aku merebus daun sambang darah untuk menghentikan pendarahan pada dada dan kaki ahmad akibat pertarungan dengan singa tadi, aku melihat luka ahmad yang tidak begitu dalam aku optimis dia akan siuman dalam waktu dekat, aku lihat daun sambang darah sudah siap untuk di tiriskan, aku mengambil air di sungai dari tempat minumku untuk mendinginkan daun sambang darahnya, aku mengganti air daun sambang darah dengan air yang aku dapat dari sungai tadi, aku melihat daun sambang daranya sudah dingin, aku meletakan daunya di dada dan di kaki bekas cakaran singa tadi.
waktu sudah semakin sore dan ahmad belum juga bangun dari pingsanya, aku maklum karena ini mungkin pertama kalinya dia latiahan sekeras ini.
Angin dinginpun mulai berhembus dari arah barat aku dan ahmad harus turun dari bukit ini dan menuju ke arah sungai, aku melihat ahmad berkeringat, aku membopong ahmad sampai ke bibir sungai dan menyegarkan dahagaku, aku menaruh ahmad di atas rumput hijau, aku mencari daun pisang kering untuk tempat istirahat ahmad dan juga agar tidak kedinginan di rumput tersebut, karena tempatnya dekat dengan sungai.
ketika aku di pinggir sungai aku melihat desa Petempur dari seberang sunga, aku teringat di mana aku dan teman ku zakky di desa tersebut, desa tersebut bernama desa petempur di namakan desa petempur karena masyarakatnya hoby gulat dan bertempur.
aku jadi teringat aku sempat kesana untuk melihat-lihat desa petempur bersama teman ku yang kebetulan dia tinggal di desa tersebut , Ternyata di desa petempur tersebut setiap minggunya di adakan lomba gulat memanah, berkuda, dan berenang. Jadi tidak heran warga di sana hebat-hebat dalam berkuda, memanah maupun bertempur, di sana ada juga pelatihan pedang dan memanah yang aku pelajari bersama zakky.
aku merasakan ada sesuatu yang kurang dari ini semua ternyata itu makanan, aku pergi ke tempat singa mati tadi dan berharap dapat mengolah dagingnya untuk kami santap setelah ahmad bangun dari pingsannya, aku berjalan menuju ke dalam hutan dan tak disangka aku melihat dua orang sedang membawa singa yang telah di bunuh ahmad tadi.
Mereka menggunakan baju merah dan celana abu-abu pendek serta ikat kepala berwarna hijau dengan membawa pedang dengan gagangnya berwarna merah dan ada akesoris dengan gambar pedang, yang menggelantung ke bawah. "aksesoris dengan gambar pedang itukan aku pernah melihatnya di suatu tempat...", benar itu adalah aksesoris master pedang dari desa petempur.
Aku mengamati mereka dari kejauhan ketika waktu semakin lama membuat perut ku semkin tak tertahankan, aku melihat kedua orang tadi lagi berjalan keluar hutan, "baiklah kalo begini aku akan melawan mereka.."
Aku tahu aku tak akan menang melawan mereka yang sudah master pedang dari desa petempur, aku hanya perlu membunuhnya saja, "hmm baiklah!", aku tersenyum pikiran ku pun mulai berkeja bagaikan serasa ini nikmat yang di berikan tuhan kepada ku aku mendapatkan sebuah ide, tapi ini cukup nekat tapi harus ku coba!
Baiklah ini rencana ku untuk melawan mereka berdua, pertama aku akan memisahkan mereka dengan cara aku akan menyamar jadi penduduk sekitar yang sedang mencari kayu bakar dan Berusaha aku akan mencari cara agar bisa mengobrol dengan mereka dan mencuri uang yang tergelantung di sabuk celana kedua master pedang tersebut, kalo sudah begini pilihanya ada dua, pilihan pertama salah satu dari mereka akan menyadarinya dan aku langsung berhadapan melawan mereka berdua, pilihan kedua mereka tak menyadari dan tidak akan mengejarku ketika salahsatu mereka menyadari mereka akan mencari ku dan waktu akan menguntungkan ku di saat ini, karena ini adalah hutan kematian dan matahari akan segera terbenam, ketika mereka mengejarku aku sudah akan siap-siap bertempur dengan mereka, ini akan memudahkan ku untuk melawan mereka dalam kegelapan kareana aku sudah belajar bertarung dalam kegelapan dan mata ku ini special aku dapat melihat di ke gelapan lebih baik dari orang lain, meskipun mereka ahli pedang mereka tak akan dengan mudah melawan ku.
"wahhh pohon ini besar sekali",aku tersenyum " aku suka pohon ini, baiklah aku akan meniggalkan pedang ku di bawah pohon ini, " aku meninggal kan pedang ku dan aku bersiap-siap untuk menyamar sebagai penduduk sekitar yang sedang mencari kayu bakar, aku akan mendahuli mereka dan memulai memungut kayu bakar.
Ketika aku sampai di depan mereka aku agak samar-samar mendengar percakapan mereka ,"oi bro kita akan makan enak malam ini " mereka bertatap muka dan berjalan sambil bicara dengan wajah yang senang "iya aku akan mengolahnya menjadi steak singa dan kulitnya akan ku jual di pasar dan kemudian aku akan bersenang- senang dengan wanita penghibur ku hehehe " dia berjalan dengan memikirkan sesuatu yang mesum, "oi bro hasil penjualan kulit ini bagi 50% ya bro singa ini kan aku yang menemukanya, kita akan minum-minum sampai teler" dia meminta kepada temanya.
"oh" salah satu master pedang tersebut melihat ku, ketika aku sedang mengambil kayu bakar "siapa itu ?" tanya temanya" itu mungkin warga sekitar yang sedang mencari kayu bakar", aku dalam hati berkata "untung aku pandai dalam penyamaran", aku bangun dan berbalik badan menyapa kedua orang tersebut "oh, hallo apa yang sedang kalian bawa itu? " dengan mimik wajah bingung aku bertanya basa basi, mereka berdua melihat singa tersebut , aku mendekatkan badanku untuk melihat singa tersebut aku melihat kantong uangnya masih ada di posisi yang sama yaitu di sabuk celana mereka, mereka menjawab "ah anda ini masak gak tau hewan apa ini," dia menjelsakan pada ku "ini adalah rakun" sahut temenya, "hahahaha ini kau bercanda ya hahaha" mereka tertawa dan aku masih Mencari kesempatan untuk mendapatkan kantong uang itu.
Aku mebuka percakapan lagi "bulu singa ini sangat sangat lebat dan lembut, akan sangat mahal jika di jual di pasar, apakah kau punya rencana untuk menjualya ? " aku sambil mengelus-elus bulu singanya. "oh , kalo itu rahasia sih hehehe ", "baiklah kalo begitu" aku duluan saja ya aku mengambil ranting kayu bakar yang aku pungut tadi "aku duluan ya !!" aku menyapa mereka,aku menjauh meninggalkan mereka berdua, aku berjalan dan tersenyum, lalu aku menengok kebelakang dan bilang "oh, bagaimana kalo aku beli singanya dengan harga 200ri?"Mereka tertengguk terdiam saat ku tawari seperti itu.
angin berhembus dan daun-daun berjatuhan ketika aku menawari mereka, aku tau mereka tidak akan memberikan singa itu dengan harga 200ri "baiklah aku melanjutkan perjalan dulu ya, semoga kau slamat di jalan", "hah.. kau meragukan kami?!" mereka menajawab degan remeh ,"sebaiknya kau saja yang hati-hati kalau tak mau di serang singa peghuni hutan ini!".
Mereka ternyata belum menyadarinya, aku berhasil mendapatkan kantong uangnya. Aku langgsung kembali ke pohon besar untuk bersiap akan kedatangan mereka, dan saat perjalanan ku kembali ke pohon ini aku meninggalkan jejak ranting pohon tersebut agar mereka tau keberadaan ku.
Tak lama menuggu salah satu dari mereka datang, aku melihat dia dengan pedang di tanganya yang ingin segera mengajak duel, aku merasakan bahwa kali ini kita akan bertarung sengit, "dimana teman mu yang satunya?" mungkin dia ingin membunuhku karena aku telah mencuri uangnya karena di tradisi desa petempur, mereka yang mencuri halal darahnya untuk di bunuh, "hemm aku saja sudah cukup untuk membunuh seorang pencuri sepertimu".
"ini ku kembalikan uang mu sebagai gantinya kita akan berduel sampai mati", aku melemparkan uangnya, dan uangnya jatuh di depanya "sangat menarik, ku kira tukang pencari kayu sepertimu tak akan berani menantang duel ku , baiklah jangan menyesal ya!! Aku tak akan membunuhmu.. kau bisa menyerang dari mana saja yang kau ingin kan" dia mengambil uangnya..
Aku tersenyum, dan langsung berlari ke arah dia dan mengayunkan pedangku, dia menangkis dengan pedangnya, aku mundur "hanya segitu? Kemampuanmu!," aku terdiam "aku tanya padamu tukang pencari kayu!! " "kyakkkk " aku menyerangnya lagi dan dia menghindar ke samping lalu dia membalas serangan ku aku tangkis dengan sekuat tenaga.. "ini kesempatanku " aku lontarkan pedangnya dan kami tersentak mundur lalu aku berlari sekuat tenaga dan menyerangnya lagi dengan gerakan ke dua ya itu gerakan duakali tebasan aku menebas pertama dia menangkis dan aku tebas tepat di perutnya aku membelah perutnya dan lalu aku berputar dan ku tusuk perutnya lagi, "ukh ukh dia"darah mengucur dari perutnya lalu dia terjatuh di badan ku, aku berbisik di telinga nya "maafkan aku tapi penjajahan harus di tiadakan".
Aku tahu mereka penjajah adalah dari ikat kepala mereka yang berwarna hijau, karena itu tertulis di perjanjian antara warga desa lokal dan pejajah, ketika seseorang bersekutu dengan penjajah maka ada syarat-syarat tertentu agar bisa bersekutu dengan penjajah tersebut. Yaitu adalah memakai ikat kepala yang berwarna hijau tersebut. Dan jika mereka bersekutu dengan penjajah mereka akan mendapatkan upeti tiap bulanya dari penajajah tersebut , tapi sebagai gantinya mereka akan mendukung penuh penjajah tersebut.
Hari semakin gelap aku harus mencari orang yang satunya yang membawa singanya, baiklah aku berlalari ke tempat tadi saat aku bertemu dengan dua penjajah tadi, aku membawa pedang penjajah yang kubunuh tadi untuk menunjukan kalau aku telah mengalahkan rekanya..
Aku melewati gelapnya hutan kematian sendirian tapi ada sesuatu yang aku lupakan, ahmad !. iya aku lupa kalau ahmad sedang membutuhkan ku, aku berlari ke tempat ahmad berada, aku melihat ahmad masih tak sadarkan diri tapi dia sudah mendingan, aku melepaskan jubah ku dan ku berikan kepada ahmad agar dia tidak kedinginan . dan aku menyalakan api unggun untuk menjaga agar tetap menghangatkan tubuhnya.
"Baiklah" aku akan memburu penjajah yang satunya, aku meninggalkan di samping ahmad pedang yang kuperoleh dari penjajah yang pertama, baiklah sebaiknya aku bergegas. Pergi untuk menghabisi penjajah tersebut dan juga membawa singanya lagian aku sedang lapar.