Semalam aku kehujanan di jalan saat pulang rapat BEMT, Aku lupa bawa jas hujan sehingga aku dengan ceroboh mengantongi Hpku di saku depan dan Hpku pun basah terkena air hujan. Bbku mati sama sekali saat pagi- pagi ingin kunyalakan setelah kucoba mengeringkan dalamnya. Gawat banget kan?
Aku harus membawanya ke tukang servis deh mau ga mau, uang lagi... mana akhir bulan, nasib anak kosan sedih banget.
Aku ada kuliah jam setengah satu nanti. Di ruamh kontrakan, hanya tersisa Aku saja. Keisha tadi pagi ada urusan sehingga dia ke kampus duluan jam 9 pagi bersama Fira. Diantara anak kontrakan C13, hanya Keisha saja yang tidak membawa motor, sedangkan, Aku, Fira, dan Tiara membawa motor. Keisha memang selalu bersamaku kalau ke kampus karena kami sekelas dan satu organisasi sehingga sering bersama jika ada kegiatan apa- apa.
Aku pun melihat jam sduah pukul 12, maka aku putuskan saja untuk berangat sekarang.
Aku pun menguci rumah kontrakan dan bergegas keluar. Aku mencoba menyetertater motorku.
Namun kok ada yang aneh...
Iya, ini nggak bisa distarter, akinya ga mau naik nih!
Aku pun tahu ini hanya akan sia- sia. Maka aku genjot saja angkel motornya. Motorku ini adalah motor matic Kawasaki yang ukurannya besar banget dan tentu berat banget.
Aku pun menaikan motorku agar memakai standard dua. Maka dengan begini, akan memudahkanku untuk mengangkel motor besarku.
Aku sudah measang kuda- kuda agar bisa menaikan mesin motorku.
Sekali gagal.
Dua kali gagal juga.
Tiga kali gagal juga.
Begitu seterusnya gagal, aku pun menyerah, tenagaku sudah hampir habis untuk mengangkel motorku.
Aku pun sudah frustasi, bagaimana tidak? Hpku mati total, ini artinya aku tak bisa meminta bantuan siapapun untuk minta dijemput di kontrakanku. Aku harus gimana untuk berangkat kuliah yang akan mulai 15 menit lagi?
Lalu tak lama, seseorang lewat di depan pagar rumahku.
Aku pun sadar siapa yang barusan lewat, siapa lagi pemilik motor vespa itu dengan gaya tengilnya.
Kupangigil saja Dia.
"Do... Dido.... Gue mau nebeng dong!"
Untung Dido mengendarai vespanya dengan santai sehingga Ia pun sadar kalau ada yang memanggilnya. Aku sudah mendada Dido dari depan gerbang rumahku.
Dido pun berputar balik.
"Eh, Nyanya... Lo kenapa?"
"Motor gue mogok Do!"
"Coba gue liat!" Dido pun turun dari motornya dan mengecek motorku.
Ia pun mengecek starter motorku lalu mencoba mengangkel motorku.
Dia kemudaian membuka bagasi motorku dan mengecek lagi.
Entah komponen apa yang dia cek.
"Kayanya mesti ke bengkel deh! Ini aki lo abis banget!"
"Masa sih sampe abis banget?!" Aku terkejut.
"Lah, ini kan motor lo yang pake!"
Aku mengangguk. "Iya jug sih!"
"Ya udah ntar gue panggilin temen gue yang montir buat nderek motor lu ke bangkel!"
"Thanks ya Do!" Aku pun lega karena Dido membantuku.
"Ah, ini bukan apa- apa kok Nya!"
"Gue nebeng lo ya!"
"Yok, keburu telat nih!"
Aku pun naik ke motor vespa Dido.
Aku kebingungan naik motor vespa. Ini pengalaman pertamaku naik motor vespa.
Aku pun duuk miring dengan rok spanku yang rapat membungkus tubuhku. Setidaknya jika motor matic atau motor bebek biasa, aku masih bisa duduk menggagah, namun jika vespa sudah tak mungkin.
Ini benar- benar tak nyaman. Sepanjang perjalanan, aku menahan rasa sakit duduk di jok vespa.
Aku juga hanya punya pegangan ujung tempat duduk Dido, aku tak mungkin berpegangan ke pundak apalagi pinggangnya.
Batinku. Sumpah, mau aja ya cewek punya cowo motor vespa gini. Apa enaknya sih. Aku sudah di titik paling tidak nyaman dan mau menyeah saja rasanya naik di vespa ini.
Kakiku kram, pinggangku sakit. Semuanya pokoknya. Nmaun aku bersyukur juga sih, karena Aku bisa berangkat kuliah karena Diso.
Akhirnya sduah hampir sampai, dikit lagi sampai.
Ini sudah hampir mau masuk gerbang parkiran kampus.
Sayang sekali, aku tak mampu menahan sakitnya. Aku pun jatuh dari motor vespa ke depan.
Rasanya kakiku mau patah menahan berat bebanku sendiri. Dido terkejut karena aku jatuh padahal dia sduah pelan mengendararai motornya.
Dido menoleh ke belakang. "Nya, lu ngapain loncat dari motor gue?"
"Siapa yang loncat Dido, gue jatuh..." rintihku menahan sakit dan yang pasti malunya lebih besar lagi. Banyak mahasiswa lalu lalang disini. Aku tersungkur ke trotoar mau masuk gerbang.
Tak disangka ternyata di belakangku ada Ilyas dan Richard. Keduanya melihat aku terjatuh dari sebrang jalan.
Mereka tampak mentertawaiku.
"Terus gimana Nya?" Dido tampak merasa bersalah.
"Gapapa kok Do, gue jalan aja!" ujarku ketus.
Aku pun melanjutkan dengan berjalan kaki sembari merintih. Dido pun lanjut ke parkiran motor.
Untungnya jarak gedung perkuliahan dekat dengan gerbang. Aku pun berjalan pelan- pelan saja.
Aku rasanya ingin pakai topeng saja hari ini. Banyak sekali yang melihat aku jatuh menyungsruk tadi.
Aku pun masuk kelas dan bertemu dengan teman- teman yang lain, emosiku sedikit mereda setelah bercengkrama dengan mereka. Aku melupakan sejenak permasalahan HP, motor, dan kakiku yang sakit ini.
Kami pun memulai perkuliahan. Aku sama sekali tak ingin membahas semua kesialaku di hari ini.
**
Akhirnya kuliah selesai juhga hingga jam setengah 6 sore. Tapi jangan sedih, aku masih harus praktikum mata kuliah APSI di laboraturium Teknik Informatika nanti jam setengah 7 malam. Praktikum baru akan selesai jam setengah 9 nanti.
Aku dan Keisha pun masing- masing bingung bagaimana mau pulang nanti.
Aku kepikiran terus HP dan motor, ini membuatku tak konsen mau belajar buat tes awal praktikum.
Aku dan Keisha pun berjalan ke lab bersama. Keisha akan mencoba mencari bantuan tumpangan untuk pulang.
Batinku. Keisha siapa sih yang ga mau numpangin dia, Dia kan cantik, baik, pinter, siapa aja juga mau kok nolongin dia...
Aku pun berjalan masih dengan tertatih- tatih.
Bryan melihatku jalan denga tertatih- tatih namun bukannya iba, dia malah mentertawaiku.
"Nya, lagi latihan jalan jadi Miss Universe?" celetuknya.
Aku pun naik emosinya. "Tuh kerjaan temen lo si Dido gue jatuh dari vespanya!" OMELKU.
"o... ABIS JATUH? Kirain..."
"Bryan lo jahat banget sih!" omelku lagi.
Bryan pun tertawa cekikikan. "Mana sini mana yang sakit?"
"Ga usah!" jawabku ketus.
"Loh, Vanya abis jatuh?" tiba- tiba Zaky menghampiriku dari belakang.
Aku pun mengangguk sambil menunduk. "Iya, Zak!"
"Gue lagi bingung nyari tumpangan nih Bryan..." aku pun mengadu ke Bryan. "Lu bukannya pihatin sama gue, malah ngejekin gue!" protesku tak peduli.
"Motor Vanya kemana emang?" tanya Zaky.
"Rusak motor gue Zak, akinya katanya..."
"Kalo gitu bareng sama gu..."
Bryan memotong ucapan Zaky. "Bareng Jepe aja Nya!"
Zaky tak jadi melanjutkan ucapannya.
"Jepe?" Aku terkejut dengan rekomendasi Bryan.
"Mana tuh orangnya si Jepe, barusan gue lihat. Nah itu Jepe! Jepe!" Bryan pun memanggil Jepe sembari berjalan mendekati Jepe.
Aku pun berjalan mengikuti Bryan.
Sementara Zaky tetap tinggal di tempat.
"Jep, ini si Vanya motornya rusak, dia ga ada tebengan buat pulang. Kosan lo searah sama rumahnya Vanya kan setahu gue?" tanya Bryan.
JP pun memandangiku. Ia mengangguk. "Ayo Vanya, nanti kalo mau bareng gue!"
Aku pun terkejut. "Bener gapapa Jep?" tanyaku malu- malu.
"Iya gapapa kok! Ga ada yng numpangin juga!" ujar JP tegas. "Kosan gue ga jauh dari perumahan lo kok!"
"Lo gaada acara lagi emang abis praktikum?" tanyaku memastikan agi.
"Enggak ada."
Aku pun bersyukur.
Aku berbalik badan dan di belakangku ternyata sudah ada Zaky.
"Udah ada yang nebengin jadinya Nya?" tanyanya.
Aku mengangguk. "Udah kok Zak, ada JP yang mau nebengin."
Aku pun berjalan menjauh dari kerumunan.
Rasanya indah sekali hari ini... Ini bukan mimpi kan? Benarkah aku diselamatkan oleh pangeran berkuda putih setelah tertimpa musibah bertubi- tubi?
**