Mendengar ucapan dari Amel, Qiran pun semakin bimbang. Karena biar bagaimanapun juga, Qiran masih punya hati untuk seseorang yang benar-benar membutuhkan bantuannya.
Qiran pun terdiam sejenak, memandang Pak Marco dan juga Alby, serta Bu Melin. Ia ingin mengatakan iya namun sulit untuk diucapkan, padahal hatinya sudah mau ikhlas membantu neneknya Caca, tapi rasanya sulit sekali bagi Qiran.
"Ya sudah, tidak apa-apa, jangan dipaksa. Lagian yang namanya teman itu bukan satu atau dua orang saja, tapi banyak!" kata Bu Melin yang akhirnya ikut berkomentar juga. Ia sembari menggenggam tangan Qiran yang sedang kebingungan.
"Tapi ... apa salahnya memaafkan kesalahan orang lain? Tuhan saja Maha Pemaaf, kenapa kita sebagai manusia yang biasa tidak bisa? Tolong, jangan mendendam ya Sayang.