Bu Melin yang mendengar percakapan mereka, begitu terhibur. Ia malah tertawa bahagia melihat kekompakan dan kebersamaan Pak Marco dan Pak Seno. Meski usianya sama-sama lebih setengah abad, tapi jiwa mereka selalu seperti anak muda di zaman sekarang.
"Ya sudah, ayo kalian sarapan, nih ada masakan dari Qiran. Dan kamu Tuan, sana mandi dan ganti pakaianmu! Biar gantengnya awet!" kata Pak Seno sembari mengeluarkan makanan dan pakaian Pak Marco.
"Siap! Tapi nanti setelah sarapan, soalnya aku rindu masakan puteriku," kata Pak Marco lagi.
"Aku juga, tapi ... mulutku belum bisa makan yang enak-enak, rasanya masih pahit. Tapi aku mau mencobanya," kata Bu Melin.
"Baik lah, sekalian aku suapin, biar terasa lebih nikmat," kata Pak Marco sembari mengambil beberapa makanan ke dalam piringnya.