Malam pun tiba, ini waktunya kelompok tugas besar Apsiku mengerjakan tugas makalah APSI kami. Kami mulai bekerja jam setengah 9 malam dari waktu kami mebuat janji jam 8 malam, sduah biasa kita tertawa dulu bercanda sebelum mulai. Apalagi ada Keisha juga yang meramaikan.
Ternyata yang bisa hadir hanya Bryan dan JP.
Yang tiga lagi, Haykel, Iwan dan Gritte sedang berhalagan. Mereka akan mengirim bagian mereka lewat emailku saja karena yang bertuga menyatukan makalah adalah Aku.
Bryan ini adalah pengurus BEMT juga, dia di departemen Humas bareng dengan Rana.
Begitu kami mulai bekerja kelompok, Keisha pun masuk ke kamar.
Kami pun berdiskusi bertiga menentukan mana yang bisa dimasukan.
Aku adalah si sekretaris yang mana menampung semua jawaban dan menyatukannya dalam satu word.
JP banyak mengeluarkan pendapat, tentu kami yakin dengan pendapat JP. Jelas saja, dia kan calon anak kesayangannya Bu Andhita. Tapi memang kenyataannya dia pintar kok.
JP mengeluarkan Gadgetnya, ada 2 gadget yang dia punya.
"Jep, Iphone lo boleh juga..." celetuk Bryan.
JP hanya tersenyum.
"Gue mau numpang ngecharge boleh ga ?" tanya JP.
"Boleh Jep! Disini aja!" Aku pun melepas salah satu colokan di ruang tamu, yaitu colokan yang menghubungkan dengan TV, kemudian aku membantunya mencolokan Blackberry boldnya untuk dicharge.
"Satu lagi dong!" JP menunjukan HP Iphone 3 nya.
"Ok!" Aku melihat tak ada colokan yang tersisa karena semua stop kontak sedang dipakai di ruang tamu ini. "Tapi dicharge di kamar gue aja gimana?"
"Iya gapapa kok!" JP menyerahkan Iphonenya kepadaku beserta chargernya.
Aku pun masuk ke kamar dan colokannya ada di sebelah tempat tidur Keisha. "Kei, numpang ya..." ujarku.
Keisha pun mengangguk.
"Iphone nya JP ya?"
"Iya."
"Yaudah colokin sini aja."
Aku pun mencolokan Iphone dengan chargeran Hpnya.
Aku kembali ke ruang tamu.
Kami pun mulai bekerja lagi.
Setelah satu jam lebih, tepatnya sekarang sudah jam 10, kami menyudahinya.
" Tinggal aku rapiin lagi aja ini ya?"
"Iya Nya, tolong ya..." ujar Bryan.
"Iya Bryan...." ujarku ngegas.
"Gue mau balik duluan ya!" ujar Bryan.
Aku pun mengangguk.
"jep, lu balik juga kan?" tanya Bryan lagi sembari mencangklongkan tasnya ke pundak.
"Ya balik lah. Masa gue nginep disini!" jawab JP yang lumyana ngegas.
"Ya kali aja, Jep! Jagain anak gadis Orang! Ada 4 cewek di rumah ini!" celetuk Bryan.
"Yang ada besok gueudah abis babak belur digebukin warga sini kalo ketahuan nginep di kontrakan cewe!" jawab JP.
JP bisa ngelucu uga. Aku membatin.
"Ga bakalan kok Jep, warga disini invidual semua! Rata- rata Mahasiswa juga penghuninya!" balasku.
JP tersenyum. "Emang beneran gue boleh nginep!"
"Ya enggaklah!" ujarku ngegas.
"Eh, Nya... siapa tahu kalo JP abis kosan, terus diusir ama Ibu kosnya, sementara dia bisa ngungsi kesini dulu..." ujar Bryan sembari cengengesan.
"Sial lo Yan, nyumpahin gue ga bisa bayar kos!"
"Oh iya, ga mungkin JP abis kosan, tinggal jual Iphonenya aja buat ngelunasin sewa kosannya, ya..." Bryan menceletuk lagi.
JP degan coolnya tak membalas ejekan Bryan.
"Gue balik ya Nya!" ujar Bryan yang sudah mempacking barang- barangnya bersiap pulang.
"OK hati- hati ya..." ujarku.
Sementara JP masih sibuk dengan gadgetnya dan belum membereskan laptopnya.
Di ruang itu tinggal kami berdua saja.
Aku benar- benar berdua saja kali ini dengan JP. JP yang sekarang kulihat jauh lebih stylist, Ia mengenakan cardigan sweater garis- garis abu- abu- biru, dengan dalaman kemeja putih, lalu dipadankan dengan jeans belel biru. Rambutnya masih sama, terlihat acak- acakan, namun tetap tampan menurutku.
"Nya, maaf... HP gue yang satunya.."
Aku dari tadi melamun, tiba- tiba tersentak."Oh.. Ok Jep, gue ambilin dulu ya!"
Aku pun bergegas masuk kamar dan megambilkan HP Iphone JP.
Aku pun kembali.
"Makasih ya Van!" ujar Jepe.
"Iya sama- sama!"
"Gue mau balik juga ya Van!" ujar JP sembari memberekan peralatannya dan memasukan ke tasnya.
Aku mengangguk. "i... Iya Jep!"
Aku pun mengantar JP keluar rumah. Tak disangka Pria seperti JP memiki motor bebek mio yang ada boxnya. Boxnya besar berwarna hitam.
"Ini motor lo sendiri, Jep?"
"Iya ini motor gue kok!"
Batinku. Biasanya, cowok udah sekeren JP gini, motornya kalo ga ninja, Bison, King, apalah motor gede pokoknya. Tapi... JP pake motor mio yang ada boxnya aja masih keren gini ya... mana dia ga malu lagi bawa motornya ini ke kampus.
JP pun memakai helmya, Ia mendorong pagar rumahku dan mengeluarkan motornya. Ia pun kembali menutupnya, aku pun mengunci pagar rumahku.
"Gue balik dulu ya Van!" sembari melemparkan senyumannya kepadaku.
Sementara aku dari balik pagar mengiyakannya. Aku sudah seperti mengantar kepulangan pacar yang baru mengapeliku saja kalau begini caranya.
Aku pun masuk ke dalam rumah setelah JP pergi. Aku bersandar di balik pintu rumah yang telah kukunci tersebut.
Nafasku semakin berdebar kencang setelah JP pergi. Sumpah, ini ga enak banget, ini menyebalkan, perasaan itu muncul lagi... Gimana ini...
Tiba- tiba Keisha keluar dari kamar.
Lalu diikuti Fira, teman kontrakanku yang lain juga keluar kamarnya sendiri.
"Kalian bangun?" ujarku terkejut karena tadi sedang merasa deg- degan.
"Iya, aku lihat temen- temen cowokmu udah pulang jadi aku keluar deh!" ujar Fira.
"Kamu tahu aja Fir!"
"Iya lah, kan aku ngintip dari jendela kamarku! Kelihatan kali!" ujar Fira yang kamrnya memang terhubung langsung dengan teras di jendelanya.
"Iya..."
Keisha menceletuk. "Kamu tahu ga Fir, itu yang namanya JP yang pernah aku bilang anak jazz ITNB yang kalo main piano bisa buat melting." Keisha tampak antusias menjelskan kepada Fira.
"O... tahu- tahu, aku juga pernah dikasih tahu sama temenku yang pernah nonton jazz fest di Dago, ini ada si JP ya yang main keyboardnya?"
"Iya Fir!"
"Jadi penasaran mau nonton langsung!"
"Dijamin kamu klepek- klepek kalo nonton langsung dia main piano!"
Aku pun membatin. Iya, aku udah jadi korbannya nih...
**
Aku hanya berharap perasaan ini cepat berlalu. Ya Tuhan, ini terlalu keterlaluan... aku tak mungkin suka dengan cowok seperti Galang alias JP. Aku hanya sia- sia saja kalau memupuk perasaanku ini. Aku harap semua cepat berlalu, perasaanku ini pasti hanya sesaat saja. Aku yakin sekali ini akan berlalu.
**