mereka, duduk berhadapan dengan Albert, dan Albert duduk bersebelahan dengan Nico. Sedangkan Monika duduk di tengah sambil memperhatikan anak itu menikmati makan sorenya.
Kembali hening di rumah ini, beberapa menit kemudian makan sore pun selesai. Albert sudah menghabiskan ayam goreng tiga potong. Monika pun mengangkat piring mereka ke tempat cuci piring. Rui dari tadi diam di tempat saat bergabung dengan mereka di meja makan.
"Mama, Albet mau menginap di rumah Tante Monik, bole?" Suasana yang tadi hening kembali dengan suara celoteh dari Albert untuk Rui.
Rui yang tadi diam sigap memandang putranya. Larut wajah putranya berharap kalau ia mengizinkan dia menginap di rumah mereka.
"Bole, Ma?" Sekali lagi Albert bersuara, kali ini dia sangat berharap diizinkan meskipun Monika dan Nico mendengar.
Rui diam tidak beri jawaban apa pun, tidak ingin melihat wajah putranya menangis lagi. Dengan senyuman tanpa ia buat lagi sebelum putranya mengeluarkan air mata itu.
"Eng-gak bol--"
"Boleh, kok," Langsung Rui potong kalimat dari mulut Albert. "..., Albert boleh menginap di rumah Tante Monik," senyum Rui mengizinkan. Selang beberapa detik wajah Albert pun berseri setelah mendengar jawaban dari mamanya.
"Benal, Ma?" Albert meyakinkan sekali lagi. Rui mengangguk sangat yakin. Albert pun turun dari duduknya dan melompat-lompat kegirangan.
Sedangkan Nico masih di tempat ikut senyum-senyum lihat sikap anak itu setelah diizinkan oleh Rui untuk menginap di rumahnya. Monika sebaliknya juga senang walau sambil cuci piring.
"Aku mohon jaga Albert baik-baik, ya! Maaf kalau aku harus merepotkan kalian lagi," ucap Rui kemudian, walau ia tidak terlalu pantai berbicara untuk menitipkan putranya kepada mereka.
"Apa-apaan sih, kamu ini. Tidak repot kok. Pas pula mama dan papa aku ada di rumah. Jadi Albert akan lebih senang di sana nanti. Kamu juga bisa menginap di rumah kami, jika kamu tidak keberatan," kata Monika setelah selesai mencuci piringnya.
Rui langsung senyum ciut, dan menolak ajakan dari Monika. "Tidak usah, aku di sini saja. Mungkin Albert lebih nyaman bersama kamu. Jika nanti dia nakal, marahi saja dia. Tidak apa-apa, aku percaya kamu bisa. Ya, setidaknya pancingan agar kamu bisa hamil nanti."
Monika langsung mematung apa yang dikatakan oleh Rui tadi, apalagi Nico. Rui sengaja katakan itu biar Nico sadar dari rasa angkuhnya. Rui tahu tidak mungkin Nico tidak menginginkan seorang anak.
"Kalian kenapa kok tegang begitu?" Rui bertanya padanya mereka berdua.